Anda di halaman 1dari 15

ADVOKASI PEKERJAAN SOSIAL

Adi Fahrudin, PhD


Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

PENDAHULUAN
Tulisan ini membahas secara umum tentang advokasi sosial khususnya advokasi
pekerjaan sosial. Pembahasan lebih bersifat teoritik.. Karena sifat pembahasannya yang
umum maka tulisan ini tidak merinci secara detail bagaimana praktek advokasi itu
dijalankan. Berdasarkan sejarah pekerjaan sosial, para sarjana dan praktisi seringkali
berdebat mempersoalkan saling keterkaitan pekerjaan sosial dan advokasi (Schneider,
2001). Beberapa diantaranya meyakini dua terma ini secara virtual adalah sinonim (lihat
Addams, 1912; Devine, 1910a, b; 1911a, b, c; Ehrenreich, 1985; Ezell, 1994; Fisher,
1935; Khan, 1991; Lee, 1935; Leighninger, 1987; Maslen, 1944; Mayo, 1944; Ness,
1936; Patten, 1907; Richmond, 1907; Spano, 1982), sementara yang lainnya percaya
bahwa advokasi mulai muncul sejak atau setelah tahun 1960an (Brager, 1967; Craigen,
1972; Dane, 1985; Gilbert & Specht, 1976; Grosser, 1965; Kutchins & Kutchins, 1978;
Panitch, 1974; Reid, 1977; Richan, 1973; Riley, 1971; Ross, 1977a). Namun faktanya,
Wolfensberger (1977) menyatakan bahwa terma advokasi dalam pelayanan manusia baru
muncul dalam tahun 1970an.

Dalam pekerjaan sosial, terma advokasi dapat ditelusuri dari sejarah pekerjaan sosial tu
sendiri. Pekerjaan sosial wujud untuk membantu individu, kelompok dan orang yang
tidak mampu agar dapat membantu diri mereka sendiri. Jika ditelusuri pekerjaan sosial
berasal dari falsafah, nilai dan praktek Judeo-Christian yang kemudian fenomena
mengalami evolusi yang berakar dari falsafah sosial dan nilai etika untuk memberikan
perlindungan dan bantuan kepada individu agar dapat berubah. Disinilah sebenarnya
berasal terma advokasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pekerjaan sosial
(Schneider, 2001).

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -1-


PENGERTIAN ADVOKASI
Apakah itu advokasi?. Kaminski dan Walmsley (1995) mengatakan advokasi adalah satu
aktivitas yang menunjukkan keunggulan pekerjaan sosial berbanding profesi lain. Banyak
definisi yang diberikan mengenai advokasi. Beberapa diantaranya mendefinisikan
advokasi adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan, kedudukan
atau program dari suatu institusi. Kutchins dan Kutchins (1978) mengatakan advokasi
sesungguhnya terma yang tak dapat didefinisikan karena advokasi merujuk kepada semua
bentuk aksi sosial. Manakala Zastrow (1982) mengartikan advokasi adalah aktivitas
menolong klien atau sekelompok klien untuk mencapai layanan tertentu ketika mereka
ditolak suatu lembaga atau suatu sistem layanan, dan membantu memperluas pelayanan
agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan. Schneider (2001) mengatakan
‘advocacy was defined as an obligation of social workers to the legislative process
(p.54). Dalam kaitan itu, pekerja sosial bertanggungjawab memastikan legislasi sosial
dapat berlangsung efektif dan dilaksanakan. Advokasi juga digunakan untuk
mempengaruhi dan bertindak secara kolektif untuk mempengaruhi perubahan sosial.

