Anda di halaman 1dari 19

Nama Anggota Kelompok

Aldy Nur Ichsan 20.3148


Doreen Pramono 20.3164
Firmansyah 20.3177
Ramadani 20.2154
Resty Sastika 20.3145
Stepanus Lonardo Jeki 20.3193
Okta Suprianto 20.3187
Wilhelmus Tian Kristian 20.3195
S e n g ke ta D a l am
Penyelesaian
j a d in y a P ra k te k
Rangka Ter
n / A ta u P e rs ain gan
Monopoli Da
Us a ha T id a k S e h a t
PEMBAHASAN
1.Apa yang dimaksud dengan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat ?
2.Apa penyebab adanya praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat ?
3.Apa itu KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha) ?
4.Bagaimana kasus PT. Carrefour
Indonesia mengenai persaingan usaha
tidak sehat?
Pengertian Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat

Dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Persaingan usaha tidak sehat adalah


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 persaingan antar pelaku usaha dalam
tentang Larangan Praktek Monopoli dan menjalankan kegiatan produksi dan/atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat juga pemasaran barang atau jasa yang
disebutkan bahwa yang dimaksud dilakukan dengan cara tidak jujur atau
dengan praktik monopoli adalah melawan hukum atau menghambat
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu persaingan usaha (Pasal 1 angka 6 UU
atau lebih pelaku usaha yang No. 5/1999).
mengakibatkan dikuasainya produksi
dan/atau pemasaran atas barang
dan/atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan
umum.
Penyebab Adanya Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

A.Praktek Monopoli
1) Memiliki Sumber Daya yang Unik
2) Dapat Menikmati Skala Ekonomi
3) Kekuasaan Monopoli Yang Diperoleh Melalui Peraturan Pemerintah
A. Peraturan paten dan hak cipta
B. Hak Usaha Eksklusif
a ha
n Us
i n ga at
r sa Seh
e k
B.P Tida

1.Tidak Sanggup bersaing secara alami


2.Pemikiran pemilik usaha yang tidak luas
3.Ingin mendapatkan hasil terbaik dalam waktu
yang cepat
4.Gagal dalam menciptakanide persaingan yang
kreatif
5.Ingin menyingkirkan lawan bisnis dengan mudah
6.Tidak bisa memnuhi kriteria pasar
7.Tidak memiliki keinginan yang teguh
8.Terlalu cepat menyerah
KPPU
(Komisi Pengawas Persaingan Usaha )

Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang dikenal dengan


KPPU merupakan lembaga independen di Indonesia. KPPU
adalah salah satu lembaga yang dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan Undang-Undang yang terkait dengan larangan
monopoli serta persaingan usaha yang tidak sehat. Anggota
Komisi Pengawas Persaingan Usaha jumlahnya ada 9
orang, diangkat langsung oleh Presiden sesuai dengan
keputusan Dewan Perwakilan Rakyat.
A.Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha

1) Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah 4) Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga
lembaga yang bertugas mengawasi dan bertugas dalam mengambil tindakan sesuai
menilai sebuah perjanjian sesuai dengan dengan wewenangnya yang sudah diatur di dalam
Undang-Undang pasal 4 sampai 16, apakah Undang-Undang pasal 36.
perjanjian tersebut melanggar Undang-Undang
5) Tugas lainnya adalah memberikan saran serta
atau tidak.
pertimbangan pada kebijakan pemerintah.
2) Selain memberikan penilaian pada suatu Kebijakan pemerintah yang perlu diawasi dan
perjanjian, Komisi Pengawas Persaingan dinilai yang berhubungan dengan praktik monopoli
Usaha juga harus memberikan penilaian maupun persaingan usaha tidak sehat.
terhadap setiap kegiatan usaha serta tindakan
6) Tugas penting yang terakhir adalah menyusun,
pelaku usaha yang mengarah pada praktik
membuat, dan memberikan laporan secara berkala
monopoli atau persaingan tidak sehat.
dari hasil kerja Komisi pada Presiden dan Dewan
Penilaian berdasarkan Undang-Undang pasal
Perwakilan Rakyat.
17 sampai 24.

3) Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah


lembaga yang bertugas untuk memberikan
penilaian ada atau tidaknya penyalahgunaan
posisi dominan sehingga mengarah ke praktik
monopoli maupun persaingan usaha tidak
sehat berdasar pasal 25 sampai 28.
C.Tata Cara Penanganan Perkara Oleh KPPU

1) Penanganan dilakukan setelah adanya laporan (berasal


dari adanya laporan dari pihak pelapor) baik dari
masyarakat ataupun setiap orang yang menjalankan
kegiatan usaha

2) Kemudian dilakukan monitoring dalam jangka waktu 90


hari dan dapat diperpanjang selama 60 hari. Laporan bisa
dihentikan jika kurang lengkap dan atau laporan tidak jelas

3) Selanjutnya pemberkasan dilakukan jika data lengkap


untuk menilai layak tidaknya untuk diteruskan ke gelar
laporan, yang dilakukan dalam 30 hari. Akan tetapi
Pemberkasan dihentikan jika dokumen pendukung kurang
lengkap
4) Selain itu gelar laporan dilakukan jika laporan atau
dokumen pendukung sudah lengkap yang dilakukan selama
14 hari untuk menilai layak tidaknya untuk diteruskan ke
Pemeriksaan Pendahuluan. Gelar laporan dihentikan
apabila tidak layak dan atau dokumen pendukung kurang
lengkap
5) Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan jika ditemukan
bukti awal yang dilakukan dalam waktu 30 hari. Sebaliknya
jika laporan Tidak Terbukti dalam hal ini Terlapor tidak
terbukti Bersalah atau tidak cukup bukti maka Pemeriksan
dihentikan dan berkas laporan hasil Pemeriksaan
Pendahuluan diarsipkan. Oleh karena itu apabila Laporan
Terbukti dalam hal ini Terlapor terbukti bersalah, maka
laporan hasil Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan.
Selanjutnya jika Terlapor terbukti bersalah tapi menerima
saran dari KPPU maka pemeriksaan dihentikan dan
dilakukan Monitoring untuk melihat perubahan perilaku
Terlapor

6) Monitoring Perubahan Perilaku dilakukan dalam waktu 60


hari dan dapat diperpanjang sesuai keputusan Komisi.
Apabila setelah Monitoring perilaku Terlapor Berubah maka
pemeriksaan selesai. Namun apabila setelah monitoring
perilaku Terlapor Tidak berubah maka proses dilanjutkan
pada Pemeriksaan Lanjutan. Serta apabila Terlapor
berkeberatan atas laporan hasil pemeriksaan Pendahuluan
maka diperbolekan untuk menolak dan melakukan
pembelaan
7) Pada tahap Pemeriksaan Lanjutan, Terlapor dapat mengajukan pembelaan dengan menunjukan saksi, ahli,
dan bukti-bukti lain, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang selama 30 hari.
Setelah selesai Pemeriksaan Lanjutan, Sidang Majelis dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari
sejak berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan. Sejak pelaku usaha menerima Pemberitahuan Putusan
dan melaporkan  pelaksanaannya kepada Komisi maka Pelaku usaha wajib melaksanakan putusan dalam 30
hari. Setelah pemberitahuan putusan. Monitoring Pelaksanaan Putusan dilakukan maka dapat diajukan
keberatan ke Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 hari

8) Pada tahap pemeriksaan atas keberatan pelaku usaha pada putusan tersebut maka Pengadilan Negeri
harus memberikan putusan dalam waktu 30 hari sejak dimulainya pemeriksaan. Apabila Terlapor menerima
Putusan tersebut, Terlapor Melaksanakan putusan KPPU secara sukarela atau melalui eksekusi Pengadilan
Negeri

9) Jika pelaku usaha keberatan atas putusan tersebut dalam hal ini putusan Pengadilan Negeri maka dapat
diajukan Kasasi ke Mahkamah Agung selambat-lambatnya 14 hari. Putusan harus dijatuhkan oleh Mahkamah
Agung dalam waktu dalam waktu 30 hari sejak permohonan kasasi diterima. Jika tidak ada keberatan lagi,
maka putusan Komisi Persaingan Usaha Tersebut telah mempunyai hukum tetap.
Kasus PT.Carrefour
Indonesia
a
an gu ga ta n ya ng di la yangkan kepada raksas
permukaan deng besar
KPPU seperti kembali ke di ha da pi K PP U ad alah perusahaan ritel 5
Kali ini raksasa ya ng hun
bisnis belakangan ini. Ca rr ef ou r in i te pa t di saat memasuki 10 ta
atnya kasu s
dunia Carrefour. Mencu ik M on op oli da n Pe rs aingan Usaha Tidak
rakt
999 tentang larangan P sia dan banyak kasus
keberadaan UU No. 5/1 tim o no po li di In do ne
hun KPPU dan UU an s besar dimana KPPU
Sehat. Telah sepuluh ta an ta ra ny a ad ala h ka su
eh KPPU beberapa di mun
yang telah ditangani ol sn is gl ob al ya ng be ro perasi di Indonesia. Na
ngan raksasa bi ang
berhadapan langsung de cit ra KP PU se m pa t tercoreng ketika seor
hun itu pula
dalam kurun waktu 10 ta da ri sa la h sa tu pe ru sahaan yang terlibat
ap
ap tangan menerima su daan UU antimonopoli
komisionernya tertangk sa at 10 ta hu n ke be ra
refour muncul tepat di akkan persaingan seha
t
perkara. Kini kasus Car KP P U da la m m en eg
buktikan keberadaan
dan sekaligus akan mem di Indonesia.
Pada pertengahan 2008 lalu citra KPPU sempat tercoreng akibat kasus dugaan suap yang
menimpa salah satu mantan komisioner M. Iqbal. Iqbal yang pada saat itu menjabat sebagai
ketua KPPU menangani perkara hak siar Liga Inggris oleh Astro All Asia Network Plc. Salah
satu amar dalam putusan tersebut adalah memerintahkan perusahaan afiliasi Astro (All Asia
Multimedia Networks -AAMN) untuk tetap mempertahankan kelangsungan hubungan usaha
dengan PT Direct Vision –anak perusahaan PT Ayunda Prima Mitra. Ayunda sendiri merupakan
anak usaha dari First Media yang dimiliki oleh Grup Lippo. Belakangan diketahui bahwa M Iqbal
menerima suap sebesar Rp 500 juta dari Presiden Direktur First Media Billy Sundor.Hal itu
akhirnya menorehkan malu di muka lembaga tersebut di tengah upaya penegakkan persaingan
usaha yang sehat di Indonesia.

Pada awal 2008 KPPU juga sempat berhadapan dengan salah satu raksasa
Telekomunikasi Asia, Temasek. Hal itu bermula ketika pada Desember 2007 KPPU
memutuskan Temasek Holding melanggar UU No 5 Tahun 1999 tentang persaingan
usaha karena terbukti memiliki kepemilikan silang (cross ownership) dengan operator lain
di Indonesia. Kasus itupun berlanjut dengan gugatan balik oleh Temasek.Kasus yang
dimunculkan oleh KPPU kali ini adalah mengenai dugaan monopoli dalam memungut
harga sewa ruang yang berlebihan dan proses akuisisi terhadap Alfa. Dalam perkara
tersebut Carrefour melanggar dua pasal dalam UU No. 5/1999 yakni pasal 17 tentang
monopoli dan pasal 25 tentang posisi dominan.
Terkait dengan kepemilikan saham pada PT Alfa Retailindo Tbk,
Carrefour berpotensi untuk melanggar Pasal 28 UU No. 5/1999 yang
mengatur mengenai proses penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan. Diawali pada sekitar pertengahan 2008 lalu
Carrefour membeli 75 % saham Alfa sementara 20 %-nya masih
dikuasai oleh PT Sigmantara Alfindo dan 5 % sisanya oleh publik.
Disinyalir bahwa PT PT Sigmantara Alfindo yang merupakan
pemegang saham terbesar kedua Alfa akan melepas sahamnya pada
tahun 2011 kepada Carrefour. Hal inilah yang akan berpotensi
melanggar pasal 28 tersebut.
Dugaan lainnya yang dilayangkan KPPU kepada Carrefour adalah mengenai tindakan
monopoli dalam memungut harga sewa ruang yang berlebihan serta biaya trading
term(syarat perdagangan) yang memberatkan. Hal tersebut juga terkait dengan tuding
bahwa Carrefour memiliki posisi yang dominan dengan pangsa pasar melebihi 66
persen. Dalam mendefinisikan pangsa pasar tersebut Carrefour berbeda pendapat dan
bersikukuh (berdasarkan riset Nielsen)hanya memiliki pangsa pasar retail modern
sebesar 17 persen dan pangsa pasar grosir sebesar 6.3 persen. Posisi dominan
terebut memungkinkan Carefour untuk memonopoli penetapan harga sewa ruang,
penentuan besaran potongan harga tetap (fixed rebate), potongan harga khusus
(conditional rebate), dan biaya pendaftaran barang (listing fee). Praktek Carrefour ini
merugikan pemasok, seperti dinyatakan oleh Asosiasi Pemasok Pasar Modern
(AP3MI).
Disini terjadi perbedaan penafsiran mengenai pasar yang
dimaksud dan metode yang digunakan dalam menetapkan
pangsa pasar tersebut. KPPU menggunakan dua acuan
yakni pasar hulu (upstream) atau pasar pemasok dan pasar
hilir (downstream) atau pasar konsumen. Yang
dipersoalkan KPPU adalah pasar pemasok. Berdasarkan
metode tersebut diketahui bahwa konsentrasi pasar
pemasok KPPU melonjak setelah menguasai Alfa, dari
44,74 persen menjadi 66,73 persen.
Kasus ini masih berjalan dan kita akan menunggu kemampuan
KPPU untuk menegaskan keberadaannya dalam menegakkan
persaingan sehat dalam dunia usaha ditengah kepungan
kapitalis yang mengusai perekonomian. Saya pikir
mencuatnya kasus ini sanagatlah tepat di saat perjalanan
KPPU mencapai usia 10 tahun. Di usia tersebut kita semua
berharap bahwa KPPU akan semakin dewasa dan memapu
menunjukkan keberadaannya dalam menegakkan persaingan
sehat dalam dunia usaha di Indonesia.
Sesi Pertanyaan
Pertanyaan 1
Penanya :

Pertanyaan 2
Penanya :

Pertanyaan 3
Penanya :

Anda mungkin juga menyukai