Anda di halaman 1dari 15

Kelompok VI

ABRAHAM RUINDUNGAN
ADRIAN PRASETYO
ASTRID
AZIZ
DESI ANTAMENG
ERNAWATI
MARFIANTI TABINGKE
I KETUT SETIARTA
 
TRAUMA MEDULA SPINALIS
Medula spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan
saraf pusat terletak di dalam kanalis vertebralis dan menjulur
dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis .
Trauma medula spinalis dapat bervariasi dari trauma
ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara
mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari
medula spinalis dengan quadriplegia (Fransisca 2012).
 
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi
neurologi yangdisebabkan oleh benturan pada medulla
spinalis (Brunner & Suddarth,2001).
Etiologi

Kecelakaan di jalan raya


Olahraga.
Menyelam pada air yang dangkal.
Gagguan lain yang menyebabkan trauma medula
spinalis seperti apondiliosis serviakal dengan mielopati,
yang menghasikan saluran sempit dan mengakibatkan
cedera progesif terhadap medula spinalis dan akar yang
disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra;
siringmielia; tumor infiltrasi maupun kompres; penyakit
vaskular (Fransisca 2012, Hal 30)
Patofisiologi

 
 Cedera medula spinalis kebanyakan terjadi sebagai
akibat cedera pada vertebra. Medula spinalis yang
mengalami cedera biasanya berhubungan dengan
akselerasi,deselerasi, atau kelainan yang diakibatkan
oleh berbaga tekanan yang mengenai tulang belakang.
Tekanan cedera pada medula spinalis mengalami
kompresi, tertarik atau merobek jaringan.
Lokasi cedera umumnya mengenai C1 dan C2, C4, C6, dan T11 atau L2.Fleksi-rotasi, dislokasi,
dislokasi fraktur, umumnya mengenai servikal pada C5 dan C6. Jika mengenai spina
torakolumbar, terjadi pada T12-L1. Fraktur lumbal adalah fraktur yanng terjadi pada daerah
tulang belakang bagian bawah. Bentuk cedera ini mengenai ligamen, fraktur vertebra,
kerusakan pembuluh darah, dan mengakibatkan iskemia medula spinalis.
 
 Hiperekstensi. Jenis cedera ini umumnya mengenai klien dengan usia dewaasa yang
memiliki perubahan degeneratif vertebra, usia muda yang mendapat kecelakaan lalu
lintas saat mengendarai kendaraan, dan usia muda mengalami cedera leher. Saat
menyelam jenis cedera ini menyebabkan medula spinalis bertentangan dengan
ligamentum flava dan mengakibatkan kontusio kolom dan dislokasi vertebrata. Transeksi
lengkap dari medula spinalis dapat mengikuti cedera hiperekstensi. Lesi lengkap dari
medula spinalis mengakibatkan kehilangan pergerakan volunter menurun pada daerah
lesi dan kehilangan fungsi refleks pada isolasi bagian medula spinalis.
 
Kompresi cedera kompresi sering disebabkan karena
jatuh atau melompat dari ketinggian, dengan posisi
kaki atau bokong(duduk). Tekanan mengakibatkan
fraktur vertebra dan menekan medula spinalis. Diskus
dan fragmen tulang dapat masuk ke medula spinalis.
Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan
mengalami cedera serta menyebabkan edema dan
pendarahan. Edema pada medula spinalis
mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi (Fransisca
2012, Hal 30)
Klasifikasi

Cedera tulang
Stabil. Bila kemampuan fragmen tulang tidak memengaruhi kemampuan
untuk bergeser lebih jauh selain yang terjadi saat cedera. Komponen arkus
neural intak serta ligamen yang menghubungkan ruas tulang belakang,
terutama ligamen longitudinal posterior tidak robek. Cedera stabil
disebabkan oleh tenaga fleksi, ekstensi, dan kompresi yang sederhana
terhadap kolumna tulang belakang dan paling sering tampak pada daeraha
toraks bawah serta lumbal (fraktur baji badan ruas tulang belakang sering
disebabkan oleh fleksi akut pada tulang belakang) (Fransisca 2012, Hal 32).
Tidak stabil. Fraktur memengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh.
Hal ini disebabkan oleh adanya elemen rotasi terhadap cedera fleksi atau
ekstensi yang cukup untuk merobek ligamen longitudinal posterior serta
merusak keutuhan arkus neural, baik akibat fraktur pada fedekel dan
lamina, maupun oleh dislokasi sendi apofiseal (Fransisca 2012, Hal 32).
Cedera neurologis
Tanpa defisit neurologis.
Disertai defisit neurologis, dapat terjadi di daerah
punggung karena kanal spiral terkecil terdapat di
daerah ini (Fransisca 2012, Hal 33).
Penatalaksanaan medis
Terapi untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada,
Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural
Fiksasi internal elektif dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang
belakang
Terapi steroid, nomidipin, atau dopamin untuk perbaiki aliran darah koral
spiral
Penilaian keadaan neurologis setiap jam, termasuk pengamatan fungsi sensorik,
motorik, dan penting untuk melacak defisit yang progasif atau asenden
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, fungsi ventilasi, dan melacak
keadaan dekompensasi
Pengelolaan cedera stabil tanpa defisit neurologis seperti angulasi atau baji dari
badan ruas tulang belakang, fraktur proses transversus,spinosus, dan lainnya
Cedera tak stabil disertai defisit neurologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT SCAN
MRI
EMG
KOMPLIKASI
a. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur
simpatik yang desending pada medulla spinalis.
Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus
vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada
jantung sehingga menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah
maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya
terjadi hipotensi (Fransisca 2012, Hal 36).
b. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah
terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak
seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak (Fransisca 2012, Hal 36).

c. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari
cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau
torakal atas (Fransisca 2012, Hal 36).
 
d. Hiperfleksia autonomik
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut , keringat banyak, kongesti nasal,
bradikardi dan hipertensi.
ASUHAN KEPERAWATAN

BIODATA KLIEN

KELUHAN UTAMA

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

RIWAYAT KESEHATAN RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


SEKARANG

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Dasar Data Pengkajian

 Aktivitas/istirahat  Hygiene
 Sirkulasi  Neurosensorik
 Eliminasi  Nyeri/kenyamanan
 Integritas ego  Pernapasan
 Makanan atau cairan  Keamanan
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

1. Ketidakefektifan pola Kriteria Hasil:  Kaji kemampuan batuk


napas yang berhubungan  Batuk Efektif dan produksi secret
dengan kerusakan  Pasien mampu  Auskultasi bunyi nafas
kerusakan tulang mengeluarkan secret  Pertahankan jalan
punggung, disfungsi  Bunyi nafas normal nafas (hindari fleksi lehe,
neurovaskular, kerusakan  Jalan nafas bersih bersihkan sekret)
sistem muskuloskletal  Respirasi normal :  Berikan terapi
Irama dan jumlah nebulizer
pernafasan  Monitor warna, jumlah
dan konsistensi
sekret,lakukan kultur.
 Lakukan suction jika
perlu.
 Lakukan latihan nafas.
 Berikan minum hangat
jika tidak ada
kontraindikasi.
 Berikan oksigen dan
monitor analisis gas
darah.

Anda mungkin juga menyukai