Schneider (2001) mengatakan bahwa definisi terbaru mengenai advokasi harus terdiri
dari beberapa kreteria yaitu; kejelasan (clarity), dapat diukur (measurable), pembatasan
(limted), berorientasi tindakan (action-oriented), fokus kepada aktivitas bukan peranan
atau hasil advokasi (focus on activity, not roles or outcomes of advocacy) dan bersifat
komprehensif (comprehensive). Berdasarkan hal itu, Schneider (2001) mendefinisikan
advokasi pekerjaan sosial sebagai ‘the exclusive and mutual representation of a clients(s)
or a cause in a forum, attempting to systematically influence decision making in an unjust
or unresponsive system(s).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat dijelaskan bahwa advokasi pekerjaan sosial itu
terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1. Ekslusif (exclusive)
Terma ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara klien dan advokat yang
menunjukkan hubungan tersebut hubungan tunggal, unik, terfokus kepada klien,
tanggungjawab utama kepada klien, dan berpusatkan kepada kebutuhan manusia.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -2-


Ini berarti bahwa kebutuhan klien diberi prioritas yang utama bagi advokat, semua
aktivitas, strategi, dan taktik secara spesifik di desain untuk memenuhi kebutuhan
klien.
2. Timbalbalik (mutual)
Terma ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara klien dan advokat
sebagai hubungan timbalbalik, saling ketergantungan, kesamaan, bersama,
berbagi tahap hubungan satu sama lain, pertukaran gagasan dan merencanakan
bersama-sama, dan memiliki kebersamaan satu sama lain. Hubungan timbalbalik
(mutual) bermaksud bahwa advokat tidak mendominasi atau menyusun agenda
untuk klien sebab kebutuhan klien diberi perhatian yang khusus. Advokat
bekerjasama dengan klien, dan mereka memprosesnya sesuai dengan kesepakatan
yang disetujui bersama-sama. Termasuk dalam terma hubungan timbalbalik
(mutual) ini adalah pemberdayaan (empowerment) sebagai nilai pekerjaan sosial
utama. Seringkali klien dengan masalah yang mereka alami akan merasa tidak
berdaya, advokat perlu menjalankan aktivitas pemberian sokongan kepada klien
dan mendorong mereka agar keluar dari masalah ketidakberdayaan mereka
(Johnson, 1995; Taylor, 1987). Pemberdayaan berarti tidak hanya membantu klien
melakukan suatu kegiatan tetapi juga memotivasi mereka dan mengajarkan
mereka keterampilan yang dibutuhkan dalam interaksi mereka dengan
lingkungan.
3. Representasi (representation)
Terma ini adalah berkaitan orientasi tindakan dan menjelaskan aktivitas advokat
dengan berbicara, menulis, atau bertindak bagi pihak lain, berkomunikasi atau
pernyataan kepedulian terhadap klien. Setiap advokat yang benar-benar mewakili
klien harus mengambil beberapa tindakan yang menunjukkan kepeduliannya.
4. Klien (client)
Dalam advokasi pekerjaan sosial, seorang klien (-klien) mendelegasikan kepada
pekerja sosial untuk bertindak atas dirinya yaitu representation sebagaimana yang
disebutkan di atas. Klien (klien) mungkin individu perseorangan, kelompok kecil
atau besar, persatuan masyarakat, populasi etnik tertentu, individu-individu
dengan kesamaan karakteristik dan kepedulian. Kadangkala, advokat mewakili

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -3-


seorang individu, namun bertindak bagi pihak kelompok yang mempunyai
kesamaan atau kemiripan dengan individu yang diwakilinya. Klien dalam hal ini
tidak terbatas kepada ukuran dan jumlah. Advokat dapat bekerja dengan semua
klien, dari orang perseorangan hingga kepada persatuan dan kelompok
masyarakat yang lebih besar.
5. Masalah/penyebab (cause)
Masalah biasanya isu tunggal, kondisi, atau masalah yang menyebabkan sejumlah
orang berminat dan mendukung. Menurut Kotler (1972), ada tiga jenis penyebab
yaitu: (1) helping cause, masalah pertolongan dimana advokat mencoba
memberikan pertolongan, kenyamanan, atau pendidikan kepada korban kesalahan
bantuan sosial termasuk rumah perlindungan (shelter) bagi wanita korban
kekerasan atau perlindungan kepada lanjut usia, (2) protest causes, tindakan
protes, dimana advokat mencoba mereformasi institusi yang menimbulkan
masalah sosial, mempersoalkan tingkah laku baru untuk memperbaiki kondisi,
contohnya rehabilitasi lingkungan pemukiman kumuh, atau menuntut agar
pemerintah mengalokasikan dana untuk pelayanan kesehatan mental berbasis
masyarakat, (3) revolutionary causes, dalam hal ini advokat berharap dapat
mengurangi institusi atau pihak-pihak yang tidak mendukung perbaikan kondisi.
6. Forum (forum)
Sebuah forum adalah majlis yang diorganisir untuk mendiskusikan isu, undang-
undang, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, masalah publik, atau
penyampaian opini. Advokat pekerjaan sosial selalu menggunakan forum dalam
mewakili atau bertindak bagi pihak kliennya. Umumnya forum dikenali sebagai
dengar publik, komite legislative atau sub komite, komite khusus, panitia kerja,
dengar adminsitratif, komite kebijakan organisasi, rapat dewan pelaksana,
pertemuan supervise, pertemuan staf organisasi, tribunal rakyat, dan lain
sebagainya. Dua hal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan forum seperti ini
yaitu: (1) menetapkan seperangkat prosedur yang memandu peserta, (2)
mekanisme pembuatan keputusan (Kutchin & Kutchin, 1987).

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -4-


7. Sistematika (systematically)
Advokasi pada dasarnya bersifat sistematik. Hal ini karena advokasi menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam suatu perencanaan. Keputusan tidak
didasarkan kepada intuisi melainkan berdasarkan keterampilan menganalisis
situasi bersama klien.
8. Pengaruh (influence)
Pengaruh bermaksud modifikasi, perubahan, kesan, tindakan atau keputusan yang
mempengaruhi klien. Beberapa aktivitas mempengaruhi termasuklah
mengorganisir kelompok klien, pembentukan koalisi, pendidikan publik, persuasi
kepada administrator dan supervisor, berhubungan dengan pegawai pemerintah
dan parlemen, pengumpulan data kajian, pemberian testimony, pengembangan
petisi, dan bahkan tindakan undang-undang (Hepworth, et. al., 1997).
9. Pembuatan keputusan (decision making)
Terma ini merujuk kepada usaha mempengaruhi. Paling utama adalah advokat
ingin melakukan perubahan dengan membuat keputusan berdasarkan rumusan dan
penilaian mengenai berbagai aspek seperti alokasi sumber daya, keuntungan,
kelayakan, dan akses pelayanan. Keputusan ini bisa berbentuk sangat formal yaitu
dibuat berdasarkan prosedur dan amanat peraturan yang ada, manakala ada pula
yang bersifat informal tergantung kepada koneksi pribadi, masyarakat, dan
keluarga.
10. Tingkat ketidakadilan (unjust)
Karakteristik terma ini adalah suatu tindakan, pendirian, institusi, peraturan,
prosedur atau keputusan tidak sesuai dengan undang-undang atau prinsip-prinsip
keadilan. Unjust mengindikasikan kejujuran, persamaan, kekuatan undang-
undang, keadilan, dan kebenaran pada tahap tentu sudah tidak ada. Sebagai
hasilnya ialah mencederai hak-hak perorangan, moral, sipil dan konsitutusi yang
dapat menyebabkan timbulnya ketidakadilan.
11. Tidak responsive (unresponsive)
Terma ini khususnya diterapkan kepada perorangan atau institusi yang gagal
menjawab, mengakui, atau merespon terhadap pertanyaan, permohonan, petisi,
tuntutan, surat, komunike, atau permohonan sesuai dengan masanya.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -5-


12. Sistem (system(s))
Dalam kontek pekerjaan sosial, perkataan sistem merujuk kepada badan yang
teroganisasi yang didesain dan bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan
kepada orang-orang yang layak, mendistribusikan sumber, penegakan hukum dan
bertanggungjawab penuh dalam interaksi masyarakat dengan sistem sumber.
Sistem-sistem tersebut dapat berupa sistem pengadilan kriminal, sistem jagaan
kesehatan, dan sistem transportasi. Setiap sistem selalu terorganisir dan ada
mandat untuk memberikan bantuan akses, sumber-sumber, dan pelayanan yang
diberikan.

