Anda di halaman 1dari 33

Advokasi Sosial

M.K Perundang-undangan Sosial


Definisi
 Kaminski dan Walmsley (1995) mengatakan advokasi
adalah satu aktivitas yang menunjukkan keunggulan
pekerjaan sosial dibandingkan profesi lain.
 Advokasi adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk
mengubah kebijakan, kedudukan atau program dari suatu
institusi.
 Kutchins dan Kutchins (1978) mengatakan advokasi
sesungguhnya term yang tak dapat didefinisikan karena
advokasi merujuk kepada semua bentuk aksi sosial.
 Zastrow (1982) mengartikan advokasi adalah aktivitas
menolong klien atau sekelompok klien untuk mencapai
layanan tertentu ketika mereka ditolak suatu lembaga atau
suatu sistem layanan, dan membantu memperluas pelayanan
agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan.
Definisi
Schneider (2001)
‘Advocacy was defined as an obligation of social workers
to the legislative process (p.54). Dalam kaitan itu,
pekerja sosial bertanggungjawab memastikan legislasi
sosial dapat berlangsung efektif dan dilaksanakan.
Advokasi harus terdiri dari beberapa kreteria yaitu;
kejelasan (clarity), dapat diukur (measurable),
pembatasan (limited), berorientasi tindakan (action-
oriented), fokus kepada aktivitas bukan peranan atau
hasil advokasi (focus on activity, not roles or outcomes of
advocacy) dan bersifat komprehensif (comprehensive).
Advokasi Pekerjaan Sosial
Schneider (2001)
‘the exclusive and mutual representation of a clients(s)
or a cause in a forum, attempting to systematically
influence decision making in an unjust or unresponsive
system(s)
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
 Ekslusif (exclusive), hubungan antara klien dan advokat adalah
hubungan tunggal, unik, terfokus kepada klien, tanggungjawab
utama kepada klien, dan berpusatkan kepada kebutuhan manusia.
Kebutuhan klien jadi prioritas utama, semua aktivitas, strategi, dan
taktik secara spesifik di desain untuk memenuhi kebutuhan klien.
 Timbal balik (mutual), hubungan antara klien dan advokat
sebagai hubungan timbalbalik, saling ketergantungan, kesamaan,
bersama, berbagi tahap hubungan satu sama lain, pertukaran
gagasan dan merencanakan bersama-sama, dan memiliki
kebersamaan satu sama lain. Advokat tidak mendominasi atau
menyusun agenda untuk klien sebab kebutuhan klien diberi
perhatian yang khusus. Advokat bekerjasama dengan klien, dan
mereka memprosesnya sesuai dengan kesepakatan yang disetujui
bersama-sama.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
Representasi (representation), Setiap advokat yang benar-
benar mewakili klien harus mengambil beberapa tindakan
yang menunjukkan kepeduliannya. Aktivitas advokat
dengan berbicara, menulis, atau bertindak bagi pihak lain,
berkomunikasi atau pernyataan kepedulian terhadap klien.
Klien (client), klien (-klien) mendelegasikan kepada
pekerja sosial untuk bertindak atas dirinya yaitu
representation sebagaimana yang disebutkan di atas. Klien
mungkin individu perseorangan, kelompok kecil atau besar,
persatuan masyarakat, populasi etnik tertentu, individu-
individu dengan kesamaan karakteristik dan kepedulian.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
 Masalah/penyebab (cause), Masalah biasanya isu tunggal, kondisi,
atau masalah yang menyebabkan sejumlah orang berminat dan
mendukung.
3 jenis penyebab (Kotler,1972) yaitu:
 helping cause, advokat mencoba memberikan pertolongan,
kenyamanan, atau pendidikan kepada korban kesalahan bantuan
sosial termasuk rumah perlindungan (shelter) bagi wanita korban
kekerasan atau perlindungan kepada lanjut usia,
 protest causes, advokat mencoba mereformasi institusi yang
menimbulkan masalah sosial, mempersoalkan tingkah laku baru
untuk memperbaiki kondisi, contohnya rehabilitasi lingkungan
pemukiman kumuh, atau menuntut agar pemerintah mengalokasikan
dana untuk pelayanan kesehatan mental berbasis masyarakat,
 revolutionary causes, advokat berharap dapat mengurangi institusi
atau pihak-pihak yang tidak mendukung perbaikan kondisi.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
 Forum (forum), Forum diorganisir untuk mendiskusikan isu,
undang-undang, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan,
masalah publik, atau penyampaian opini. Advokat pekerjaan
sosial selalu menggunakan forum dalam mewakili atau
bertindak bagi pihak kliennya. Umumnya forum dikenali
sebagai dengar publik, komite legislative atau sub komite,
komite khusus, panitia kerja, dengar adminsitratif, komite
kebijakan organisasi, rapat dewan pelaksana, pertemuan
supervise, pertemuan staf organisasi, tribunal rakyat, dan lain
sebagainya.
 Sistematika (systematically),Advokasi pada dasarnya
bersifat sistematik. Hal ini karena advokasi menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam suatu perencanaan.
Keputusan tidak didasarkan kepada intuisi melainkan
berdasarkan keterampilan menganalisis situasi bersama klien.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
 Pengaruh (influence), modifikasi, perubahan, kesan, tindakan
atau keputusan yang mempengaruhi klien. Beberapa aktivitas
mempengaruhi termasuklah mengorganisir kelompok klien,
pembentukan koalisi, pendidikan publik, persuasi kepada
administrator dan supervisor, berhubungan dengan pegawai
pemerintah dan parlemen, pengumpulan data kajian, pemberian
testimony, pengembangan petisi, dan bahkan tindakan undang-
undang (Hepworth, et. al., 1997).
 Pembuatan keputusan (decision making), merujuk kepada usaha
mempengaruhi. Advokat ingin melakukan perubahan dengan
membuat keputusan berdasarkan rumusan dan penilaian mengenai
berbagai aspek seperti alokasi sumber daya, keuntungan,
kelayakan, dan akses pelayanan. Keputusan ini bisa berbentuk
sangat formal yaitu dibuat berdasarkan prosedur dan amanat
peraturan yang ada, manakala ada pula yang bersifat informal
tergantung kepada koneksi pribadi, masyarakat, dan keluarga.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
Tingkat ketidakadilan (unjust), ada suatu tindakan,
pendirian, institusi, peraturan, prosedur atau keputusan tidak
sesuai dengan undang-undang atau prinsip-prinsip keadilan.
Unjust mengindikasikan kejujuran, persamaan, kekuatan
undang-undang, keadilan, dan kebenaran pada tahap tentu
sudah tidak ada. Sebagai hasilnya ialah mencederai hak-hak
perorangan, moral, sipil dan konsitutusi yang dapat
menyebabkan timbulnya ketidakadilan.
Tidak responsive (unresponsive) , adanya perorangan atau
institusi yang gagal menjawab, mengakui, atau merespon
terhadap pertanyaan, permohonan, petisi, tuntutan, surat,
komunike, atau permohonan sesuai dengan masanya.
Komponen Advokasi Pekerjaan Sosial
Sistem (system(s)), Dalam kontek pekerjaan sosial,
perkataan sistem merujuk kepada badan yang
teroganisasi yang didesain dan bertanggungjawab untuk
memberikan pelayanan kepada orang-orang yang layak,
mendistribusikan sumber, penegakan hukum dan
bertanggungjawab penuh dalam interaksi masyarakat
dengan sistem sumber. Sistem-sistem tersebut dapat
berupa sistem pengadilan pidana, sistem pelayanan
kesehatan, dan sistem transportasi. Setiap sistem selalu
terorganisir dan ada mandat untuk memberikan bantuan
akses, sumber-sumber, dan pelayanan yang diberikan.
