Anda di halaman 1dari 33

Eksipien dalam

Sediaan Farmasi
KELOMPOK A2
Dalilah Almiranda Riyadi (2019-012)
Hanifatun Ridatillah (2019-015)
Berlianti Musdah Safitri (2019-016)
Sri Yuliatin (2019-017)
Anggarda Pramudya A. (2019-019)
Septia Faranggi (2019-020)
Yetti Khotimah (2019-021)
Laura Nur Rahmawati (2019-022)
Rindu Anugrah (2019-023)
Endah Choiruni’mah (2019-024)
Pembagian Tugas
1. Dalilah : Resume bab 3 hal 99-113
2. Hanifatun : Resume bab 3 hal 113-126
3. Berlianti : Resum bab 3 hal 126-141
4. Yulia : Resume bab 3 hal 142-154
5. Angga : Resume bab 3 hal 155-171
6. Septia : Resume bab 3 hal 171-186
7. Yetti : Resume bab 3 hal 186-187
dan bab 5 hal 275-287
8. Laura : Resume bab 5 hal 287-301
9. Rindu : Resume bab 5 hal 301-314
10. Endah : Resume bab 5 hal 315-326
BAB 3

EKSIPIEN SEDIAAN
CAIR
Pendahuluan
Sediaan cair biasanya ditargetkan Dalam formulasi sediaan cair,
untuk geriatric (orang tua) dan pediatri formulator harus paham mengenai
(anak-anak) karena mereka kesusahan karakteristik zat aktif dan mekanisme
untuk menelan obat dalam bentuk degradasi dari obat tersebut. Maka, dalam
tablet atau kapsul. Keuntungan sediaan pemilihan eksipien perlu diperhatikan
cair adalah tidak memerlukan waktu sifat fisikokimianya (kelarutan, stabilitas
untuk menghancurkannya sehingga pH, harga pKa dari gugus fungsional
akan mudah untuk diabsorbsi oleh yang reaktif), polimerisasi dan kristalisasi
tubuh. yang akan berpengaruh pada kestabilan
sediaan.

Dalilah Almiranda Riyadi (2019-012)


Eksipien dalam Sediaan Cair
1. Solubilizer : untuk meningkatkan kelarutan adalah kosolven, pengkompleks dan surfaktan, juga
dapat dilakukan pengontrolan pH dengan dapar.
2. Pembentuk Kompleks Inklusi : peningkatan kelarutan juga dapat dilakukan dengan pembentukan
kompleks siklodekstrin. Siklodekstrin adalah eksipien untuk mengatasi solubilitas, stabilitas, dan
bioavailibilitas yang cara kerjanya tidak dimiliki eksipien lain.
3. Bahan Suspensi : bahan yang sukar larut dapat didispersikan secara homogen yaitu dibuat dalam
bentuk suspense. Suspense diberikan suspending agent (flocculating agent) untuk cegah terjadinya
caking dengan meningkatkan viskositas pembawa.

Dalilah Almiranda Riyadi (2019-012)


Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang Menurut strukturnya, emulsi terdiri atas
terdiri atas dua cairan yang tidak menyatu tiga fase yaitu fase air, fase minyak, dan fase
(yaitu minyak dan air) dimana salah satunya pengemulsi. Emulsi digolongkan menjadi fase
terdispersi dalam bentuk tetesan pada cairan M/A dan A/M.
lainnya. Penggunaan surfaktan pada emulsi 1. M/A adalah emulsi yang fase luarnya air
dapat membantu emulsi untuk membentuk dan minyak sebagai fase yang terdispersi.
tetesan yang cukup kecil. Proses 2. A/M adalah emulsi yang fase luarnya
pembentukan emulsi yaitu menurunkan minyak dan air sebagai fase yang
tegangan antarmuka dan meningkatkan terdipersi.
pembentukan tetesan serta menstabilkan
tetesan dari flokulasi dan koalesens.

Dalilah Almiranda Riyadi (2019-012)


Bahan Pengemulsi
Penambahan bahan pengemulsi untuk menstabilkan emulsi yang mencegah koalesensi yaitu
penyatuan tetesan kecil yang menjadi besar dan menjadi satu fase tunggal yang memisah.

Berikut adalah contoh dari bahan pengemulsi


1. Anionic : sabun, Na Lauryl Sulfat.
2. Kationik : lauril pyridinium klorida
3. Nonionik : polioksietilen lemak alcohol
4. Emulsifier alam dengan BM rendah : Mg stearate, lanolin
5. Emulsifier BM besar : gelatin, gom arab, tragakan
6. Emulsifier BM rendah : polioksipropilen lemak alcohol eter, laurilpiridinium aurat.

Hanifatun Ridatillah (2019-015)


Bahan pengemulsi
1. Poloxamer Kelarutan : larut dalam air, alkohol dan
kloroform, agak larut dalam eter dan
Ada beberapa tipe poloxamer, di praktis tidak larut dalam propilen glikol.
antaranya poloxamer 124, poloxamer 188, Khasiat : untuk pengobatan konstipasi;
poloxamer 237, poloxamer 338, dan biasanya dikombinasikan dengan zat
poloxamer 407. Semua tipe berbentuk laksatif seperti danthron.
padatan kecuali poloxamer 124 yang Dosis : Dosis lazim zat ini adalah 400 sampai
berbentuk cairan. 800 mg perharinya. Kadar poloxamer
Pemerian : Poloxamer yang biasa sebagai emulgator adalah 0,3% dari total
digunakan dalam sediaan oral adalah sediaan.
poloxamer 188. Berbentuk serbuk putih, Inkompaktibilitas : Zat ini tidak kompatibel
berasa seperti lilin. Titik lelehnya adalah dengan fenol, resorsinol, beta naftol dan
52°C. paraben.

Hanifatun Ridatillah (2019-015)


Bahan pengemulsi
Inkompaktibilitas : ketidakcocokan
2. Gom (incompatibilities) dengan bahan-bahan
tertentu, seperti: amidopirin, kresol,
Gom Arab atau Gom Akasia etanol 95% garam-garam ferri, morfin,
merupakan eksudat kering yang diperoleh fenol, fisostigmin, tannin, timol, vanillin
dari batang dan akar Acacia senegal L. dan lain-lainnya.
dengan struktur berupa sebuah kompleks, Cara pencampuran : bahan aktif Di dalam
yaitu agregat dari gula dan hemiselulosa mortar, bahan aktif yang ingin
Penyimpanan : disimpan pada wadah yang disuspensi digerus bersama dengan gom
kedap udara dalam ruangan sejuk dan Arab hingga homogen lalu ditambahkan
kering. Penambahan asam benzoate 0,2% air sebanyak 1½ kali berat gom Arab,
sebagai bahan pengawet memperlambat gerus hingga terbentuk campuran yang
penurunan viskositas. homogen, selanjutnya ditambahkan sisa
air yang tersedia sambil diaduk hingga
homogen.

Hanifatun Ridatillah (2019-015)


Bahan pengemulsi b. Gom Tragakan
Gom tragakan memberikan peran pada
permukaan aktif yang dapat mengakibatkan
Macam-macam Gom penurunan tegangan permukaan air pada konsentrasi
yang rendah.
a. Gom Xanthan Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, etanol
(95%), dan pela organik lainnya. Meskipun tidak larut
dalam air, gom tragakan mengembang menjadi massa
Gom atau lendir yang merupakan hasil homogen, lengket, dan sepe gelatin.
produksi mikroorganisme yaitu bakteri
Xanthomonas campestris.
Xanthan gum mudah larut dalam air dingin c. Gom Guar
ataupun air panas, Viskositas larutan xanthan Guar gum diperoleh dari endosperm
gum hampir tidak berubah pada kisaran pH I Cyamopsis tetragonolobus (L.) Taub (Fam.
sampai pH 13. Leguminosae). Gom guar adalah polisakarida yang
terdiri dari unit penyusun galaktan dan mannan yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik secara kimia
dikenal sebagai galaktomannan.
Gom guar tidak dapat bercampur dengan
gom tragakan. Tidak tercampurkan dengan aseton,
alkohol, tannin, asam kuat, dan alkali.

Hanifatun Ridatillah (2019-015)


Bahan Pengemulsi
3. Alginat dan Derivatnya
Alginat merupakan suatu hidrokoloid biopolimer yang tidak ber cabang, sebagai polimer.
PGA (propilen glikol alginat) merupakan satu-satunya alginat yang dimodifikasi secara kimia yang
tersedia secara komersial. PGA dibuat dengan menghubungkan asam alginat yang telah dinetralisasi
sebagian dengan gas propilen oksida di bawah tekanan. Larutan propilen glikol alginat lebih stabil
pada pH 3-6. Stabilitas alginat pada penyimpanan kering pada suhu 24°C atau lebih rendah sangat
baik.

4. Karaginan
Karaginan merupakan polisakarida anionik linier tersulfatasi yang diekstraksi dari ganggang
merah/red seaweds. Jenis karaginan merupakan senyawa hidrokoloid sehingga larutannya dalam air
berbentuk cairan koloid, tidak berbentuk cairan yang jernih. Karaginan dalam larutan memiliki
stabilitas maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH di bawah 3,5.

Berlianti Musdah Safitri (2019-016)


Bahan pengemulsi Jenis Derivat Selulosa
a. Metil Selulosa
5. Derivat Selulosa
Metil Selulosa merupakan serbuk
putih Hidrofilik dan larut dalam air dingin,
Sebagian besar Selulosa berasal dari
dan membentuk larutan kental yang jernih
serbuk kayu. beberapa bakteri juga dapat
dan membentuk gel.
menghasilkan Selulosa, contohnya
Cara peracikan : Panaskan air pada
Acetobacter xylinum. Derivat selulosa
suhu 80 °C sampai 90 °C dan tambahkan
memiliki banyak fungsi, yaitu sebagai bahan
metil selulosa sedikit demi sedikit secara
antikerak, pengemulsi, penstabil,
perlahan, dinginkan pada suhu ruang sampai
pensuspensi, pengental dan pembentuk gel.
dingin, maka akan terbentuk cairan kental
yang homogen dan transparan.

Berlianti Musdah Safitri (2019-016)


Jenis Derivat Selulosa
b. Karboksimetilselulosa (CMC)

CMC sangat mudah larut dalam air CMC sebagai eksipien untuk sediaan
membentuk cairan kental, sehingga farmasi terdapat dua macam, yaitu Kasium
banyak digunakan sebagai bahan Karboksimetilselulosa dan Natrium
pensuspensi dan bahan pengental seperti Karboksimetilselulosa
sediaan suspensi dan sirup.
Cara melarutkan CMC dengan c. Hidroksipropilselulosa (HPC)
ditaburkan dalam air dingin atau air
hangat dan dibiarkan selama 30 menit lalu Hidroksipropil selulosa (HPC) adalah
di aduk perlahan lahan sampai larut. Atau turunan dari Selulosa yang larut dalam air
aduk kuat kuat dengan pengaduk cepat dan pelarut organik. Berbentuk serbuk tidak
(mixer). berasa dan tidak berbau, berwarna putih
sampai hampir Kuning.

Sri Yuliatin (2019-017)


Bahan Pengemulsi
6. Bentonit
Bentonit berupa mineral mirip clay tak berwarna. kegunaan dari Bentonit adalah sebagai
adsorben, agen penstabilisasi (stabilizing agent), agen pensuspensi (suspending agent), dan agen
peningkat viskositas. selain dipakai dalam formulasi gel dan sols untuk penggunaan topikal,
Bentonit dapat juga digunakan untuk mensuspensi serbuk dalam sediaan cair dan sebagai agen
pengemulsi dalam basis krim M/A. contoh produk yang menggunakan Bentonit adalah kosmetik,
makanan, dan sediaan farmasetik oral.
Penggunaan Bentonit adalah dengan cara menaburkannya ke atas permukaan air panas lalu
didiamkan selama satu hari kemudian diaduk apabila Bentonit telah sempurna dibasahi, Kemudian
ditambahkan bahan aktif yang ingin disuspensi lalu di gerus hingga Homogen.
Bentonit bersifat Higroskopis, maka penyimpanannya harus dijauhkan dari uap air dan wadah
penyimpanan harus kedap udara, disimpan dalam ruangan sejuk dan kering.

Sri Yuliatin (2019-017)


Bahan Pengemulsi
7. Gelatin
Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat meningkatkan kekentalan pada
konsentrasi tertentu, sehingga digunakan pada sediaan cair seperti sirup dan suspense. Ada 2
pengelompokan gelatin yaitu gelatin A dan gelatin B. Gelatin tipe A biasanya diperoleh dari kulit
babi dan ikan yang memiliki titik isoelektrik (titik pengendapan protein.) yang memiliki PH (7,5 -
9,0) Sedangkan gelatin tipe B diperoleh dari kulit jangat sapi dan tulang sapi yang memiliki PH (4,8
– 5,0). Gelatin bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi dengan asam maupun basa.

Sri Yuliatin (2019-017)


Eksipien Pendukung dalam Sediaan
Cair

1. Bahan Pembasah c. Polietilenglikol


a. Gliserin PEG 200-600 berupa cairan jernih
Gliserin merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau sedikit kuning kental
tidak berbau, kental,cairan higroskopis, Sebagian berbau khas dan pahit, sedikit rasa
manis diikuti rasa hangat, dapat membakar. PEG diatas 1000 berbentuk
bercampur dengan air dan dengan etanol padat berwarna putih denagn kositensi dari
95%, praktis tidak larut dalam klorofom pasta sampai serpihanlilin, rasa manis dan
dalam eter dan dalam minyak lemak. tajam.
d. Manitol
b. Propilenglikol Berbentuk serbuk berwarna putih
cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau serbuk kristal atau granul yang
kental, cairan tidak berbau dengan rasa
mudah mengalir rasanya manis semanis
manis. Propilenglikol stabil dicampur
glukosa dan setengah dari manisnya sukrosa
dengan etanol 95%, gliserin atau air.
dan memberikan rasa dingin pada mulut.
Bersifat higroskopis dan harus disimpan
Larut dalam alkali, etanol 1:83 gliserin 1:18
ditempat dingin, kering dan terlindung
air 1:5.
cahaya
Anggarda Pramudya A. (2019-019)
Eksipien Pendukung dalam Sediaan
Cair

1. Bahan Pembasah 2. Surfaktan


e. Eter Sorbitan Surfaktan adalah komponen yang
berupa cairan kuning sawo atau memiliki berat molekul yang rendah sampai
padatan dengan rasa dan bau khas. Stabil sedang surfaktan mengandung bagian
dalam basa atau asam lemah, harus hidrofobik yang larut dalam minyak tetapi
disimpan pada wadah tertutup pada sukar atau tidak larut dalam air. Jika
tempat dingin dan kering surfaktan yang mempunyai bagian
f. Carbomer hidrofobik lebih besar daripada bagian
hidrofilik maka surfaktan tersebut tidak
Partikel berwarna putih seperti
larut, untuk sebaliknya surfaktan yang
rambut halus, atau serbuk higroskopis
memiliki bagial hidrofobik lebih kecil dari
dengan bau khas, larut dalam air, alcohol
bagian hidrofilik maka serfaktan tersebut
dan gliserin. Kondisi penyimpanan
dapat larut dalam air
dalam wadah kedap udara fungsinya
sebagai bahan pensuspensi karena dapat
meningkatkan kekentalan.

Anggarda Pramudya A. (2019-019)


Eksipien Pendukung dalam Sediaan Cair

2. Surfaktan
Sifat khusus dari surfaktan ialah kemampuannya membentuk misel yang dapat dimanfaatkan
dalam formula untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif yang sukar larut dalam air. Hal tersebut
dapat membantu meningkatkan absorpsi zat aktif yang sangat membantu meningkatkan efek terapi
obat.
Surfaktan yang digunakan pada sediaan cair oral :

Nama Surfaktan Sifat Kimia Surfaktan


Natrium lauril Sulfat Anionik
2-naftalen sulfonat Anionik
Dokuset natrium Anionik
Setilpiridinium klorida Kationik
Lesitin Zwitterion
Poloksamer Nonionik
Polisorbat Nonionik

Anggarda Pramudya A. (2019-019)


