Anda di halaman 1dari 16

“ FRAKTUR HUMERUS”

KELOMPOK IV

Anang Fatkhullah
Adi Purnomo
Rachmad Hidayat
Zaimatur Rohmah
FRAKTUR
Pengertian Fraktur humerus adalah terputusnya

Fr.Humerus hubungan tulang humerus disertai


kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga
memungkinkan terjadinya hubungan
antara fragmen tulang yang patah dengan
udara luar yang disebabkan oleh cedera
dari trauma langsung yang mengenai
lengan atas (Muttaqin, 2011).
Klasifikasi Fraktur Humerus
Fraktur Proksimal Humerus
Insiden meningkat pada usia tua terkait dengan
osteoporosis. Proksimal Humerus dibentuk oleh
4 segmen tulang :
1. Caput/Kepala humerus
2. Tuberkolum Mayor
3. Tuberkulum Minor
4. Diafisis ayau Shaft

ETIOLOGI
1. Hantaman/Benturan langsung bertenaga tinggi.
2. Trauma yang dihubungkan karena Osteoporosis
Gambar : Fraktur proksimal Humerus
FRAKTUR TERTUTUP TERBUKA

TIDAK ADA KERUSAKAN


TRAUMA
KERUSAKAN JARINGAN
JARINGAN

Patofisiologi OTOT, LIGAMEN,


INFEKSI PEMBULUH
Fraktur Humerus DARAH
Tanda dan Gejala Fraktur Humerus

Terbatasnya gerakan tangan karena


sakit/Nyeri

Refleks moro asimetris

Deformitas dan krepitasi di daerah


fraktur disertai rasa sakit

Pemendekan tulang
Dislokasi Bahu

Delayed union
Cedera Saraf
and Non-union
Komplikasi
Fraktur
Humerus

Cedera
Infeksi
vaskuler
Penatalaksanaan

1. Reposisi dengan Operasi


 Kompresi plate and screw
 Interlocking intramedullary nail atau pin
semifleksibel
2. Reposisi tanpa operasi (eksternal Fiksasi)
Plating menjadikan reduksi dan fiksasi lebih baik
dan memiliki keuntungan tambahan bahwa tidak
dapat mengganggu fungsi bahu dan siku. Biar
bagaimanapun, ini membutuhkan diseksi luas dan
perlindungan pada saraf radialis. Plating umumnya
diindikasikan pada fraktur humerus dengan kanal
medulla yang kecil, fraktur proksimal dan distal
shaft humerus, fraktur humerus dengan ekstensi
intraartikuler, fraktur yang memerlukan eksplorasi
untuk evaluasi dan perawatan yang berhubungan
dengan lesi neurovaskuler, serta humerus non-
union.
Interlocking intramedullary nail atau
pin semifleksibel

Interlocking intramedullary nail diindikasi pada fraktur


segmental dimana penempatan plate akan memerlukan diseksi
jaringan lunak, fraktur humerus pada tulang osteopenic, serta
pada fraktur humerus patologis. Antegrade nailing terbentuk
dari paku pengunci yang kaku (rigid interlocking nail) yang
dimasukkan kedalam rotator cuff dibawah kontrol (petunjuk)
fluoroskopi. Pada cara ini, dibutuhkan diseksi minimal namun
memiliki kerugian, yaitu menyebabkan masalah pada rotator
cuff pada beberapa kasus yang berarti. Jika hal ini terjadi, atau
apabila nail keluar dan fraktur belum mengalami union,
penggantian nailing dan bone grafting mungkin diperlukan; atau
dapat diganti dengan external fixator.
External Fixation
External fixation mungkin merupakan pilihan
terbaik pada fraktur terbuka dan fraktur segmental
energy tinggi. External fixation ini juga prosedur
penyelamatan yang paling berguna setelah
intermedullary nailing gagal. Indikasi umumnya
pada fraktur humerus dengan non-union infeksi,
defek atau kehilangan tulang, dengan luka bakar,
serta pada luka terbuka dengan cedera jaringan
lunak yang luas.
Masalah anastesi
1. Sindrom emboli pada lemak : emboli lemak biasanya
terjadi pada patah tulang panjang umumnya muncul
dalam waktu 72 jam dan dapat berakibat fatal, dengan
gejala trias dyspnea, bingung dan petchiae. Emboli lemak
timbul karena terganggunya sel lemak pada tulang yang
mengalami fraktur sehingga percikan lemak banyak
dilepaskan dan memasuki sirkulasi melalui robekan
pembuluh darah medulla.
2. Deep Venous thrombosis dan thromboembolism : DVT
dan emboli paru bisa menyebabkan morbiditas dan
mortalitas saat berlangsungnya operasi ortopedi,
patofisiologi yang mendasari terjadinya DVT yakni stasis
vena dengan hipercoagulable state sebagai akibat dari
respon inflamasi lokalis dan sistemik terhadap
pembedahan
Masalah anastesi
3. Bone cement implantation sindrom : Bone cement dibutuhkan untuk
arthoplasty sendi, reaksi eksothermik memicu pengerasan semen dan
ekspansi berlawanan dengan komponen prosthetic, absorbsi sistemik ini
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan resistensi pembuluh darah sistemik.
Manifestasi klinis dari sindrom implantyasi bone cement ( hipoksia,
hipotensi, aritmia, hipertensi pulmonal dan menurunnya curah jantung).
4. Pneumatic tourniquet : Pemakaian tourniquet pada ekstremitas mampu
menekan perdarahan sehingga memudahkan operator saat pembedahan
berlangsung namun di sisi lain tourniquet dapat menimbulkan masalah
potensial seperti perubahan hemodinamik, nyeri, perubahan metabolic,
thromboembolismearteri dan emboli paru.
5. Peradarahan luka operasi : pada pembedahan ortopedi berhubungan
dengan adanya kehilangan darah khususnya pembedahan trauma dan
pembedahan punggung multiple

Anda mungkin juga menyukai