Teguh Santoso
Anestesiologi dan Reanimasi
Definisi
• Jalan nafas adalah saluran tempat
dilewatinya udara dan oksigen sebelum
mencapai paru – paru, meliputi struktur
anatomi yang berawal dari hidung dan
mulut lalu menuju laring dan trakea
• Obstruksi jalan nafas dapat menyebabkan
tubuh kekurangan oksigen, yaitu
hipoksemia. Ia merupakan pembunuh
utama penderita gawa darurat.
• Saat ventilasi tidak tercapai, kematian
otak dapat terjadi dalam hitungan menit.
Gangguan atau obstruksi jalan nafas adalah suatu
keadaan tersumbatnya saluran pernapasan
sebagian atau seluruhnya. Sumbatan jalan nafas
dapat disebabkan oleh :
• tindakan anestesi (penderita tak sadar, obat
pelumpuh otot, muntahan),
• penyakit (koma apapun sebabnya, stroke,
radang otak),
• trauma/ kecelakaan (trauma maksilofasial,
trauma kepala, keracunan).
Penyebab sumbatan jalan nafas yang paling
sering adalah:
• lidah yang jatuh menutupi hipofaring atau
epiglotis yang jatuh menutupi rima glotis,
adanya muntahan, darah, sekret atau
benda asing dan trauma daerah maksilo
fasial.
Gejala dan tanda dari gangguan jalan nafas
sebenarnya mudah untuk didiagnosa, sebagai
berikut :
• Untuk obstruksi jalan nafas penuh, penolong
tidak dapat mendengar dan merasakan aliran
udara pada mulut dan hidung pasien/korban.
• Ketika pasien masih bernafas terlihat retraksi
otot-otot pernafasan pada regio interkostal dan
supraklavikular.
• Untuk obstruksi parsial dapat dilihat dari ada
atau tidaknya snoring, crowing, gurgling dan
wheezing.
• Status konstitusi (toksisitas,demam,denyut nadi)
• Hypoxemia : stimulasi simpatetik
• Dengkuran
• Air liur yang menetes
• Batuk
• Kemampuan bicara
• Takipneu
• Sentakan trakea (tracheal tug) saat inspirasi
• Tarikan otot bantu pernapasan saat inspirasi
• Pergerakan yang tidak simetris antara dinding
dada dan abdomen
• Pasien sianosis dan atau pingsan
• Hypercarbia : somnolence
• Pada keadaan penderita yang masih
bernafas, mengenali ada tidaknya
sumbatan jalan nafas dapat dilakukan
dengan:
• lihat (look),
• dengar (listen),
• dan raba (feel).
Gangguan ventilasi dan oksigenasi juga
dapat terjadi akibat kelainan di paru dan
kegagalan fungsi jantung.
Parameter ventilasi: PaCO2 (N: 35 – 45 mmHg)
ETCO2 (N: 25 – 35 mmHg)
Parameter Oksigenas: PaO2 (N:80 – 100mmHg)
SaO2 (N: 95 – 100 %)
Pemeriksaan Tambahan