Anda di halaman 1dari 23

Piagam Hak-hak dan Kewajiban

Ekonomi Negara
(Charter of the Economic Rights and
Duties of the States)
Wismaningsih
Fakultas Hukum Unsoed
Purwokerto

Wismaningsih, FH Unsoed 1
Latar Belakang CERDS
• Pertama kali diusulkan oleh Presiden Mexico waktu itu, Luis
Echeverria Alvarez pada 1972 dalam forum UNCTADf dan
untuk merancang Piagam tersebut. Usulan ini mendapat
tanggapan positif dan dukungan dari negara berkembang.
• Latar belakang Presiden Alvarez mengemukakan usul itu
karena semakin terpuruknya perekonomian negara
berkembang pada 1960-an, walaupun berbagai upaya
sudah dilakukan khususnya di bawah forum PBB.
• Dari latar belakang tersebut, beliau berpendapat bahwa
aktivitas ekonomi internaional harus diatur oleh suatu
dasar hukum yang kuat (firm legal footing). Untuk itu perlu
dirumuskan suatu piagam hak-hak dan kewajiban ekonomi
negara-negara.
Wismaningsih, FH Unsoed
Developed, developing, under developing
countries

Wismaningsih, FH Unsoed 3
Negara..

Wismaningsih, FH Unsoed 4
Negara..

Wismaningsih, FH Unsoed 5
Negara...

Wismaningsih, FH Unsoed 6
Faktor terpuruknya perekonomian negara
berkembang pada 1960-an
1. Upaya di bawah PBB pada saat tidak begitu
konstruktif bagi negara berkembang karena PBB
semata-mata adalah lembaga politis. Negara-
negara maju lebih banyak menguasai lembaga ini
yang banyak mengeluarkan kebijakan politis yang
sedikit banyak justru melindungi negara maju.
2. Negara-negara maju telah sejak lama menguasai
dan mengontrol keputusan-keputusan yang
menyangkut pertumbuhan ekonomi, khususnya
pasar dan perdagangan internasional.
Wismaningsih, FH Unsoed 7
Larangan ekspor CPO oleh Indonesia, April
2022

Indonesia menyita perhatian pasar internasional setelah Presiden Joko


Widodo (Jokowi) melarang ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng.
Ilustrasi. (Biro Pers Sekretariat Presiden).

Wismaningsih, FH Unsoed 8
Pembentukan CERDS
• Atas usul negara-negara Kelompok 77, UNCTAD
berdasarkan Res. 45 (III) May 18, 1972,
menyatakan perlunya membentuk norma
(hukum) yang diterima umum untuk mengatur
secara sistematis hubungan-hubungan ekonomi
internasional.
• Kebutuhan perlunya peraturan hukum ekonomi
internasional semakin dirasakan setelah
timbulnya krisis minyak dunia pada 1973.
Wismaningsih, FH Unsoed 9
Pembentukan CERDS..
• Pada 1 Mei 1974, MU-PBB mengesahkan dua resolusi
penting, yaitu :
1. Res. 3201 (S-VI) mengenai Declaration on the
Establishment of e New International Economic Order.
2. Res. 3202 (S-VI) mengenai the Programme of Action on
the Establishment of a New International Economic
Order.
• Resolusi ini menetapkan suatu Kelompok Kerja yang
terdiri dari 31 anggota dari perwakilan pemerintah
untuk merancang suatu piagam mengenai hak-hak dan
kewajiban negara yang akan disahkan secepat mungkin
oleh Sekjend UNCTAD.Wismaningsih, FH Unsoed 10
Pengesahan CERDS
• Setelah berkali-kali bersidang akhirnya Kelompok Kerja berhasil
memeperkenalkan rancangan Piagam yang kemudian disetujui pasal
per pasal oleh Komite II Majelis Umum, dan disahkan pada 12
Desember 1974 melalui Res. MU 3281 (XXIX) mengenai Piagam Hak-
hak dan Kewajiban Ekonomi Negara-negara.
• 120 negara setuju, 6 menentang (Belgia, Denmark, Republik Federal
Jerman, Luxembourg, Inggris, dan AS), 10 negara abstain (Australia,
Canada, Perancis, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Belanda, Norwegia,
dan Spanyol).
• Penolakn dan abstain Res. 3281 (XXIX) oleh 16 negara, termasuk 15
negara OECD, yang memnguasai dua per tiga dari perdagangan dunia
menunjukkan pertentangan keras dari negara-negara maju terhadap
resolusi tersebut.