Tujuan advokasi
advokasi adalah menolong klien atau sekelompok
klien untuk mencapai layanan tertentu ketika mereka
ditolak suatu lembaga atau suatu sistem pelayanan, dan
membantu memperluas layanan agar mencakup lebih
banyak orang yang membutuhkan. (Zastrow, 1999)
Tujuan advokasi juga haruslah merupakan langkah
peningkatan yang realistis ke arah tujuan yang lebih
luas atau menuju suatu visi tertentu.
Jenis Advokasi
(Sheafor, Horejsi&Horejsi, 2000; DuBois&Miley, 2005)
Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan
seorang pekerja sosial untuk membantu klien agar
mampu menjangkau sumber atau pelayanan sosial
yang telah menjadi haknya. Alasannya: terjadi
diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh
lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional
terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu
merespon situasi tersebut dengan baik. Pekerja sosial
berbicara, berargumen dan bernegosiasi atas nama
klien individual. Karenanya, advokasi ini sering
disebut pula sebagai advokasi klien (client advocacy).
Jenis Advokasi
(Sheafor, Horejsi&Horejsi, 2000; DuBois&Miley, 2005)
 Advokasi kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan atas nama
kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak warga dalam menjangkau sumber atau memperoleh
kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah
mempengaruhi atau melakukan perubahan-perubahan hukum
dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun nasional.
Advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditujukan
untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah yang
berkuasa. Pekerja sosial biasanya bertindak sebagai perwakilan
sebuah organisasi, bukan sebagai seorang praktisi mandiri.
Advokasi kelas umumnya dilakukan melalui koalisi dengan
kelompok dan organisasi lain yang memiliki agenda yang
sejalan.
Jenis Advokasi Pekerjaan Sosial
 Advokasi klien (Client advocacy) , Tujuan akhirnya adalah untuk membantu
klien tentang bagaimana klien berjuang memenangkan pertarungan terhadap hak-
haknya di lembaga lain dan sistem pelayanan sosial yang ada.
 Advokasi masyarakat (Cause advocacy), Advokasi pekerjaan sosial umumnya
untuk membantu klien individu dan keluarga dalam memperoleh pelayanan. Jika
terdapat masalah yang mempengaruhi kelompok yang lebih besar maka advokasi
jenis ini paling sesuai digunakan.
 Advokasi Legislatif (Legislative advocacy), Advokasi jenis ini biasanya
dilakukan untuk mempengaruhi proses pembuatan suatu undang-undang. Contoh:
Koalisi organisasi profesi pekerjaan sosial dan LSM berjuang untuk merevisi atau
menlahirkan UU Kesejahteraan Sosial yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
 Advokasi Administratif (Administrative advocacy) , Advokasi jenis ini bertujuan
untuk memperbaiki atau mengoreksi keluhan-keluhan administrative dan
mengatasi masalah-masalah administratif. Advokasi ini dapat dilakukan melalui
lembaga seperti Ombudsmans.
Prinsip Advokasi
 Realistik, Advokasi yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang
spesifik, jelas dan terukur (measurable). harus menyeleksi pilihan-pilihan
dan membuat keputusan prioritas. Pilihlah isu dan agenda yang realistis dan
dapat dicapai (achievable) dalam kurun waktu tertentu (time-bound). Gagas
kemenangan-kemanangan kecil namun konsisten. Sekecil apapun,
keberhasilan senantiasa memberi motivasi.
 Sistematis, Advokasi adalah seni. Advokasi memerlukan perencanaan yang
akurat. “If we fail to plan, we plan to fail,” Kemas informasi semenarik
mungkin. Libatkan media secara efektif.
Prinsip Advokasi
 Taktis, Pekerja sosial harus membangun koalisi atau aliansi atau sekutu dengan
pihak lain. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya
(trust). Sekutu Dekat biasanya dinamakan lingkar inti, yakni kumpulan orang atau
organisasi ‘yang menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak dan pengendali utama
seluruh kegiatan advokasi. Sekutu Jauh adalah pihak-pihak lain yang mendukung
kita, namun tidak terlibat dalam gerakan advokasi secara langsung. Lingkar inti
biasanya disatukan atau bersatu atas dasar kesamaan visi dan ideologis.
Lingkar Inti bisa dibagi tiga berdasarkan fungsinya:
 Divisi kerja garis depan (frontline unit) yang melaksanakan fungsi juru bicara,
perunding, pelobi, terlibat dalam proses legislasi dan menggalang sekutu
 Divisi kerja pendukung (supporting unit) yang menyediakan dukungan dana,
logistik, informasi, data dan akses
 Divisi kerja basis (ground atau underground work unit) yang merupakan dapur
gerakan advokasi: membangun basis massa, pendidikan politik kader,
memobilisasi aksi.
Prinsip Advokasi
 Strategis, Advokasi melibatkan penggunaan kekuasaan atau power. Kekuasaan
intinya menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi dan membuat orang
berperilaku seperti yang kita harapkan. Kita tidak mungkin memiliki semua
kekuasaan seperti yang diinginkan, tetapi tidak perlu meremehkan kekuasaan
yang kita miliki. Sadari bahwa advokasi dapat membuat perbedaan. Kita dapat
melakukan perubahan dalam hukum, kebijakan dan program yang bermanfaat
bagi masyarakat. Melakukan perubahan tidaklah mudah, tetapi bukan hal yang
mustahil. Hal terpenting adalah kita bisa memetakan dan mengidentifikasi
kekuatan kita dan kekuatan ‘lawan’ atau pihak oposisi secara strategis. Kemas
informasi semenarik mungkin.
 Berani, Advokasi menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara bertahap.
Tidak perlu menakut-nakuti pihak lawan, tetapi tidak perlu pula menjadi
penakut. Trust your hopes, not fear. Jadikan isu dan strategi yang telah
dilakukan sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda bersama.
Pragmatis tanpa harus opportunis.
Strategi Advokasi
(Suharto, 2006)

SETTING
ASPEK
MIKRO MEZZO MAKRO
Advokasi Advokasi Advokasi
Tipe Advokasi
kasus kelas kelas
Kelompok Masyarakat
Individu dan
Sasaran/ klien formal dan lokal dan
keluarga
organisasi nasional
Aktivis
Peran Pekerja
Broker Mediator Analis
Sosial
kebijakan
Aksi sosial
Manajemen
Teknik Utama Jejaring Analisis
kasus
kebijakan
Kegiatan Mikro
 Melakukan asesmen terhadap situasi dan kebutuhan khusus klien
 Memfasilitasi pilihan-pilihan klien dengan berbagai informasi
dan sumber alternatif
 Membangun kontak antara klien dan lembaga-lembaga
pelayanan sosial
 Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi
pelayanan sosial, parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas
(kelayakan)
 Mempelajari kebijakan-kebijakan, syarat-syarat, prosedur-
prosedur dan proses-proses pemanfaatan sumber-sumber
kemasyarakatan
 Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi kunci
 Memonitor dan mengevaluasi distribusi pelayanan.
Kegiatan Mezzo
 Menelisik pandangan dan kepentingan-kepentingan khusus dari
masing-masing pihak
 Menggali kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang
mengalami Konflik
 Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama dengan berbagai
faksi
 Mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai
hambatan Komunikasi
 Mengidentifikasi berbagai manfaat yang ditimbulkan dari sebuah
koalisi atau Kerjasama
 Memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai
pihak yang Terlibat
 Bersikap tetap percaya diri, yakin dan optimis terhadap manfaat
kerjasama dan perdamaian.
Kegiatan Makro
 Pendekatan prospektif. Analisis dilakukan terhadap kondisi
sosial masyarakat sebelum kebijakan diterapkan. Mengajukan
opsi kebijakan baru terhadap pemerintah untuk merespon
kondisi atau masalah sosial yang dihadapi masyarakat, karena
belum ada kebijakan untuk itu.
 Pendekatan retrospektif. menganalisis dampak-dampak yang
ditimbulkan akibat diterapkannya sebuah kebijakan. apakah
terjadi error of targeting: (a) error of inclusion: yang ‘kaya’
dan ‘tidak berhak’ turut menerima bantuan; atau (b) error of
exclusion: yang miskin dan berhak malah tersisihkan dan tidak
menerima bantuan.
 Pendekatan integratif. Perpaduan dari kedua pendekatan di
atas. Analisis dilakukan baik sebelum maupun sesudah
kebijakan diterapkan.
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
 Memilih tujuan advokasi, Masalah yang diadvokasi mungkin
sangat kompleks. Oleh sebab itu agar advokasi berhasil maka
tujuan advokasi harus dipertajam sedemikian rupa. Tujuan
advokasi harus dipersempit sehingga mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti; Dapatkah masalah ini mengajak
berbagai kelompok bersama-sama membentuk koalisi yang kuat?
Apakah tujuannya mungkin tercapai? Apakah tujuannya benar-
benar menangani masalah itu?
 Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi, Data dan
penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membuat
keputusan yang tepat ketika memilih masalah yang akan
diadvokasi, mengidentifikasi cara pemecahan bagi masalah
tersebut, dan menentukan tujuan yang realistis. Data yang valid,
lengkap dan akurat juga dapat menjadi argumentasi yang kuat.
Dengan data dapatkah kita mencapai tujuan dengan realistis? Data
apa yang dapat digunakan untuk mendukung suatu argumentasi?
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
 Mengidentifikasi Sasaran Advokasi, Jika masalah dan tujuan
telah ditetapkan, maka kegiatan advokasi harus diarahkan
kepada orang-orang yang memiliki otoritas untuk mengambil
keputusan misalnya staf, pimpinan, orang tua, media, dan
masyarakat. Siapa para pengambil keputusan yang dapat
membuat tujuan umum kita menjadi kenyataan? Siapa dan apa
yang mempengaruhi para pengambil keputusan ini?
 Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi,
Sasaran advokasi yang berbeda-beda memberikan respon
terhadap pesan yang berbeda pula. Misalnya, seorang Menteri
Sosial mungkin akan bertindak ketika kepadanya disajikan data
terperinci tentang angka lanjut usia di suatu daerah. Pesan
apakah yang perlu sampai kepada sasaran advokasi pilihan
demi kepentingan suatu kegiatan advokasi?
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
 Membentuk Koalisi, Kekuatan advokasi kerapkali ditentukan oleh
kuatnya koalisi beberapa orang, organisasi, atau lembaga yang
mendukung tujuan advokasi. Bahkan melibatkan banyak orang
yang mewakili kepentingan berbeda-beda dapat memberi
keuntungan dari sisi keamanan bagi advokasi maupun untuk
memperoleh dukungan politik. Dalam konteks ini, siapa lagi yang
akan diundang bergabung dalam kegiatan advokasi?, siapa lagi
yang dapat menjadi rekan anda dalam advokasi?
 Membuat Presentasi yang persuasif, Kesempatan untuk
mempengaruhi sasaran advokasi baik individu maupun organisasi
kadangkala sangat terbatas. Seorang menteri misalnya, mungkin
hanya memberikan kesempatan bertemu hanya selama 15 menit
untuk kita menyampaikan aspirasi. Oleh sebab itu diperlukan
persiapan yang matang untuk menyampaikan argumen yang
meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat mengubah
kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil.
Unsur Pokok Kegiatan Advokasi
 Mengumpulkan Dana untuk kegiatan Advokasi, Kegiatan
advokasi memerlukan dana. Usaha untuk melakukan advokasi
secara berkelanjutan dalam waktu yang panjang berarti
menyediakan waktu dan energi dalam mengumpulkan dana atau
sumber daya yang lain untuk mendukung tugas advokasi. Oleh
sebab itu pengumpulan dan pengelolaan dana untuk kegiatan
advokasi amatlah diperlukan.
 Mengevaluasi Usaha Advokasi, Paling akhir dari kegiatan
advokasi adalah evaluasi untuk mengetahui apakah tujuan
advokasi telah tercapai, bagaimana strategi advokasi dapat
ditingkatkan?. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik atau masukan untuk membaiki strategi dan usaha
advokasi.