TUJUAN ADVOKASI
Pada dasarnya tujuan advokasi adalah untuk mengubah kebijakan, program atau
kedudukan (stance) dari sebuah pemerintahan, institusi atau organisasi. Advokasi pada
hakeatnya adalah apa yang ingin kita rubah, siapa yang akan melakukan perubahan
tersebut, seberapa besar dan kapan perubahan itu bermula. Meskipun tiada jangka waktu
yang absolut untuk mencapai tujuan advokasi, namun umumnya kegiatan pencapaian
tujuan advokasi berlangsung antara 1 – 3 tahun. Tujuan advokasi semestinya dapat diukur
dan bersifat spesifik. Tujuan advokasi juga haruslah merupakan langkah peningkatan
yang realistis ke arah tujuan yang lebih luas atau menuju suatu visi tertentu. Menurut
Zastrow (1999) advokasi adalah menolong klien atau sekelompok klien untuk mencapai
layanan tertentu ketika mereka ditolak suatu lembaga atau suatu sistem pelayanan, dan
membantu memperluas layanan agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan.

JENIS-JENIS ADVOKASI PEKERJAAN SOSIAL


Seperti telah dinyatakan di atas, praktek advokasi bertujuan agar suatu sistem pelayanan
atau kebijakan responsif dan berfihak kepada kebutuhan klien. Oleh sebab itu, pekerja
sosial sebagai advokat harus melakukan tindakan mendukung, menasihati, bahkan
mewakili hak dan kepentingan klien di pengadilan atau badan sosial atau pada saat
berhadapan dengan pihak berwajib. Terdapat 4 jenis advokasi dalam pekerjaan sosial,
yaitu:

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -6-


1. Advokasi klien (Client advocacy)
Tujuan akhirnya adalah untuk membantu klien tentang bagaimna klien berjuang
memenangkan pertarungan terhadap hak-haknya di lembaga lain dan sistem
pelayanan sosial yang ada.
2. Advokasi masyarakat (Cause advocacy)
Advokasi pekerjaan sosial selalunya untuk membantu klien individu dan keluarga
dalam memperoleh pelayanan. Jika terdapat masalah yang mempengaruhi
kelompok yang lebih besar maka advokasi jenis ini paling sesuai digunakan.
3. Advokasi Legislatif (Legislative advocacy)
Advokasi jenis ini biasanya dilakukan untuk mempengaruhi proses pembuatan
suatu undang-undang. Contoh: Koalisi organisasi profesi pekerjaan sosial dan
LSM berjuang untuk merevisi atau menlahirkan UU Kesejahteraan Sosial yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat.
4. Advokasi Administratif (Administrative advocacy)
Advokasi jenis ini bertujuan untuk memperbaiki atau mengoreksi keluhan-
keluhan administrative dan mengatasi masalah-masalah administratif. Advokasi
ini dapat dilakukan melalui lembaga seperti Ombudsmans.

Pekerja sosial yang bertindak sebagai advokat sejogjianya berkompeten menggunakan


jenis-jenis advokasi di atas. Pekerja sosial dapat menggunakan salah satu atau kombinasi
keempatnya, sesuai dengan situasi klien. Patut dicatat bahwa advokasi akan efektif jika
pekerja sosial memahami dan menguasai kebijakan dan prosedur lembaga atau sistem
pelayanan yang sedang dipersoalkan. Pekerja sosial juga perlu memahami hak-hak asasi
manusia sebagaimana yang tercantum dalam A Manual for School of Social Work and the
Social Work Profession. Hal ini penting agar pekerja sosial dapat mengungkapkan isu
atau masalah yang hendak diadvokasi secara tepat.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -7-


UNSUR-UNSUR POKOK KEGIATAN ADVOKASI
Dalam advokasi terdapat beberapa unsur-unsur pokok kegiatan yaitu:
1. Memilih tujuan advokasi
Masalah yang diadvokasi mungkin sangat kompleks. Oleh sebab itu agar advokasi
berhasil maka tujuan advokasi harus dipertajam sedemikian rupa. Tujuan
advokasi harus dipersempit sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti; Dapatkah masalah ini mengajak berbagai kelompok bersama-sama
membentuk koalisi yang kuat? Apakah tujuannya mungkin tercapai? Apakah
tujuannya benar-benar menangani masalah itu?
2. Menggunakan Data dan Penelitian untuk Advokasi
Data dan penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membuat keputusan
yang tepat ketika memilih masalah yang akan diadvokasi, mengidentifikasi cara
pemecahan bagi masalah tersebut, dan menentukan tujuan yang realistis. Data
yang valid, lengkap dan akurat juga dapat menjadi argumentasi yang kuat.
Dengan data dapatkah kita mencapai tujuan dengan realistis? Data apa yang dapat
digunakan untuk mendukung suatu argumentasi?
3. Mengidentifikasi Sasaran Advokasi
Jika masalah dan tujuan telah ditetapkan, maka kegiatan advokasi harus diarahkan
kepada orang-orang yang memiliki otoritas untuk mengambil keputusan misalnya
staf, pimpinan, orang tua, media, dan masyarakat. Siapa para pengambil
keputusan yang dapat membuat tujuan umum kita menjadi kenyataan? Siapa dan
apa yang mempengaruhi para pengambil keputusan ini?
4. Mengembangkan dan Menyampaikan Pesan Advokasi
Sasaran advokasi yang berbeda-beda memberikan respon terhadap pesan yang
berbeda pula. Misalnya, seorang Menteri Sosial mungkin akan bertindak ketika
kepadanya disajikan data terperinci tentang angka lanjut usia di suatu daerah.
Pesan apakah yang perlu sampai kepada sasaran advokasi pilihan demi
kepentingan suatu kegiatan advokasi?

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -8-


5. Membentuk Koalisi
Kekuatan advokasi kerapkali ditentukan oleh kuatnya koalisi beberapa orang,
organisasi, atau lembaga yang mendukung tujuan advokasi. Bahkan melibatkan
banyak orang yang mewakili kepentingan berbeda-beda dapat memberi
keuntungan dari sisi keamanan bagi advokasi maupun untuk memperoleh
dukungan politik. Dalam konteks ini, siapa lagi yang akan diundang bergabung
dalam kegiatan advokasi?, siapa lagi yang dapat menjadi rekan anda dalam
advokasi?
6. Membuat Presentasi yang persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi sasaran advokasi baik individu maupun
organisasi kadangkala sangat terbatas. Seorang menteri misalnya, mungkin hanya
memberikan kesempatan bertemu hanya selama 15 menit untuk kita
menyampaikan aspirasi. Oleh sebab itu diperlukan persiapan yang matang untuk
menyampaikan argumen yang meyakinkan dan gaya penyajian mungkin dapat
mengubah kesempatan yang sempit itu menjadi advokasi yang berhasil.
7. Mengumpulkan Dana untuk kegiatan Advokasi
Kegiatan advokasi memerlukan dana. Usaha untuk melakukan advokasi secara
berkelanjutan dalam waktu yang panjang berarti menyediakan waktu dan energi
dalam mengumpulkan dana atau sumber daya yang lain untuk mendukung tugas
advokasi. Oleh sebab itu pengumpulan dan pengelolaan dana untuk kegiatan
advokasi amatlah diperlukan.
8. Mengevaluasi Usaha Advokasi
Paling akhir dari kegiatan advokasi adalah evaluasi untuk mengetahui apakah
tujuan advokasi telah tercapai, bagaimana strategi advokasi dapat ditingkatkan?.
Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik atau masukan
untuk membaiki strategi dan usaha advokasi.

DINAMIKA PROSES ADVOKASI


Advokasi merupakan proses dinamis yang menyangkut seperangkat pelaku, gagasan,
agenda dan politik yang selalu berubah. Bagaimanapun, proses ini dapat dibagi menjadi
lima tahap; mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memilih solusi, membangun

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc -9-


kesadaran, tindakan kebijakan, dan evaluasi. Tahap-tahap ini hendaknya dipandang lentur
artinya tahap-tahap tersebut mungkin saja terjadi bersamaan atau berurutan, dan
prosesnya sendiri mungkin saja berhenti atau berbalik.
1. Mengidentifikasi masalah
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah untuk mengambil tindakan
kebijakan. Tahap ini juga mengacu pada penetapan agenda. Mungkin saja
terdapat masalah yang besar yang perlu diperhatikan, tetapi tidak semuanya harus
mendapat tempat di dalam agenda tindakan. Pekerja sosial sebagai advokat harus
menentukan masalah mana yang perlu dituju dan diusahakan untuk mencapai
lembaga yang menjadi sasaran agar diketahui bahwa isu tersebut memerlukan
tindakan.
2. Merumuskan solusi
Pekerja sosial yang berperan sebagai advokat harus merumuskan solusi mengenai
masalah yang telah diidentifikasi dan memilih salah satu yang paling feasible
ditangani secara politis, ekonomis dan sosial.
3. Membangunan kemauan politik
Membangun kemauan politik (political will) untuk bertindak menangani isu dan
mendapatkan solusinya merupakan bagian terpenting dari advokasi. Tindakan
pada tahap ini antara lain membentuk koalisi, menemui para pembuat keputusan,
membangun kesadaran dan menyampaikan pesan secara efektif.
4. Melaksanakan kebijakan
Jika masalahnya telah dikenalpasti, solusi telahpun dirumuskan serta adanya
kemauan politik untuk bertindak maka peluang ini dapat dijadikan titik masuk
pekerja sosial untuk bertindak melaksanakan kebijakan.
5. Evaluasi
Kegiatan advokasi yang baik harus menilai efektifitas advokasi yang telah
dilakukan. Selain itu evaluasi dapat juga dilakukan terhadap usaha yang telah
berjalan dan menentukan sasaran baru berdasarkan pengalaman mereka. Berbagai
pihak termasuk lembaga yang menerima perubahan kebijakan perlu menilai
efektifitas perubahan tersebut secara periodik.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 10 -


MANDAT PEKERJA SOSIAL UNTUK MELAKUKAN ADVOKASI
Apakah mandat yang dimiliki pekerja sosial untuk menjalankan advokasi? Bagaimana
pekerja sosial terlibat dalam advokasi?. Misi pekerjaan sosial adalah konsen kepada
individu dan lingkungan sosial. Litzelfelner dan Petr (1997) mengatakan profesi
pekerjaan sosial pada dasarnya melaksanakan advokasi klien berdasarkan tanggungjawab
etika dan fungsi utama praktek pekerjaan sosial. Terdapat beberapa obligasi yang
mendasari praktek advokasi yang dilakukan oleh pekerja sosial antara lain:
1. Kode Etik
Dalam kode etik tercantum nilai-nilai dan prinsip etika antara lain dinyatakan
bahwa tujuan utama pekerja sosial adalah membantu orang dalam memenuhi
kebutuhan dan ditujukan kepada pemecahan masalah sosial. Dalam kode etik juga
antara lain dinyatakan pekerja sosial menentang ketidakadilan sosial, menghargai
harkat dan martabat manusia serta mempromosikan kesejahteraan umum
masyarakat. Kode etika juga mencantumkan tentang perlunya pekerja sosial
menyadari dampak arena dan kebijakan politik terhadap praktek yang karenanya
perlu advokasi untuk perubahan kebijakan dan perundangan yang dapat
meningkatkan kondisi sosial dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dan
keadilan sosial.
2. Pemahaman Pekerjaan Sosial tentang Person-in Environment
Profesi pekerjaan sosial mempunyai pendekatan yang unik dalam membantu
orang tumbuh dan berkembang yaitu keyakinan bahwa persekitaran atau
lingkungan sosial individual mempengaruhi kesejahteraan mereka secara
langsung (Kirst-Ashman & Hull, 1993). Oleh sebab itu dalam membantu
individu-individu dengan permasalahannya juga harus mampu mengintervensi
secara efektif pada level masyarakat, daerah, nasional atau internasional.
Komitmen perubahan pada level individu saja tidak akan efektif. Sebagai pekerja
sosial, mereka harus menilai semua faktor yang mempengaruhi kehidupan dan
masalah klien.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 11 -