Wismaningsih, FH Unsoed 11
ISI CERDS
1. Mukadimah, terdiri dari 13 ayat.
• Menegaskan tujuan dibentuknya PBB : memelihara
perdamaian dan keamanan internasional, membangun
hubungan-hubungan persahabatan antarnegara dan
mengupayakan kerja sama internasional dalam
menyelesaikan masalah-msalah ekonomi dan sosial.
• Par. 4, Tujuan fundamental CERDS yaitu memajukan
pembentukan tata ekonomi internasional baru yang
didasarkan pada keadilan, persamaan kedaulatan,
interdependence, kepentingan bersama dan kerja sama
di antara negara-negara tanpa melihat sistem ekonomi
dan sosialnya.
Wismaningsih, FH Unsoed 12
Mukadimah CERDS, paragraf yang
kontroversial
• Paragraf 4 :
...that it is a fundamental purposes of the present
Charter to promote the establishment of the new
international economic order based on equity,
soverign equality, interdependence, common interest,
and cooperation among all states, irrespective of their
economic and social system.
• Paragraf 7, menambahkan kata memajukan ‘collective
economic security for development, in particular of the
developing countries’ ke daftar tujuan Piagam.
Wismaningsih, FH Unsoed 13
Prinsip-prinsip Fundamental Hubungan
Ekonomi Internasional
• Ditetapkan 15 prinsip dalam Bab I mengenai
Fundamental Principles of International Economic
Relations,.
• Beberapa bagian dari prinsip ini merupakan bagian dari
hukum kebiasaan internasional . Milan Bulajic
menyebutnya sebagai hukum internasional klasik.
• Sebagian dari prinsip-prinsip ini tercantum dalam
Piagam PBB dan dalam the Declaration on Principles of
International Law concerning Friendly Relation and
Cooperation among States in Accordance with the UN
Charter.
Wismaningsih, FH Unsoed 14
Prinsip fundamental hubungan ekonomi
internasional
1. Kedaulatan, integritas wilayah dan kemerdekaan politik negara-
negara;
2. Persamaan kedaulatan semua negara;
3. Non-agresi;
4. Non-intervensi;
5. Saling memberi manfaat dan adil;
6. Koeksistensi damai;
7. Hak-hak sama dan penentuan nasib sendiri bagi rakyat;
8. Penyelesaian sengketa secara damai;
9. Memperbaiki ketidakadilan yang diakibatkan oleh suatu negara;
10.Melaksanakan kewajiban internasional dengan itikad baik;

Wismaningsih, FH Unsoed 15
Prinsip fundamental...
11. Menghormati hak asasi manusia dan kebebasan-
kebebasan fundamental;
12. Tidak mencari hegemoni dan pengaruh kekuasaan;
13. Memajukan keadilan sosial internasional;
14. Kerja sama internasional untuk pembangunan;
15. Akses bebas ke dan dari laut oleh negara-negara
yang dikelilingi oleh darat dalam ruang lingkup
prinsip-prinsip di atas. (Prinsip ini mendapatkan suara
abstain dan negatif dari negara maju umumnya)