Tahapan Advokasi
 Mengidentifikasi Masalah, Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah untuk mengambil
tindakan kebijakan. Tahap ini juga mengacu pada penetapan agenda. Mungkin saja terdapat masalah yang
besar yang perlu diperhatikan, tetapi tidak semuanya harus mendapat tempat di dalam agenda tindakan.
Pekerja sosial sebagai advokat harus menentukan masalah mana yang perlu dituju dan diusahakan untuk
mencapai lembaga yang menjadi sasaran agar diketahui bahwa isu tersebut memerlukan tindakan.
 Merumuskan Solusi, Pekerja sosial yang berperan sebagai advokat harus merumuskan solusi mengenai
masalah yang telah diidentifikasi dan memilih salah satu yang paling feasible ditangani secara politis,
ekonomis dan sosial.
 Membangunan Kemauan Politik, Membangun kemauan politik (political will) untuk bertindak
menangani isu dan mendapatkan solusinya merupakan bagian terpenting dari advokasi. Tindakan pada
tahap ini antara lain membentuk koalisi, menemui para pembuat keputusan, membangun kesadaran dan
menyampaikan pesan secara efektif.
 Melaksanakan Kebijakan, Jika masalahnya telah dikenalpasti, solusi telahpun dirumuskan serta adanya
kemauan politik untuk bertindak maka peluang ini dapat dijadikan titik masuk pekerja sosial untuk
bertindak melaksanakan kebijakan.
 Evaluasi, Kegiatan advokasi yang baik harus menilai efektifitas advokasi yang telah dilakukan. Selain itu
evaluasi dapat juga dilakukan terhadap usaha yang telah berjalan dan menentukan sasaran baru
berdasarkan pengalaman mereka. Berbagai pihak termasuk lembaga yang menerima perubahan kebijakan
perlu menilai efektifitas perubahan tersebut secara periodik.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
 Kode Etik , Dalam kode etik tercantum nilai-nilai dan prinsip etika antara lain
dinyatakan bahwa tujuan utama pekerja sosial adalah membantu orang dalam
memenuhi kebutuhan dan ditujukan kepada pemecahan masalah sosial. Dalam
kode etik juga antara lain dinyatakan pekerja sosial menentang ketidakadilan
sosial, menghargai harkat dan martabat manusia serta mempromosikan
kesejahteraan umum masyarakat. karenanya perlu advokasi untuk perubahan
kebijakan dan perundangan yang dapat meningkatkan kondisi sosial dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia dan keadilan sosial.
 Pemahaman Pekerjaan Sosial tentang Person-in Environment, Profesi
pekerjaan sosial mempunyai pendekatan yang unik dalam membantu orang
tumbuh dan berkembang yaitu keyakinan bahwa persekitaran atau lingkungan
sosial individual mempengaruhi kesejahteraan mereka secara langsung (Kirst-
Ashman & Hull, 1993). Oleh sebab itu dalam membantu individu-individu
dengan permasalahannya juga harus mampu mengintervensi secara efektif pada
level masyarakat, daerah, nasional atau internasional. Komitmen perubahan
pada level individu saja tidak akan efektif. Sebagai pekerja sosial, mereka
harus menilai semua faktor yang mempengaruhi kehidupan dan masalah klien.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
 Posisi Historis Advokasi dalam Pekerjaan Sosial ,
Berdasarkan sejarah, advokasi mendapat tempat utama dalam
praktek pekerjaan sosial. Amidei (1991) menyatakan bahwa
advokasi tercermin dalam praktek pekerjaan sosial tradisional,
dan ini sejalan dengan pendapat Reisch (1986).
 Sanksi Masyarakat dari Advokasi ,Dean (1977) mengatakan
bahwa masyarakat modern telah mengakui pekerjaan sosial
sebagai disiplin profesional untuk membantu individu dan
kelompok yang tidak terlibat dalam pembangunan industri,
perkotaan dan teknologi. Masyarakat juga turut menentukan
intervensi pekerja-pekerja sosial ke dalam situasi-situasi di
atas yang dikenal sebagai pendekatan non teknikal atau
pendekatan manusia kepada manusia untuk tujuan pemecahan
masalah.
Obligasi Pekerja Sosial Dalam
Melakukan Advokasi
 Alasan Pribadi Untuk Menjadi Seorang Advokat , Berdasarkan
hasil penelitian, seseorang menjadi seorang advokat disebabkan
alasan-alasan pribadi seperti frustrasi dengan pekerjaan yang ada,
latar belakang keluarga, latar belakang pribadi terlibat dalam
kesukarelaan, pengalaman seseorang dibawah tekanan, dan
pembacaan tentang perubahan sosial telah turut mempengaruhi
mereka dan evolusi ideologi pribadi yang mencerminkan
keyakinan mereka tentang perubahan.
 Pengaruh Badan Sosial Tempat Praktek Pekerjaan Sosial,
Pekerja sosial yang bekerja di sebuah badan atau organisasi dimana
advokasi ditonjolkan mau tidak mau turut mempengaruhi praktek
advokasi. Fungsi agensi mungkin yang utama adalah mencari
faktor penyebab masalah. Pekerja sosial dapat memberikan
advokasi kepada badan sosial tersebut. Mereka juga dapat menjaga
dan mewakili kepentingan klien apabila kebijakan dan praktek
yang dilaksanakan badan sosial dan pihak lain tidak memihak
kepada mereka.
Nilai Dalam Advokasi Pekerjaan
Sosial
Hak dan martabat individual (Dignity and Right of the
individual)
Pemberian suara kepada yang tiada kuasa (Giving
voice to the powerless)
Penentuan diri sendiri (Self-determination)
Pemberdayaan dan perspektif penguatan
(Empowerment and strengths perspective)
Keadilan sosial (Social justice)
Karakteristik Advokasi Pekerjaan
Sosial
 Berorientasi tindakan (Action oriented) yaitu suatu advokasi sudah pasti berorientasi kepada
tindakan untuk mencapai perubahan sesuai dengan fungsi dan peranan pekerja sosial.
 Menentang ketidakadilan (Opposed to injustice) yaitu pada dasarnya pekerjaan sosial
sangat menentang ketidakadilan, oleh sebab itu advokasi pekerjaan sosial juga menentang
ketidakadilan yang wujud dalam sistem sosial masyarakat.
 Tidak netral (Not neutral). Karakteristik lain advokasi pekerjaan sosial adalah para pekerja
sosial tidaklah bersifat netral. Dalam hal advokasi, pekerja sosial selau berpihak kepada yang
lemah, yang perlu dibantu melalui usaha advokasi.
 Mengkaitkan kebijakan kepada praktek (Links policy to practice). Kegiatan advokasi
pekerjaan sosial adalah menterjemahkan kebijakan ke dalam praktek kebijakan agar praktek
kebijakan tersebut memberi manfaat kepada semua orang.
 Kesabaran dan penuh harapan (Patient and hopeful). Karakteristik lain dari advokasi
pekerjaan sosial adalah bahwa advokasi harus dilakukan dengan kesabaran penuh agar hasil
advokasi dapat tercapai dengan baik. Selain itu advokasi juga harus dilakukan dalam situasi
yang penuh harapan akan keberhasilan advokasi itu sendiri.
 Pemberdayaan (Empowering) , Pada hakekatnya, advokasi pekerjaan sosial itu adalah
pemberdayaan klien yang menerima pelayanan. Setiap usaha advokasi tujuannya adalah
pemberdayaan klien agar dapat mengatasi masalah dan mandiri.
Kendala Advokasi Pekerjaan Sosial
Sejarah dan isu profesionalisme pekerjaan sosial,
ketiadaan standard dan norma profesional,
masalah managerial,
tempat bekerja,
persepsi advokasi sebagai konfrontasi,
tidak memahami kebutuhan klien,
ketakutan kehilangan status,
ketiadaan pendidikan atau pelatihan khusus,
strategi intervensi yang tidak popular,
ketidakmengertian mengenai bentuk advokasi

Anda mungkin juga menyukai