3. Posisi Historis Advokasi dalam Pekerjaan Sosial
Berdasarkan sejarah, advokasi mendapat tempat utama dalam praktek pekerjaan
sosial. Amidei (1991) menyatakan bahwa advokasi tercermin dalam praktek
pekerjaan sosial tradisional, dan ini sejalan dengan pendapat Reisch (1986).
4. Sanksi Masyarakat dari Advokasi
Dean (1977) mengatakan bahwa masyarakat modern telah mengakui pekerjaan
sosial sebagai disiplin profesional untuk membantu individu dan kelompok yang
tidak terlibat dalam pembangunan industri, perkotaan dan teknologi. Masyarakat
juga turut menentukan intervensi pekerja-pekerja sosial ke dalam situasi-situasi di
atas yang dikenal sebagai pendekatan non teknikal atau pendekatan manusia
kepada manusia untuk tujuan pemecahan masalah.
5. Alasan Pribadi Untuk Menjadi Seorang Advokat
Berdasarkan hasil penelitian, seseorang menjadi seorang advokat disebabkan alas
an-alasan pribadi seperti frustrasi dengan pekerjaan yang ada, latar belakang
keluarga, latar belakang pribadi terlibat dalam kesukarelaan, pengalaman
seseorang dibawah tekanan, dan pembacaan tentang perubahan sosial telah turut
mempengaruhi mereka dan evolusi ideologi pribadi yang mencerminkan
keyakinan mereka tentang perubahan.
6. Pengaruh Badan Sosial Tempat Praktek Pekerjaan Sosial
Pekerja sosial yang bekerja di sebuah badan atau organisasi dimana advokasi
ditonjolkan mau tidak mau turut mempengaruhi praktek advokasi. Fungsi agensi
mungkin yang utama adalah mencari faktor penyebab masalah. Pekerja sosial
dapat memberikan advokasi kepada badan sosial tersebut. Mereka juga dapat
menjaga dan mewakili kepentingan klien apabila kebijakan dan praktek yang
dilaksanakan badan sosial dan pihak lain tidak memihak kepada mereka.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 12 -


NILAI DALAM ADVOKASI PEKERJAAN SOSIAL
Nilai merujuk kepada keyakinan yang penting, dimensi yang penting dan isu fital yang
ada pada individu atau oleh kelompok. Advokasi pekerjaan sosial mengandung beberapa
nilai yang menunjukkan profesi pekerjaan sosial mempunyai harga diri yang tinggi dan
fundamental bentuk yang asli suatu profesi. Nilai dasar dalam praktek advokasi
pekerjaan sosial antara lain:
1. Hak dan martabat individual (Dignity and Right of the individual)
2. Pemberian suara kepada yang tiada kuasa (Giving voice to the powerless)
3. Penentuan diri sendiri (Self-determination)
4. Pemberdayaan dan perspektif penguatan (Empowerment and strengths
perspective)
5. Keadilan sosial (Social justice)

KARAKTERISTIK DAN KENDALA ADVOKASI PEKERJAAN SOSIAL


Terdapat beberapa karakteristik yang mendukung advokasi pekerjaan sosial, yaitu:
1. Berorientasi tindakan (Action oriented) yaitu suatu advokasi sudah pasti
berorientasi kepada tindakan untuk mencapai perubahan sesuai dengan fungsi dan
peranan pekerja sosial.
2. Menentang ketidakadilan (Opposed to injustice) yaitu pada dasarnya pekerjaan
sosial sangat menentang ketidakadilan, oleh sebab itu advokasi pekerjaan sosial
juga menentang ketidakadilan yang wujud dalam sistem sosial masyarakat.
3. Tidak netral (Not neutral). Karakteristik lain advokasi pekerjaan sosial adalah
para pekerja sosial tidaklah bersifat netral. Dalam hal advokasi, pekerja sosial
selau berpihak kepada yang lemah, yang perlu dibantu melalui usaha advokasi.
4. Mengkaitkan kebijakan kepada praktek (Links policy to practice). Kegiatan
advokasi pekerjaan sosial adalah menterjemahkan kebijakan ke dalam praktek
kebijakan agar praktek kebijakan tersebut memberi manfaat kepada semua orang.
5. Kesabaran dan penuh harapan (Patient and hopeful). Karakteristik lain dari
advokasi pekerjaan sosial adalah bahwa advokasi harus dilakukan dengan
kesabaran penuh agar hasil advokasi dapat tercapai dengan baik. Selain itu

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 13 -


advokasi juga harus dilakukan dalam situasi yang penuh harapan akan
keberhasilan advokasi itu sendiri.
6. Pemberdayaan (Empowering)
Pada hakekatnya, advokasi pekerjaan sosial itu adalah pemberdayaan klien yang
menerima pelayanan. Setiap usaha advokasi tujuannya adalah pemberdayaan
klien agar dapat mengatasi masalah dan mandiri.

Selain mengetahui karakteristik praktek advokasi pekerjaan sosial, patut juga disadari
bahwa seorang pekerja sosial kerapkali mengahadapi kendala untuk melakukan praktek
advokasi. Kendala-kendala tersebut antara lain: (1) sejarah dan isu profesionalisme
pekerjaan sosial, (2) ketiadaan standard dan norma profesional, (3) masalah managerial,
(4) tempat bekerja, (5) persepsi advokasi sebagai konfrontasi, (6) tidak memahami
kebutuhan klien, (7) ketakutan kehilangan status, (8) ketiadaan pendidikan atau pelatihan
khusus, (9) strategi intervensi yang tidak popular, (10) ketidakmengertian mengenai
bentuk advokasi

KESIMPULAN
Terma advokasi dalam pekerjaan sosial telah lama ada, namun praktek advokasi dalam
pelayanan manusia khususnya dalam profesi pekerjaan sosial relative baru muncul pada
decade 1970an. Tujuan advokasi adalah untuk mengubah kebijakan, kedudukan atau
program dari sebuah institusi. Ada beberapa jenis advokasi yaitu advokasi klien, advokasi
masyarakat, advokasi legislatif, dan advokasi administratif. Suatu advokasi mengandung
unsur-unsur pokok yaitu tujuan advokasi, data, sasaran advokasi, pesan advokasi,
pelaksanaan advokasi, evaluasi dan fundraising untuk menunjang kegiatan advokasi.
Advokasi merupakan kegiatan yang dinamis yang terdiri dari kegiatan identifikasi
masalah, merumuskan solusi, membangun kemauan politik, melaksanakan kebijakan,
dan evaluasi kebijakan.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 14 -


DAFTAR BACAAN
Amidei, N. (1991). Policy advocacy as social work practice.
Dean, W.R. (1977). Back to activism. Social Work, 22, 369-373.
Hepworth, D.H., Rooney, R.H. & Larsen, J.A. (1997). Direct social work practice:
Theory and skills (4th Ed.). Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.
Johnson, L. C. (1995). Social work practice: A generalist approach. Boston: Allyn and
Bacon.
Miryam S.V. Nainggolan. (2004). Advokasi dalam pengembangan sosial masyarakat.
Bahan kuliah umum tanggal 7 September 2004. Bandung: Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial
Kaminski, L. & Walmsley, C. (1995). The advocate brief: A guide for social workers.
The Social Worker, 63, 53-58.
Kirst-Ashman, K. K. & Hull, G.H.Jr. (1993). Understanding generalist practice.
Chicago: Nelson-Hull.
Kotler, P. (1972). The five Cs: Cause, change agencys, change target, channel, and
change strategy. Dalam Zaltman, Kotler & Kaufman (Eds.), Creating social
change (hal. 172-185). New York: Holth & Rinehart.
Kutchins, H. & Kutchins, S. (1978). Advocacy and social work. Dalam G.Weber & G.
McCall (Eds.), Social scientist as advocates: View from the applied disciplines.
Beverly Hills, CA: Sage.
Litzefelner, P. & Petr, C. G. (1997). Case advocacy in child welfare. Social Work, 42,
392-402.
Reisch, M. (1986). From cause to case and back again: The reemergence of advocacy in
social work. Urban and Social Change Review, 19, 20-24.
Sharma, R. R. (2004). Pengantar advokasi; panduan dan latihan (alihbahasa oleh
P.Soemitro). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Schneider, R. L. & Lester, L. (2001). Social work advocacy: A new framework for action.
Belmont, CA: Brooks/Cole Thomson Learning.
Taylor, E. D. (1987). From issue to action: An advocacy program model. Lancaster, PA:
Family Services.
United Nations. (1994). A Manual for School of Social Work and the Social Work
Profession. Geneva: Commision on Human Right Press.
Zastrow, C. (1982). Introduction to social welfare: Institutions, social problems, services
and current issue. New Jersey: The Dorsey Press.

F:\KOLEKSI MAKALAH-1\NASKAH AKHIR ADVOKASI SOSIAL.doc - 15 -

Anda mungkin juga menyukai