Wismaningsih, FH Unsoed 16
Krisis minyak dunia 1973 berimbas ke AS

An undersupplied US. gasoline station, closed during the


oil embargo in 1973 .
Wismaningsih, FH Unsoed 17
Hak-hak dan Kewajiban Ekonomi Negara
(Bagian II, Pasal 1-28)
1. Kedaulatan dan penanaman modal asing (Pasal 1, 2, 7, dan 16) serta
harta kekayaan yang dikelola bersama (shared resources) (Pasal 5);
2. Aturan-aturan perdagangan internasional (Pasal 4-6, 14, 18, 20, 21,
22, 26, 27, 28);
3. Perlakuan preferensial bagi negara-negara kurang maju (Pasal 18,
19, 21, 25, dan 26);
4. Organisasi internasional (Pasal 10 dan 11);
5. Kelompok-kelompok (organisasi) ekonomi regional (Pasal 12, 21, 23,
dan 24)
6. Alih teknologi (Pasal 13);
7. Kewajiban umum memajukan pembangunan dan kerja sama
ekonomi (Pasal 7-9, 11 dan 17)
8. Perlucutan senjata (Pasal 15 dan 9), dekolonisasi (Pasal 16)
Wismaningsih, FH Unsoed 18
Kritik terhadap CERDS
• Dominannya peraturan bagi kepentingan negara
berkembang dalam CERDS ini mendapat tanggapan dingin
dari negara maju, yang melihat CERDS ini memiliki
beberapa kelemahan, yaitu :
1. CERDS dianggap telah gagal karena tidak secara tegas dan
jelas menyatakan hak dan kewajiban ekonomi negara-
negara dan termuat dalam HI. Lebih banyak menggunakan
kata ‘international obligation’ (Brower dan Tepe Jr.)
2. CERDS kurang memenuhi ‘interest realization’, yakni
prinsip yang mengakomodir atau memperhatikan berbagai
kepentingan internasional (Petersmann)

Wismaningsih, FH Unsoed 19
Kritik terhadap CERDS..
3. CERDS tidak memuat ketentuan mengenai kelembagaan dan
prosedur penyelesaian sengketa agar tujuan-tujuan ICERDS dapat
terpenuhi.
4. Ruang lingkup CERDS terbatas pada pengaturan mengenai hak dan
kewajiban negara, dan kurang memberikan hak dan kewajiban
perusahaan dan individu.
5. Sarjana-sarjana negara maju pada umumnya memandang isi
ketentuan CERD, khususnya Pasal 2 sebagai ketentuan yang
kontradiktif. Pasal ini membolehkan negara untuk mangambil alih
harta milik (perusahaan) asing secara sepihak manakala negara
tersebut memandangnya perlu.
6. Kekuatan mengikat CERDS masih jadi perdebatan, yaitu apakah
Piagam tersebut suatu hard law atau soft law.

Wismaningsih, FH Unsoed 20
Media penyelesaian sengketa internasional

Penyelesaian sengketa Seat of the ICJ, PCA, and ICC, The


internasional secara diplomasi Peace Palace (Vredepaleis), The
lebih disukai Hague

Wismaningsih, FH Unsoed 21
Status CERDS Saat Ini
• Masalah penting yang masih ada sampai saat
ini terkait CERDS adalah status CERDS ini
dalam hukum ekonomi internasional, yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa CERDS
tidak memiliki kekuatan hukum, hanya
sekedar rekomendasi semata atau telah ‘mati’.
• Piagam dianggap tidak berlaku dan tidak perlu
dibahas dalam literatur HEI.

Wismaningsih, FH Unsoed 22
Status CERDS saat ini..
• Huala Adolf berpendapat lain, yaitu bahwa ICERDS masih hidup, dengan argumen :
1. PBB atau MU tidak pernah menyatakan dan menetapkan atau memutuskan bahwa
CERDS tidak berlaku lagi atau batal. Bahkan pencanangan tahun dekade HI, PBB
memberi perhatian dan membahas prinsip-prinsip ICERDS.
2. Dalam berbagai sidangnya, PBB dan badan-badan khususnya acapkali mengutip atau
menjadikan CERDS rujukan dalam membuat kebijakan atau perbandingan. Di
antaranya dalam pembuatan Konvensi Wina Suksesi Negara berkenaan dengan Harta
Kekayaan, Arsip, dan Utang Negara (Pasal 4 dan Pasal 15.4)
3. Literatur Barat enggan mengutip CERDS, namun ketentuan HI di berbagai bidang
ternyata mengutip, mengadopsi atau menurunkan prinsip-prinsip ICERDS, misalnya
a. Pasal 1 dan Pasal 2 (1) ICERDS pada pokoknya merupakan penegasan kembali prinsip-
prinsip fundamental dari Res. MU-PBB mengenai Permanent Sovereignty over Natural
Resources 1962.
b. Pasal 7 dan 9 CERDS sebelumnya telah dinyatakan dalam the International Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights 1966.
c. Pasal 13 CERDS telah cukup mempertegas ketentuan-ketentuan internasional,
mengenai MNC, misalnya yang terdapat dalam Draft UN Code of Conduct on TNCs
1980 dan the OECD Declaration on International Investment and Multinational
Enterprises. Wismaningsih, FH Unsoed 23

Anda mungkin juga menyukai