Eksipien Pendukung dalam Sediaan
Cair
5. Bahan Pensuspensi dan Modifikasi
3. Pembawa Berbasis Lipid Viskositas
Hal yang paling penting dalam
formulasi suspensi adalah pemilihan agent
pensuspensi yang tepat, fungsi agen
suspensi dalam Farmasi adalah untuk
mengatur viskositas dan mencegah
sedimentasi partikel.
4. Emulgator Fosfolipid
a) Fosfatidilkolin 6. Pengaruh PH dan penyangga (buffer)
b) Fosfatidiletanolamin Pemilihan buffer yang tepat sebagai berikut:
c) Asam fosfatidat 1. Jika bentuk asam basa digunakan untuk
d) Fosfatidilinositol sediaan oral Liquid
2. Memperhatikan kestabilan obat dan eksipient
buffer
3. Kompatibilitas antara buffer dan container

Septia Faranggi (2019-020)


Eksipien Pendukung dalam Sediaan Cair
7. Bahan Pengawet
Pemilihan pengawet yang tepat dalam pengembangan formulasi sediaan oral
likuida sangat terbatas karena tidak sebanding dengan jumlah eksipien excipient yang
diperbolehkan Hal ini dikarenakan tidak begitu umum penggunaan pengawet dalam
sediaan oral maupun suspense
Pengawet yang digunakan dalam sediaan cair:
1) Alkohol : antimikroba, pengawet
2) Benzyl alkohol : antimikoba , pengawet, desinfektan
3) Bronopal : antimikroba, pengawet, antiseptic
4) Klorbutol : antimikroba, pengawet, plastisizer
5) Klorkresol : antimikroba, pengawet, desinfektan
6) Butyl/metil/propil paraben : antimikroba dan pengawet
7) Fenol : antimikroba, pengawet (bukan oral)
8) Feniletanol : antimikroba, pengawet (bukan oral)
9) Natrium benzoate : antimikroba, pengawet, tablet dan lubrikan kapsul.

Septia Faranggi (2019-020)


Tantangan yang Perlu
Dipertimbangkan Ketika Memilih
Eksipien

Perubahan Polimorfis dalam Sediaan


Oral Cair

Eksipien memegang peranan penting


dalam laju perubahan polimorfis. Contohnya,
penyebab perubahan polimorfis dari suspensi
suksinilsulfatiazol ditemukan karena beberapa
Permasalahan Pengaturan Eksipien surfaktan, zat warna, dan gliserin. Selain itu,
Penting untuk diperhatikan bahwa ditemukan juga bahwa metilselulosa
suatu eksipien dapat memiliki batas yang memperlambat perubahan.
berbeda bergantung tipe dari sediaan
oralnya. Sebagai contoh, benzil alkohol
biasa digunakan pada konsentrasi di atas 5%
untuk suspensi oralnya, tetapi hanya 1,5%
dalam larutan oral.
Septia Faranggi (2019-020)
BAB 5

EKSIPIEN
PENDUKUNG

Yetti Khotimah (2019-021)


Pendahuluan Contoh Antioksidan
Eksipien pendukung adalah bahan a. BHA (Butylated Hydroxyanisol)
tambahan yang digunakan hanya sebagai BHA merupakan serbuk kristal
pelengkap, umumnya bertujuan untuk berwarna putih atau hampir putih, padatan
menstabilkan bahan aktif atau bahan lain yang seperti lilin berwarna kuning lemah, bau
terdapat dalam formula yang terancam aromatik yang khas. Sering digunakan dalam
stabilitasnya akibat oksidasi, atau adanya ion sediaan obat dan kosmetik dalam konsentrasi
logam. rendah. Untuk formulasi topikal konsentrasi
Macam-macam Eksipien BHA yang digunakan adalah 0,005-0,02%.
Pendukung
b. BHT (Butylated Hydroxytoluene)
1. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat BHT merupakan padatan kristal
menunda atau memperkecil laju reaksi oksidasi berwarna putih atau kuning pucat dengan
pada bahan bahan yang mudah teroksidasi, bau khas yang lemah. Memiliki sifat yang
terutama pada sediaan yang mengandung lemak menyerupai BHA. Harus digunakan dalam
atau minyak dengan lemak asam lemak tidak konsentrasi rendah.
jenuh.
Yetti Khotimah (2019-021)
Contoh Antioksidan
c. Propil Galat
f. Guaiac Resin
Memiliki sifat dapat bersinergis dengan BHA
dan BHT, sensitif terhadap panas, membentuk Guaiac resin Yang dikenal sebagai gum
kompleks warna dengan ion logam sehingga akan Guaiac merupakan antioksidan fenol tetapi memiliki
mempengaruhi penampilan dari sediaan. sifat antioksidan yang kurang efektif dibandingkan
antioksidan fenol lainnya.
Guaiac lebih efektif pada minyak ikan
d. Propil Galat dibanding minyak nabati dan memiliki kelebihan dari
Merupakan serbuk kristal berwarna putih antioksidan lain yaitu stabil dengan ada atau tidak
sampai kekuningan, tidak higroskopis, tidak berbau, adanya air dan tidak terlalu terpengaruh oleh
berasa asam, secara perlahan warna menjadi gelap pemanasan
jika terkena cahaya matahari atau bila teroksidasi.
g. Asam Sitrat
e. Tokoferol atau Vitamin E Merupakan antioksidan alami, karena
Antioksidan larut lemak yang cara kerjanya banyak terdapat dalam buah buahan, stabil terhadap
dengan mendonorkan atom hidrogen nya untuk panas. Sangat mudah larut dalam air, tetapi tidak
memberikan dengan radikal bebas. Tokoferol jarang larut dalam minyak.
digunakan karena harganya yang mahal.

Yetti Khotimah (2019-021)


EKSIPIEN PENDUKUNG
2. Antibusa (Antifoam) 3. Penutup Rasa

Anti busa merupakan bahan kimia Cara penutupan rasanya pahit sediaan orang
yang mengurangi dan menghambat secara umum dapat dilakukan dengan :
pembentukan busa dalam proses pembuatan 1. menggunakan flavor, pemanis, dan asam
sediaan cairan dan semisolid. Bahan amino
antibusa biasanya digunakan dalam proses
2. menggunakan pembawa lipofilik
industri untuk meningkatkan kecepatan dan
3. penyaluran dengan pembawa hidrofilik
mengurangi masalah lain misalnya udara
yang terperangkap pada permukaan contoh 4. kompleksasi inklusi
zat yang berfungsi sebagai anti busa antara 5. resin penukar ion
lain dimetikon, kalsium alginat, asam lemak,
minyak jagun, minyak kedelai, minyak silikon,
paraffin wax, ester wax dan lemak alkohol.

Laura Nur Rahmawati (2019-022)


Pemanis Alami Pemanis Buatan
Sukrosa adalah Pemanis yang paling umum Karakteristik umum pemanis buatan adalah
digunakan dalam formulasi sediaan yang digunakan kemanisan yang sangat tinggi dibandingkan dengan sukrosa.
melalui mulut. Konsentrasi pemanis dalam larutan oral Hal itulah yang menyebabkan penggunaannya dalam
atau suspensi rata rata diantaranya 10% dan 50% konsentrasi yang kecil dalam formulasi, yang dapat
dalam formulasi. menghemat biaya dan atau resiko inkompabilitas dengan obat
atau eksipien lainnya.

Laura Nur Rahmawati (2019-022)


Pemanis Buatan 4. Flavoring Agent
Falvors digunakan untuk memberi rasa atau
Dalam pemilihan pemanis buatan yang perlu meningkatkan rasa, aroma yang serasi dengan rasa tersebut,
diperhatikan adalah misal seperti tablet, sirup, suspense, emulsi dan eliksir.
a) peraturan perundang undangan yang berlaku Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat (spray dried
b) toksisitas dalam takaran yang diinginkan flavors) atau dalam bentuk minyak atau larutan (water
c) kapasitas, kemampuan, dosis yang digunakan soluble) flavors.
d) inkompabilitas, kompabilitas dalam formulasi Flavor Alami
sediaan
e) stabilitas (pH, temperatur) Berasal dari buah-buahan atau bahan alam
f) rasa ikutan (after taste) seperti madu, lemon, jeruk, pisang, nanas, leci,
strawberry, dll
g) mekanisme kerja
h) harga Flavor Buatan
Bahan-bahan yang bukan berasal dari alam

Rindu Anugrah (2019-023)


5. Pewarna Jenis Pewarna
Pewarna sediaan farmasi digunakan untuk
Us certified synthetic colorants FDA ACT membagi zat
mengidentifikasi selama produksi dan distribusi serta
warna sintetik dalam 3 kategori:
dapat membantu pasien untuk dapat mengenal obat 1. Zat warna untuk makanan, obat dan kosmetika
yang diresepkan. Jumlah zat pewarna yang boleh (FD&C)
ditambahkan didalam suatu formulasi berkisar anatara 2. Zat warna untuk obat dan kosmetika ( D& C)
0,1 % - 3,5 %. 3. Zat warna untuk pemakaian luar (External D& C)

Pewarna Alami Kriteria penggunaan zat warna dalam aplikasi


1. Tidak reaktif( bersifat innert)
dibuat dengan cara mengekstraksi bagian-bagian
2. Bentuk paling stabil untuk aplikasi yang digunakan
tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun
3. Mudah diinkorporasikan kedalam system yang akan
pandang, kuning dari kunyit, merah dari daun jati, dan
menggunakan zat warna
lain sebagainya.
4. Memenuhi kriteria estetika
5. Tidak menimbulkan baud an rasa pada produk
Pewarna Buatan
Meliputi zat warna yang masuk golongan FD &
C (Food Drug & Cosmetic)

Rindu Anugrah (2019-023)


PEWARNA
Stabilitas dan kondisi Aplikasi dalam sediaan
penyimpanan farmasi atau teknologi
Pewarna organik dan pewarna sintetis Bahan pewarna digunakan untuk
disimpan dalam baik tertutup, terlindung memberikan penampilan yang khas pada
sinar matahari, dan container yang suatu sediaan, katagori utama dosis yang
digunakan pada suhu dibawah 30℃ berwarna:
pewarna alami dan identic alami 1. Tablet : baik inti sendiri atau lapisan
mengikuti rekomendasi dari pabrik 2. Kapsul keras atau gelatin lunak : shell
penghasil pewarna kapsul atau manik-manik dilapisi
3. Cairan oral
4. Topikal, krim dan salep

Endah Choiruni’mah (2019-024)


6. Pemberi aroma 7. Bahan Pengompleks (Sequestering
Agent)
Pewarna sediaan farmasi digunakan untuk
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan
mengidentifikasi selama produksi dan distribusi serta
dalam sediaan dengan tujuan dapat membentuk
dapat membantu pasien untuk dapat mengenal obat kompleks dengan logam yang mungkin terdapat
yang diresepkan. Jumlah zat pewarna yang boleh dalam sediaan pada proses pembuatan atau pada
ditambahkan didalam suatu formulasi berkisar anatara penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Ion
0,1 % - 3,5 %. logam dalam sediaan dapat merupakan
prooksidanyang memicu terjadinya oksidasi.
Pewarna Alami
dibuat dengan cara mengekstraksi bagian-bagian Contoh zat pengompleks :
tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun 1. Asam sitarta monohidrat
pandang, kuning dari kunyit, merah dari daun jati, dan
lain sebagainya.
2. EDTA
3. Dibasic sodium phosphate
Pewarna Buatan 4. Monobasic natrium phosphate
5. Kalium sitrat
6. Natrium sitrat dihidrat
7. Asam tartrat

Endah Choiruni’mah (2019-024)


Us certified synthetic colorants FDA ACT membagi zat
8. Bahan Perasa warna sintetik dalam 3 kategori:
1. Zat warna untuk makanan, obat dan kosmetika
(FD&C)
2. Zat warna untuk obat dan kosmetika ( D& C)
3. Zat warna untuk pemakaian luar (External D& C)

Kriteria penggunaan zat warna dalam aplikasi


1. Tidak reaktif( bersifat innert)
2. Bentuk paling stabil untuk aplikasi yang digunakan
3. Mudah diinkorporasikan kedalam system yang akan
menggunakan zat warna
4. Memenuhi kriteria estetika
5. Tidak menimbulkan baud an rasa pada produk

Endah Choiruni’mah (2019-024)


Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai