Oleh :
Pembimbing :
dr. Victor Paulus Manuhutu, Sp.P,FAPSR
Data epidemiologi
Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
• Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) lebih dari 5x
Palpasi : Nyeri tekan (-), ascites (-), hepar teraba
Perkusi : Redup
Diagnosis
Utama
• TB Paru ON OAT
Diagnosis
Sekunder
• Hemoptoe
Terapi
1. IVFD NaCl 3% / 24j
2. Asam Tranesamat 1 ampl/12 j
3. Vit K 3x1 p.o
4. Vit C 3x1 p.o
5. Vestein 3x1 p.o
Pembahasan
Bagaimana
cara
mendiagnosa
pasien dalam
kasus diatas? Anamnesa
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Dok II dengan keluhan batuk darah tanggal 15
November 2021 tanpa disertai sesak, pada hari jumat Tanggal 12-11-2021 pasien
mengatakan kejadian itu terjadi setelah pasien beraktifitas dan berolaragah sore hari
pasien merasa ada sesuatu pada leher setelah pasien mencoba untuk batuk
ternyata batuk yang pasien keluarkan lendir bercampur darah dalam jumlah sedikit
dan hari berikutnya saat pasien sedang istirahat pasien merasa ada sesuatu pada
tenggorokan pasien mencoba berbalik dan secara spontan lendir bercambur dengan
darah keluar begitu saja tanpa ada rasa ingin batuk jumlah lendir yang bercampur
darah saat itu cukup banyak sehingga pasien merasa harus memeriksakan diri ke
rumah sakit.
Lanjutan..
• Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. TB adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya. Pada
tahun 1993, WHO (World Health Organization) mencanangkan kedaruratan global
penyakit TB karena jumlah kasus TB meningkat dan tidak terkendali.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke
posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Lima Negara dengan
jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, China, Afrika Selatan,
Nigeria dan Indonesia.
Pada tahun 2006 terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB secara global.
Diperkirakan 1,7 juta orang meninggal karena TB termasuk mereka yang terinfeksi
oleh HIV.3 Selain itu munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah
permasalahan bagi penderita TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko
kejadian TB paru secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman
TB terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin menjadi masalah
karenatidak dapat disembuhkan.
• Pada tahun 2006 terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB secara
global. Diperkirakan 1,7 juta orang meninggal karena TB termasuk
mereka yang terinfeksi oleh HIV.3 Selain itu munculnya pandemi
HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan bagi penderita TB.
Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB paru
secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman
TB terhadap obat anti TB (multidrug resistence = MDR) semakin
menjadi masalah karenatidak dapat disembuhkan.
Tuberkulosis dapat menyebabkan hemoptoe baik pada penyakit
aktif (lesi cavitary, pecahnya aneurisma arteri paru-paru) atau sebagai
sequelae terlambat (pecahnya aneurisma atau sekunder untuk
bronkiektasis). Pecahnya Rassmussens aneurisma bisa terjadi pada
penyakit TB paru aktif atau pada TB paru sekunder. Hal ini terjadi
terdapat bagian ektatik dari arteri paru yang melintasi rongga
berdinding tebal pecah.
• Penyebab lain terjadinya perdarahan ialah ulserasi pada dinding
kavitas yang baru terbentuk dimana penuh dengan jaringan
granulasi yang kaya dengan pembuluh darah dan juga dapat
disebabkan ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah masif
dapat merenggut nyawa penderita oleh karena asfiksia, kehilangan
banyak darah dalam waktu singkat dan penyebaran penyakit ke
bagian-bagian paru yang sehat.
Lanjutan..
• Pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang klinisi baik itu anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang kemudian diteruskan pemeriksaan imaging oleh
sejawat radiologis dan diikuti pemeriksaan secara histopatologi oleh
sejawab patologis akan memberikan suatu diagnosis yang pasti dari suatu
kelainan di paru, namun demikian masih juga dijumpai keterbatasan
masing-masing pemeriksaan sehingga menimbulkan problem dalam
penegakkan diagnosis. Berikut ini akan dilaporkan sebuah laporan kasus
problem penegakan diagnosis penderita dengan massa di paru
Terimakasih