Anda di halaman 1dari 8

KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL
Alimuda Rezeki Hasibuan, SH, M.Kn
PENGERTIAN INTEGRASI NASIONAL
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur
suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin
Bahar, 1998) “mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang
semula terpisah-pisah. Menurut Howard Wrigins (1996),
integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh
atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
menjadi satu bangsa.
PLURALITAS MASYARAKAT INDONESIA
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat
majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Menurut Pierre L van
den Berghe masyarakat majemuk memilikimkarakteristik (Nasikun, 1993:33):
 Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
non-komplementer;
 Kurang mengembangkan konsensus di atara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar;
 Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok satu dengan kelompok
lain;
 Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi;
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
 Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang
unik. Secara horizontal masyarakat Indonesia ditandai oleh
kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-
perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah
yang cukup tajam (Nasikun, 1993:28).
STRATEGI INTEGRASI (ASIMILASI,
AKULTURASI, PLURALISME)
Dijelaskan oleh ditjendikti (2012:190) dalam rangka mengupayakan terwujudnya
integrasi nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh yaitu:
 Strategi Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka
masing-masing unsur budaya melebur satu sehingga dalam kebudayaan yang baru
itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentukannya.
 Strategi Akulturasi adalah proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.
 Strategi pluralis adalah paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyrakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
member kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat
untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam
mewujudkan integrasi nasional negara member kesempatan kepada semua unsur
keragaman dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah dan perbedaan-
perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan
secara damai.
INTEGRASI NASIONAL INDONESIA
 Integrasi nasional dapat dilihat dari dua demensi, yaitu dimensi vertikal dan
dimensi horizontal. Dimensi vertikal dari integrasi nasional adalah dimensi
yang berkenaan dengan upaya menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan
yang ada antara elite dan massa atau antara pemerintah dengan rakyat.
Sedangkan dimensi horizontal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan
dengan upaya mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang
ada dalam masyarakat itu sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tinggal,
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya dan perbedaan-
perbedaan lainnya. (Ditjendikti, 2012:192-193)
 Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantangan yang
ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan
suku, agama, ras dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal tantangan
yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, dimana latar
belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa
yang cenderung berpandangan tradisional.
 Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai
karakter bangsa tetap diperlukan di era Indonesia merdeka sebagai
kekuatan untuk menjaga eksistensi, sekaligus mewujudkan taraf
peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh dan mencapai
negara-bangsa yang besar.
 Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang
termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah
masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan
primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah
hubungan darah, jenis bangsa, bahasa, daerah, agama dan
kebiasaan.
 Di era globalisasi, tantangan itu bertambah dalam dua tarika
sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang
venderung mengabaikan batas-batas negara, dan tarikan dari dalam
berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit
seperti ikatan etnis, kesekuan atau kedaerahan.

Anda mungkin juga menyukai