SETTING
ASPEK
MIKRO MEZZO MAKRO
Advokasi Advokasi Advokasi
Tipe Advokasi
kasus kelas kelas
Kelompok Masyarakat
Individu dan
Sasaran/ klien formal dan lokal dan
keluarga
organisasi nasional
Aktivis
Peran Pekerja
Broker Mediator Analis
Sosial
kebijakan
Aksi sosial
Manajemen
Teknik Utama Jejaring Analisis
kasus
kebijakan
Kegiatan Mikro
Melakukan asesmen terhadap situasi dan kebutuhan khusus klien
Memfasilitasi pilihan-pilihan klien dengan berbagai informasi
dan sumber alternatif
Membangun kontak antara klien dan lembaga-lembaga
pelayanan sosial
Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi
pelayanan sosial, parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas
(kelayakan)
Mempelajari kebijakan-kebijakan, syarat-syarat, prosedur-
prosedur dan proses-proses pemanfaatan sumber-sumber
kemasyarakatan
Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi kunci
Memonitor dan mengevaluasi distribusi pelayanan.
Kegiatan Mezzo
Menelisik pandangan dan kepentingan-kepentingan khusus dari
masing-masing pihak
Menggali kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang
mengalami Konflik
Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama dengan berbagai
faksi
Mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai
hambatan Komunikasi
Mengidentifikasi berbagai manfaat yang ditimbulkan dari sebuah
koalisi atau Kerjasama
Memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai
pihak yang Terlibat
Bersikap tetap percaya diri, yakin dan optimis terhadap manfaat
kerjasama dan perdamaian.
Kegiatan Makro
Pendekatan prospektif. Analisis dilakukan terhadap kondisi
sosial masyarakat sebelum kebijakan diterapkan. Mengajukan
opsi kebijakan baru terhadap pemerintah untuk merespon
kondisi atau masalah sosial yang dihadapi masyarakat, karena
belum ada kebijakan untuk itu.
Pendekatan retrospektif. menganalisis dampak-dampak yang
ditimbulkan akibat diterapkannya sebuah kebijakan. apakah
terjadi error of targeting: (a) error of inclusion: yang ‘kaya’
dan ‘tidak berhak’ turut menerima bantuan; atau (b) error of
exclusion: yang miskin dan berhak malah tersisihkan dan tidak
menerima bantuan.
Pendekatan integratif. Perpaduan dari kedua pendekatan di
atas. Analisis dilakukan baik sebelum maupun sesudah
kebijakan diterapkan.
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
Memilih tujuan advokasi, Masalah yang diadvokasi mungkin
sangat kompleks. Oleh sebab itu agar advokasi berhasil maka
tujuan advokasi harus dipertajam sedemikian rupa. Tujuan
advokasi harus dipersempit sehingga mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti; Dapatkah masalah ini mengajak
berbagai kelompok bersama-sama membentuk koalisi yang kuat?
Apakah tujuannya mungkin tercapai? Apakah tujuannya benar-
benar menangani masalah itu?
Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi, Data dan
penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membuat
keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan
diadvokasi, mengidentifikasi cara pemecahan bagi masalah
tersebut, dan menentukan tujuan yang realistis. Data yang valid,
lengkap dan akurat juga dapat menjadi argumentasi yang kuat.
Dengan data dapatkah kita mencapai tujuan dengan realistis? Data
apa yang dapat digunakan untuk mendukung suatu argumentasi?
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
Mengidentifikasi Sasaran Advokasi, Jika masalah dan tujuan
telah ditetapkan, maka kegiatan advokasi harus diarahkan
kepada orang-orang yang memiliki otoritas untuk mengambil
keputusan misalnya staf, pimpinan, orang tua, media, dan
masyarakat. Siapa para pengambil keputusan yang dapat
membuat tujuan umum kita menjadi kenyataan? Siapa dan apa
yang mempengaruhi para pengambil keputusan ini?
Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi,
Sasaran advokasi yang berbeda-beda memberikan respon
terhadap pesan yang berbeda pula. Misalnya, seorang Menteri
Sosial mungkin akan bertindak ketika kepadanya disajikan data
terperinci tentang angka lanjut usia di suatu daerah. Pesan
apakah yang perlu sampai kepada sasaran advokasi pilihan
demi kepentingan suatu kegiatan advokasi?
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
Membentuk Koalisi, Kekuatan advokasi kerapkali ditentukan oleh
kuatnya koalisi beberapa orang, organisasi, atau lembaga yang
mendukung tujuan advokasi. Bahkan melibatkan banyak orang
yang mewakili kepentingan berbeda-beda dapat memberi
keuntungan dari sisi keamanan bagi advokasi maupun untuk
memperoleh dukungan politik. Dalam konteks ini, siapa lagi yang
akan diundang bergabung dalam kegiatan advokasi?, siapa lagi
yang dapat menjadi rekan anda dalam advokasi?
Membuat Presentasi yang persuasif, Kesempatan untuk
mempengaruhi sasaran advokasi baik individu maupun organisasi
kadangkala sangat terbatas. Seorang menteri misalnya, mungkin
hanya memberikan kesempatan bertemu hanya selama 15 menit
untuk kita menyampaikan aspirasi. Oleh sebab itu diperlukan
persiapan yang matang untuk menyampaikan argumen yang
meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat mengubah
kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil.
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
Mengumpulkan Dana untuk kegiatan Advokasi, Kegiatan
advokasi memerlukan dana. Usaha untuk melakukan advokasi
secara berkelanjutan dalam waktu yang panjang berarti
menyediakan waktu dan energi dalam mengumpulkan dana atau
sumber daya yang lain untuk mendukung tugas advokasi. Oleh
sebab itu pengumpulan dan pengelolaan dana untuk kegiatan
advokasi amatlah diperlukan.
Mengevaluasi Usaha Advokasi, Paling akhir dari kegiatan
advokasi adalah evaluasi untuk mengetahui apakah tujuan
advokasi telah tercapai, bagaimana strategi advokasi dapat
ditingkatkan?. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik atau masukan untuk membaiki strategi dan usaha
advokasi.
Tahapan Advokasi
Mengidentifikasi Masalah, Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah untuk mengambil
tindakan kebijakan. Tahap ini juga mengacu pada penetapan agenda. Mungkin saja terdapat masalah yang
besar yang perlu diperhatikan, tetapi tidak semuanya harus mendapat tempat di dalam agenda tindakan.
Pekerja sosial sebagai advokat harus menentukan masalah mana yang perlu dituju dan diusahakan untuk
mencapai lembaga yang menjadi sasaran agar diketahui bahwa isu tersebut memerlukan tindakan.
Merumuskan Solusi, Pekerja sosial yang berperan sebagai advokat harus merumuskan solusi mengenai
masalah yang telah diidentifikasi dan memilih salah satu yang paling feasible ditangani secara politis,
ekonomis dan sosial.
Membangunan Kemauan Politik, Membangun kemauan politik (political will) untuk bertindak
menangani isu dan mendapatkan solusinya merupakan bagian terpenting dari advokasi. Tindakan pada
tahap ini antara lain membentuk koalisi, menemui para pembuat keputusan, membangun kesadaran dan
menyampaikan pesan secara efektif.
Melaksanakan Kebijakan, Jika masalahnya telah dikenalpasti, solusi telahpun dirumuskan serta adanya
kemauan politik untuk bertindak maka peluang ini dapat dijadikan titik masuk pekerja sosial untuk
bertindak melaksanakan kebijakan.
Evaluasi, Kegiatan advokasi yang baik harus menilai efektifitas advokasi yang telah dilakukan. Selain itu
evaluasi dapat juga dilakukan terhadap usaha yang telah berjalan dan menentukan sasaran baru
berdasarkan pengalaman mereka. Berbagai pihak termasuk lembaga yang menerima perubahan kebijakan
perlu menilai efektifitas perubahan tersebut secara periodik.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
Kode Etik , Dalam kode etik tercantum nilai-nilai dan prinsip etika antara lain
dinyatakan bahwa tujuan utama pekerja sosial adalah membantu orang dalam
memenuhi kebutuhan dan ditujukan kepada pemecahan masalah sosial. Dalam
kode etik juga antara lain dinyatakan pekerja sosial menentang ketidakadilan
sosial, menghargai harkat dan martabat manusia serta mempromosikan
kesejahteraan umum masyarakat. karenanya perlu advokasi untuk perubahan
kebijakan dan perundangan yang dapat meningkatkan kondisi sosial dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia dan keadilan sosial.
Pemahaman Pekerjaan Sosial tentang Person-in Environment, Profesi
pekerjaan sosial mempunyai pendekatan yang unik dalam membantu orang
tumbuh dan berkembang yaitu keyakinan bahwa persekitaran atau lingkungan
sosial individual mempengaruhi kesejahteraan mereka secara langsung (Kirst-
Ashman & Hull, 1993). Oleh sebab itu dalam membantu individu-individu
dengan permasalahannya juga harus mampu mengintervensi secara efektif pada
level masyarakat, daerah, nasional atau internasional. Komitmen perubahan
pada level individu saja tidak akan efektif. Sebagai pekerja sosial, mereka
harus menilai semua faktor yang mempengaruhi kehidupan dan masalah klien.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
Posisi Historis Advokasi dalam Pekerjaan Sosial ,
Berdasarkan sejarah, advokasi mendapat tempat utama dalam
praktek pekerjaan sosial. Amidei (1991) menyatakan bahwa
advokasi tercermin dalam praktek pekerjaan sosial tradisional,
dan ini sejalan dengan pendapat Reisch (1986).
Sanksi Masyarakat dari Advokasi ,Dean (1977) mengatakan
bahwa masyarakat modern telah mengakui pekerjaan sosial
sebagai disiplin profesional untuk membantu individu dan
kelompok yang tidak terlibat dalam pembangunan industri,
perkotaan dan teknologi. Masyarakat juga turut menentukan
intervensi pekerja-pekerja sosial ke dalam situasi-situasi di
atas yang dikenal sebagai pendekatan non teknikal atau
pendekatan manusia kepada manusia untuk tujuan pemecahan
masalah.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
Alasan Pribadi Untuk Menjadi Seorang Advokat , Berdasarkan
hasil penelitian, seseorang menjadi seorang advokat disebabkan
alasan-alasan pribadi seperti frustrasi dengan pekerjaan yang ada,
latar belakang keluarga, latar belakang pribadi terlibat dalam
kesukarelaan, pengalaman seseorang dibawah tekanan, dan
pembacaan tentang perubahan sosial telah turut mempengaruhi
mereka dan evolusi ideologi pribadi yang mencerminkan
keyakinan mereka tentang perubahan.
Pengaruh Badan Sosial Tempat Praktek Pekerjaan Sosial,
Pekerja sosial yang bekerja di sebuah badan atau organisasi dimana
advokasi ditonjolkan mau tidak mau turut mempengaruhi praktek
advokasi. Fungsi agensi mungkin yang utama adalah mencari
faktor penyebab masalah. Pekerja sosial dapat memberikan
advokasi kepada badan sosial tersebut. Mereka juga dapat menjaga
dan mewakili kepentingan klien apabila kebijakan dan praktek
yang dilaksanakan badan sosial dan pihak lain tidak memihak
kepada mereka.
Nilai Dalam Advokasi Pekerjaan
Sosial
Hak dan martabat individual (Dignity and Right of the
individual)
Pemberian suara kepada yang tiada kuasa (Giving
voice to the powerless)
Penentuan diri sendiri (Self-determination)
Pemberdayaan dan perspektif penguatan
(Empowerment and strengths perspective)
Keadilan sosial (Social justice)
Karakteristik Advokasi Pekerjaan
Sosial
Berorientasi tindakan (Action oriented) yaitu suatu advokasi sudah pasti berorientasi kepada
tindakan untuk mencapai perubahan sesuai dengan fungsi dan peranan pekerja sosial.
Menentang ketidakadilan (Opposed to injustice) yaitu pada dasarnya pekerjaan sosial
sangat menentang ketidakadilan, oleh sebab itu advokasi pekerjaan sosial juga menentang
ketidakadilan yang wujud dalam sistem sosial masyarakat.
Tidak netral (Not neutral). Karakteristik lain advokasi pekerjaan sosial adalah para pekerja
sosial tidaklah bersifat netral. Dalam hal advokasi, pekerja sosial selau berpihak kepada yang
lemah, yang perlu dibantu melalui usaha advokasi.
Mengkaitkan kebijakan kepada praktek (Links policy to practice). Kegiatan advokasi
pekerjaan sosial adalah menterjemahkan kebijakan ke dalam praktek kebijakan agar praktek
kebijakan tersebut memberi manfaat kepada semua orang.
Kesabaran dan penuh harapan (Patient and hopeful). Karakteristik lain dari advokasi
pekerjaan sosial adalah bahwa advokasi harus dilakukan dengan kesabaran penuh agar hasil
advokasi dapat tercapai dengan baik. Selain itu advokasi juga harus dilakukan dalam situasi
yang penuh harapan akan keberhasilan advokasi itu sendiri.
Pemberdayaan (Empowering) , Pada hakekatnya, advokasi pekerjaan sosial itu adalah
pemberdayaan klien yang menerima pelayanan. Setiap usaha advokasi tujuannya adalah
pemberdayaan klien agar dapat mengatasi masalah dan mandiri.
Kendala Advokasi Pekerjaan Sosial
Sejarah dan isu profesionalisme pekerjaan sosial,
ketiadaan standard dan norma profesional,
masalah managerial,
tempat bekerja,
persepsi advokasi sebagai konfrontasi,
tidak memahami kebutuhan klien,
ketakutan kehilangan status,
ketiadaan pendidikan atau pelatihan khusus,
strategi intervensi yang tidak popular,
ketidakmengertian mengenai bentuk advokasi