Anda di halaman 1dari 25

MODUL 4-

Perpangkatan dan
bilangan romawi
PETA KONSEP
MODUL 4
Perpangkatan/penarikan Sistem bilangan
akar bilangan bulat Romawi

Mengenal Perpangkatan Mengenal bilangan Romawi

Sifat-sifat Perpangkatan Lambang Bilangan Romawi

Penarikan Akar Aturan Cara Penulisan


Bilangan Romawi

Kesalahan Konsep dalam


Perpangkatan dan Penarikan Mengubah bilangan desimal ke
Akar dalam bilangan Romawi dan
sebaliknya

Penerapan Bilangan Bulat Pemakaian bilangan Romawi pada


Dalam Masalah Sehari-hari kehidupan sehari-hari
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menentukan hasil perpangkatan dan penarikan akar pada bilangan bulat
2. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan konsep bilangan bulat
3. Menganalisis suatu kesalahan konsep yang biasa dilakukan oleh guru atau
siswa dalam memahami konsep perpangkatan dan penarikan akar pada
bilangan bulat
4. Menjelaskan perpangkatan dan penarikan akar pada bilangan bulat, serta
penerapannya dalam menyelesaikan masalah kepada siswa SD dengan
menggunakan pendekatan dan media/alat peraga yang sesuai
5. Mengubah bilangan asli ke dalam bilangan Romawi dan sebaliknya
6. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat
7. Menganalisis suatu kesalahan konsep yang biasa dilakukan oleh guru atau
siswa dalam memahami bilangan Romawi
8. Menjelaskan bilangan dan lambang bilangan Romawi dan perubahan bentuk
bilangan desimal ke bilangan Romawi atau sebaliknya kepada siswa SD
dengan menggunakan pendekatan dan media/alat peraga yang sesuai
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
A. PERPANGKATAN
• Perpangkatan adalah operasi matematika untuk perkalian berulang suatu bilangan sebanyak pangkatnya. Pangkat suatu
bilangan adalah angka yang ditulis lebih kecil dan terletak agak ke atas. Berdasarkan semantik penulisan huruf disebut
dengan superscript, contoh : 22, 32, 42, dan lainnya.
• Sebelum melakukan pembelajaran perpangkatan, terlebih dahulu mengingatkan konsep operasi penjumlahan dan
perkalian baik pada bilangan cacah maupun pada bilangan bulat. Contohnya : Toni memiliki dua keranjang, masing-
masing keranjang berisi 5 buah. Berapa buah yang dimiliki oleh Toni? bahwa banyaknya buah yang dimiliki oleh Toni yaitu
2 × 5 = 5 + 5 = 10 buah.
• Perkalian berulang artinya perkalian yang dilakukan secara berulang-ulang dengan faktor-faktor yang sam. Contohnya
terdapat 5 faktor yang sama yaitu bilangan 2. Perkalian berulang juga dapat disajikan dalam bentuk bilangan
perpangkatan, yaitu : 2 × 2 × 2 × 2 × 2 = 25
• 25 dibaca “ dua dipangkatkan Lima” atau disingkat “ dua pangkat lima “
• 2 disebut bilangan pokok atau bilangan yang dipangkatkan
• 5 disebut pangkat atau eksponen.
• Dapat disimpulkan bahwa jika suatu perkalian berulang mempunyai b faktor dan faktornya sama yaitu a maka bentuk
perkaliannya dapat ditulis sebagai berikut.
a × a × a ×... × a = ab
• Bentuk perpangkatan juga banyak digunakan untuk menyingkat cara menulis bilangan bilangan yang besar, contohnya :
1000 = seribu = 103
1000.000 = satu juta = 106
1000.000.000 = satu milyar = 109
1000.000.000.000 = satu triliyun = 1012, dan sebagainya.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
2. SIFAT-SIFAT PERPANGKATAN
A. Sifat perkalian bilangan
Perkalian perpangkatan dengan bilangan pokok yang sama dapat diturunkan dengan
cara menuliskan perkaliannya secara lengkap. Contohnya :
a2 × a3 = ( a×a) × ( a×a×a)
----------- 2 faktor 3 faktor
= a×a×a×a×a
 5 faktor
= a5
Bentuk a2 × a3 = a5 adalah salah satu sifat dari perpangkatan. Penulisan bilangan
bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sama diperoleh dengan
menjumlahkan eksponen eksponennya.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
B. Sifat pembagian bilangan berpangkat
Pembagian an2 bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang
sama diperoleh dengan cara mengurangkan eksponen pembagi dari
eksponen bilangan yang dibagi, yaitu : a^m : a^n = a^m-n
 Contohnya : 35 : 33
= (3×3×3×3×3) : (3×3×3)
= (3×3) (3×3×3) : (3×3×3)
= (3×3) × 1
= 32
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
C. Sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian
Sifat distributif adalah aturan di dalam matematika yang membantu
menyederhanakan persamaan dengan tanda kurang. Dengan sifat distributif bisa
mengalikan suku di luar kurung dengan yang di dalam kurung. Sifat distributif juga
bisa untuk menyederhanakan persamaan yang mengandung pecahan. Contoh dari
sifat distributif dasar, yaitu :
2 (x – 3) = 10
2 (x) – (2)(3) = 10
2x -6 = 10
Contoh distributif perpangkatan : (a×b)5 = a5 × b5
(axb)5 = (axb) × (axb) × (axb) × (axb) ×(axb)
------------ { Sebanyak 5 faktor }
= (axaxaxaxa) (bxbxbxbxb)
= a 5 x b5
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA

D. Sifat distributif perpangkatan terhadap pembagian


Seperti halnya sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian sifat yang keempat
ini dapat dibuktikan dengan bantuan definisi perpangkatan. Yaitu :
(a:b)5 = (a:b) x (a:b) x (a:b) x(a:b) x(a:b)
---------- { Sebanyak 5 faktor}
= (axaxaxaxa) : (bxbxbxbxb)
= a5 : a5
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA

E. Sifat perkalian eksponen eksponen


Perhatikan bentuk (52) 3 yang dapat kita tulis secara lengkap
seperti berikut ini.
(52)3 = (52) × (52) × (52) = 52+2+2 = 53×2 = 56
Jadi bila sebuah bilangan berpangkat dipangkatkan lagi dengan
pangkat lain maka eksponen eksponennya dikalikan.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA

F. Sifat eksponen negatif


Dalam rumus (sifat b) a^m : b^n = a^m-n
Jika rumus ini diberlakukan pula untuk m < n maka kita peroleh
sebuah bilangan berpangkat dengan eksponen negatif seperti
berikut :
a4 : a7 = a4-7 = a3
Negatif tidak menunjukkan bahwa bilangan a ^-n negatif
melainkan sebuah perpangkatan dari sebuah bilangan yang telah
dibagi oleh sebuah bilangan berpangkat yang eksponen nya lebih
besar.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA

G. Sifat bilangan nol dalam perpangkatan


Bilangan 0 (nol) terdapat tiga hal dalam perpangkatan, yaitu :
1. 0a  contoh : 05 = 0×0×0×0×0 = 0. Karen hasil perkalian
berulang 0 dengan 0 adalah 0 maka 05 = 0
2. a° dan a^1  contohnya :73 : 73 = 73-3 = 7°
3. 0°  0° tidak dapat didefinisikan.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
3. PENARIKAN AKAR
• Penarikan akar adalah invers dari perpangkata.
• Contohnya :
4 dan 2  4 adalah kuadrat dari 2
Jika dalan bentuk pangkat dua (kuadrat), yaitu 4 =22
• Penarikan akar dari sebuah bilangan adalah mencari sebuah bilangan lain yang
kuadratnya sama dengan bilangan semula, contohnya :
Akar dari 25 ialah mencari bilangan yang kuadratnya sama dengan 25
Lambang untuk relasi akar (akar pangkat dua) adalah “√” yang berlaku secara
universal sehingga secara singkat notasi penarikan akar pada contoh  √25 = 5, sebab
52 = 25
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
4. Kesalahan konsep dalam perpangkatan dan penarikan akar
Perlu diketahui bahwa ada kalanya terjadi kesalahan konsep yang dilakukan oleh siswa dalam
pembelajaran perpangkatan maupun penarikan akar, diantaranya yaitu:
1. Masih ada siswa yang belum memahami konsep perpangkatan diantaranya melakukan
Perkalian antara bilangan pokok dengan pangkatnya atau eksponen.
2. Dalam melakukan perkalian bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sama sering
terjadi dengan mengalikan pangkatnya.
3. Kesalahan yang paling sering terjadi, yaitu pada bagian bilangan berpangkat oleh bilangan
pokok yang sama dilakukan dengan cara membagi pangkatnya bukan dengan cara
mengurangkan pangkat yang dibagi oleh pangkat pembagi.
4. Masih ada pula Kekeliruan dalam menentukan hasil sebuah bilangan berpangkat dibagi oleh
bilangan berpangkat yang pangkatnya lebih besar sehingga menghasilkan bilangan negatif
walaupun caranya sudah benar.
5. Ada pula penarikan akar yang masih terjadi kesalahan konsep, yaitu “Akar pangkat m dari a
pangkat n adalah sama dengan a pangkat n dibagi m” sehingga memberikan hasil perhitungan
yang benar namun dalam proses perhitungannya masih ada yang membuat kekeliru.
6. Terjadinya kesalahan pada penarikan akar kuadratnya. Karena masih beranggapan bahwa akar
pangkat dua dari sebuah bilangan positif mempunyai dua kemungkinan nilai yaitu nilai positif
dan nilai negatif.
KEGIATAN BELAJAR 1
PERPANGKATAN/PENARIKAN AKAR BILANGAN BULAT
DAN PENGGUNAANNYA
B. Penerapan bilangan bulat dalam masalah sehari-hari
• Penerapan bilangan bulat pada masalah keseharian dipandang perlu untuk
memperlihatkan Bagaimana proses pembelajaran matematika yang menarik,
menantang, dan menimbulkan kreativitas para siswa. Salah satunya soal-soal
dalam bentuk cerita adalah satu kegiatan pembelajaran matematika yang paling
memungkinkan mencapai tuntutan dan harapan kurikulum tersebut.
• Secara garis besarnya kegiatan pembelajarannya dapat diurutkan ke dalam empat
kegiatan pokok berturut-turut, yaitu :
1. Mengerti persoalan
2. Merencanakan penyelesaian
3. Melakukan penyelesaian
4. Memeriksa kembali
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI

A. MENGENAL BILANGAN ROMAWI


Angka Romawi atau juga disebut sebagai Bilangan Romawi
merupakan sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno. Sistem
penomoran ini menggunakan huruf Latin untuk melambangkan angka
numerik. Angka Romawi ini pun juga masih digunakan sampai
sekarang. Sistem yang kita pakai sehari-hari dinamakan sistem angka
Hindu-Arab dengan menggunakan basis (bilangan dasar 10). Karena
sistem ini menggunakan basis 10 maka disebut juga sistem desimal.
Sebelum mengadopsi sistem bilangan Hindu Arab orang
menggunakan penyimbolan dengan tangan yang ditemukan oleh
bangsa Romawi. Tepatnya digunakan pada periode warisan bangsa
Etruscan. Penomoran bangsa Romawi didasarkan pada sistem
biquinary.
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI

B. LAMBANG BILANGAN ROMAWI


Lambang-lambang pokok (Simbol-simbol Dasar) Angka
Romawi :
 Angka Dasar
Angka I V X L C D M
Romawi
Angka 1 5 10 50 100 500 1000
Asli/Desimal

 Angka Kelipatan 1000 (Seribu)


Angka V X L C D M
Romawi
Angka 5.000 10.000 50.000 100.000 500.000 1.000.000
Asli/Desimal
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI
C. ATURAN CARA PENULISAN ANGKA ROMAWI
1. Sistem Pengulangan
Dalam melakukan pengulangan tersebut, tidak semua angka Romawi dapat ditulis ulang, pengulangan
dilakukan itu dibatasi paling banyak adalah tiga kali. Adapun angka Romawi yang dapat diulang antara
lain I, X, C, dan M. Sedangkan Angka Romawi yang tidak dapat diulang antara lain V, L, dan D.
Lambang bilangan yang sama hanya bisa ditulis secara berurutan maksimal tiga kali saja.
Contoh :
• 3 = III , angka romawi III = 3, I adalah simbol untuk angka 1. Simbol I diulang sebanyak tiga
kali, artinya 3 x 1 = 3
• 30 = XXX, angka romawi XXX = 30, X adalah simbol untuk angka 10. Simbol X diulang
sebanyak tiga kali, artinya 3 x 10 = 30
• 4 Tidak bisa ditulis IIII (karena berurutan lebih dari tiga kali) tetapi angka 4 dalam bilangan
romawi ditulis IV.
• 40 Tidak bisa ditulis dengan XXXX (karena berurutan lebih dari tiga kali) tetapi 40 ditulis XL.
• I =1
• II = 2
• III = 3
• IV = 4
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI

2. Sistem Pengurangan
Jika angka romawi yang lebih kecil ditulis didepan angka yang lebih besar,
ini artinya sistem pengurangan. Pengurangan hanya dapat dilakukan satu kali. I
hanya dapat dikurangi dari V dan X, X hanya dapat dikurangkan dari L dan C, C
hanya dapat dikurangkan dari D dan M. (hanya ada 6 kasus).
Contoh :
• IV artinya 5 – 1 = 4, karena I=1 dan V =5, Dan letak I berada didepan
bilangan yang lebih besar berarti pengurangan. (nilai kiri ke kanan nilainya
naik atau yang paling tinggi di sebelah kanan, jadinya dikurangkan)
• IX artinya 10 – 1 = 9
• XL artinya 50 – 10 = 40
• XC artinya 100 – 10 = 90
• CD artinya 500 – 100 = 400
• CMXCIX artinya (1000 – 100 ) + (100 – 10) + (10 – 1) = 900 + 90 + 9 = 999
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI
3. Sistem Penjumlahan
Jika angka romawi yang bernilai sama atau lebih kecil ditulis dibelakang angka yang lebih besar, ini
artinya sistem penjumlahan. Bilangan romawi hanya bisa ditambah dengan bilangan satu level
dibawahnya, puluhan hanya bisa ditambah oleh satuan, ratusan hanya bisa ditambah oleh puluhan,
ribuan hanya bisa ditambah ratusan. Penjumlahan hanya dapat dilakukan maksimal tiga kali.
Contoh :
• VI artinya 5 + 1 = 6 (dari kiri ke kanan nilainya turun atau nilai paling tinggi di sebelah kiri
dijumlahkan)
• VII artinya 5 + 2 = 7
• VIII artinya 5 + 3 = 8
• XI artinya 10 + 1 = 11
• XV = 10 + 5 = 15
• LX = 50 + 10 = 60

4. Sistem Gabungan
Sistem ini adalah gabungan antara sistem pengurangan dan penjumlahan.
Contoh :
• XIV = 10 + (5 – 1) = 14
• LIX = 50 + (10-1) = 59
• CXLIV = 100 + (50 – 10) + (5 – 1) = 100 + 40 + 4 = 144
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI
5. Untuk menuliskan sebuah bilangan yang besar digunakan simbol garis ( “ “) di atas
simbol yang bersangkutan
Contoh :
• V artinya 5 x 1000 = 5000
• V artinya 5 x 1000 x 1000 = 5.000.000
• M artinya 1000 x 1000 x 1000 = 1.000.000.000
• V artinya 5 x 1000 x 1000 x 1000 = 5.000.000.000
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI
D. MENGUBAH BILANGAN DESIMAL KE DALAM BILANGAN ROMAWI DAN SEBALIKNYA
1. Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan romawi

•  6 = …
1.)    Apakah 6 = I I I I I I ?
2.)    Apakah pada sistem Romawi di bolehkan menulis lebih dari 3 lambang bilangan
secara berurutan ?
3.)    6 = 5 + 1 = VI, sebab dari kiri ke kanan nilainya turun berarti harus dijumlahkan

•  4000 = ..
1.)    Apakah 4000 = M M M M?
2.)    4000 = 4 x 1000.
3.)    Bagaimanakah cara penulisan yang menggunakan perkalian dengan 1000?
4.)    4000 = 4 x 1000 = IV.

• 24 = …
1.)    24 = 20 + 4
2.)    Bagaimanakah cara penulisan 20 dan bagaimana penulisan 4?
3.)    20 = XX dan 4 = IV
4.)    24 = 20 + 4 = XXIV.
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI
• 499 = …
1.)    499 = 400 + 90 + 9
2.)    Bagaimana penulisan bilangan 400, 90, dan 9?
3.)    Mengapa 400 = 500 – 100, 90 = 100 – 10, dan 9 = 10 – 1?
(ingat C hanya bisa dikurangkan dari D atau M, X hanya bisa
dikurangkan dari L dan C, sedangkan I hanya bisa dikurangkan dari V dan X)
4.)    499 = 400 + 90 +  9
  = (500 – 100) + (100 – 10) + (10 – 1)
 = C D X C I X.

• 323 = …
1.)    323 = 300 + 20 + 3
= (3 x 100) + (2 x 10) + (3 x 1)
2.)    Apakah dalam sistem Romawi dibolehkan menulis tiga lambang atau
kurang secara berurutan?
3.)    323 = C C C X X I I I
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI

2. Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan desimal


• XVIII=…
    = 10 + 5 + 3
            = 18
•  C D X C I = …
                   = (500 – 100) + (100 – 10) + 1
                   = 400 + 90 + 1
                   = 491
•  M M M D C C L X I I I = (3 x 1000) + (500 + 200) + (50 + 10) + 3
                                         = 3000 + 700 + 60 + 3
                                         = 3763
• I X D C X L I V = (10 – 1) x 1000 + (500 + 100) + (50 – 10) + (5 – 1)
                             = 9000 + 600 + 40 + 4
                             = 9644

• MMCMLXXXVII=…
                                            = (2000 + (1000 – 100) + (50 + 30) + (5 + 2) ) x 1000 x 1000
                                           = (2000 + 900 + 80 + 7) x 1000 x 1000
                                            = 2.987.000.000
KEGIATAN BELAJAR 2
BILANGAN ROMAWI

E. PEMAKAIAN BILANGAN ROMAWI PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Pada penulisan buku termasuk penulisan karya ilmiah angka romawi
masih dipergunakan, misalnya: Bab I. Pendahuluan, Bab II Landasan
Teori dan sebagainya.
2. Penamaan suatu sekolah, suatu kelas, atau suatu semester, sering pula
digunakan angka romawi, misalnya : SMP Negeri IX, Kelas V, Kelas IIB,
Semester II, Semester III dan sebagainya.
3. Penamaan sebuah jalan, misalnya : Jalan Mars Selatan XVI
4. Pada spanduk-spanduk yang direntangkan di jalan-jalan besar/pada
tempat-tempat pengumuman, misalnya : Dirgahayu HUT RI ke-LXI,
Amankan TAP MPR XXI.
5. Angka romawi kadang-kadang dipergunakan dalam alat pengukur waktu,
misalnya : jam gadang di kota Padang, produk-produk jam tangan/jam
dinding tertentu.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai