Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN

KEGAWATDARUR
ATAN NEONATAL
VIVIN YUNI ASTUTIK . S.ST.,
M.Kes
ASFEKSIA
NEONATORUM
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur.
Tanda gejala
 Tidak bernapas atau napas megap-megap atau
pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per menit)
 Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi
(pelekukan dada)
 Tangisan lemah atau merintih
 Warna kulit pucat atau biru (sianosis)
 Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
 Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi)
(kurang dari 100 kali per menit).
Klasifikasi asfeksia neonatorum
 Asfiksia ringan (“virgorous baby”). Skor APGAR 7-10.
Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa
 Asfiksia sedang (“mild-moderate asphyxia”). Skor APGAR
4-6. Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100x
permenit, tonus otot kurang baik atau baik, refleks iritabilitas
tidak ada.
 Asfiksia berat yaitu dengan skor APGAR 0-3. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Patofisiologi
faktor-faktor penyebab
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetika atau anastesia. 
lanjutan
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh
luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi
bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan
lain-lain.
lanjutan
3. Faktor fetus atau janin
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit
leher, kompresi tali pusat antara janin serta jalan lahir
dan lain-lain.
PERDARAHA
N TALI PUSAT
Adanya cairan(darah) yang keluar di sekitar tali pusat
bayi. Akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang
kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan
trombus normal.
Tanda Gejala
1. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas
tapi masih menempel pada tali pusat.
2. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
3. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut
bisa berwarna kuning, hijau, atau darah.
4. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.
Robekan umbilikus normal,
biasanya terjadi karena
1.  Patus precipitates
2.  Adanya trauma atau lilitan tali pusat
3. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat
persalinan.
4.  Kelalaian penolong persalinan yang dapat
menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau
placenta sewaktu sectio secarea
Robekan umbilikus abnormal,
biasanya terjadi karena
1. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom
tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali
ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan
dapat menimbulkan kematian pada bayi.
2.  Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises
tersebut pecah
3.  Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi
pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam
proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding
pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah
Penatalaksanaan Perdarahan Tali
Pusat
 Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
 Kenakan popok di bawah tali pusat.
 Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian
bayi sesering mungkin.
 Bersihkan area di sekitar tali pusat.
 Doble tali tali pusat dan jaga agar tetap kering
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai