Kronis (PPOK)
Nama Kelompok :
1. Laila Nur Hafizah_2010701072
2. Andira Kurnia Suhendi_2010701037
3. Dewi sapitri_2010701033
4. Aliffia Nurjanah_2010701078
5. Bunga Qosimah Rasel_2010701058
6. Alya Rachmawati_ 2010701059
7. Rima Siti Fadila_2010701043
Pendahuluan
Pola hidup masyarakat yang buruk merupakan penyebab utama penyakit penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) yaitu kebiasaan merokok masyarakat Indonesia. Karena
setiap batang rokok mengandung ribuan bahan kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan maupun kerusakan paru. Kandungan tembakau pada rokok juga
merangsang inflamasi/peradangan, dan juga dapat merangsang produksi sputum
sehingga menyebabkan sumbatan pada saluran nafas (Chang, 2010).
Pengertian PPOK
Menurut Ikawati, (2016) Penyakit Menurut Hurst, (2016) Penyakit paru obstruksi
Paru Obstruksi kronis (PPOK) kronis (PPOK) adalah suatu kondisi yang ditandai
adalah suatu penyakit yang dengan obstruksi jalan nafas yang membatasi
dikarakterisir dengan aliran udara, menghambat ventilasi yang terjadi
keterbatasan aliran udara yang ketika dua penyakit paru terjadi pada waktu
menetap, yang biasa bersifat bersamaan: bronchitis kronis dan emfisema.
progresif dan terkait dengan Bronchitis kronis terjadi ketika ketika bronkus
adanya respon inflamasi kronis mengalami inflamasi dan iritasi kronis.
saluran nafas dan paru – Paru
terhadap gas atau partikel
berbahaya.
Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2011 penentuan derajat PPOK diklasifikasikan sebagai berikut:
Penentuan derajat PPOK sesuai dengan Kementerian Kesehatan tahun 2011.
Derajat II: PPOK Perburukan dari rasio FEV1/FVC <70% Pada kondisi ini pasien
penyempitan jalan dengan perkiraan nilai datang berobat karena
Sedang napas, ada sesak napas FEV1 diantara 50-80% eksaserbasi atau
terutama pada saat dari nilai prediksi. keluhan pernapasan
exercise kronik
Derajat Klinis Faal Paru Keterangan
Sekitar 600 juta orang di dunia diperkirakan mengidap penyakit PPOK dan 2 akan terus meningkat
setiap tahunnya serta 5% dari seluruh kematian di dunia atau 3,17 juta orang meninggal karena PPOK
pada tahun 2016 (WHO, 2017). Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari
227 juta kasus pada tahun 1990 menjadi 384 juta kasus tahun 2010. Prevalensi PPOK diperkirakan akan
meningkat dalam 30 tahun kedepan dan pada tahun 2030 di perkirakan ada 4,5 juta kematian setiap
tahun akibat PPOK Data yang ada menunjukkan bahwa morbiditas akibat PPOK meningkat dengan usia
dan lebih besar terjadi pada pria daripada wanita (GOLD, 2017).
Lanjutan..
Pada penyakit PPOK lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 83,17% pada
daerah di Mesir tahun 2012 sebesar 97,5%, di Taiwan tahun 2013 sebesar 57% dan pada di tahun 2014
Mesir sebesar 95% dan di Korea Selatan tahun 2016 sebesar 72,36% (Sidabutar et al., 2012). Penyakit
Paru Obstruksi Kronis di Indonesia pada umur ≥30 tahun sebesar 508.330, pada laki-laki sebanyak
242.256 dan pada perempuan penderita penyakit PPOK sebanyak 266.074 sedangkan prevalensi pada
provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 10% dan untuk Provinsi Jawa Tengah prevalensi kejadian
PPOK sebanyak 3,4% (Riskesdas, 2018).
Etiologi dan Fator Resiko
Rokok Polusi
Pekerjaan Pekerjaan
yang memiliki risiko
besar terkait dengan
Infeksi terjadinya PPOK
Patofisiologi
PPOK merupakan kombinasi antara penyakit bronkitis obstruksi kronis,
emfisema, dan asma. Menurut Black (2014), patologi penyakit tersebut adalah :
Asma
Tanda dan Gejala
Dypsnea
Seperti asma, bronchitis obstruktif
kronis, dan emfisema dapat memburuk
pada malam hari. Pasien sering
mengeluh sesak nafas yang bahkan
muncul saat tidur (one set dyspnea) dan
mengakibatkan pasien sering terbangun
dan susah tidur kembali di waktu dini
hari. Selama tidur terjadi penurunan
tonus otot pernafasan sehingga
menyebabkan hipoventilasi dan
resistensi jalan nafas meningkat, dan
akhirnya pasien menjadi hipoksemia
(Black, 2014)
Pemeriksaan Penunjang 01
02
05
06
Pemeriksaan Darah TLC (Total Lung
Lengkap Capacity)
Penatalaksanaan medis
Untuk terapi farmakologi yang diberikan untuk pasien PPOK adalah sebagai
berikut:
1. Keluhan Utama : Dispneu, Demam dan batuk-batuk disertai pengeluaran sputum sekurang-
kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit 2 tahun. Saat dianamnesa
pasien sering berkeringat, anoreksia dan Letarghi, Pasien perokok aktif selama 6 tahun dan pasien
seorang kondektur metromini.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Pasien mengatakan pernah menderita Bronkitis tetapi pasien
tidak pernah meminum obatnya.
DS dan Do :
18 Agustus
2021 Memberikan penguatan positif pasien kooperatif dan meyakinkan
2 14.20 terhadap keberhasilan target dan dirinya untuk merubah perilaku nya
perubahan perilaku Kelompok 1
No Tanggal/ Tindakan Hasil
Paraf
Dx Jam Keperawatan Tindakan
2 18 Agustus Mengajarkan pengaturan diet yang Berat badan pasien sudah sedikit Kelompok 1
2021 tepat membaik
14.30
18 Agustus
2021 Mengkolaborasi dengan ahli gizi Gizi pasien sudah sedikit membaik
2 14.40 tentang target berat badan, kebutuhan Kelompok 1
kalori dan pilihn makanan
No Tanggal
Evaluasi TTD
Dx /Jam
1, 2 18 S:
Agustus Pasien mengatakan dahaknya sudah tidak sebanyak kemarin, Pasien mengatakan dia Kelompok 1
2021 sudah minum 7 gelas air perhari, Pasien mengatakan penyebab ia demam yaitu
14.40 urangnya minum tapi sekarang dia sudah lebih banyak minum air putih, klien
mengatakan nafsu makan sudah meningkat, klien mengatakan kemampuan
merasakan makan juga membaik, klien mengatakan berat badan menambah
O:
Frekuensi nafas pasien 20x/mnt, irama suara nafas pasien masih sedikit terdengar suara
mengi, kedalaman nafas pasien sedikit dalam, upaya nafas pasien maish terasa sedikit sesak,
Pola nafas pasien masih terasa sedikit sesak tapi tidak seseak kemarin, Pasien tampak
koperatif dan mengikuti arahan perawat, Pasien tampak mengompres dahinya, Interval
pernafasan pasien tampak stabil, Suhu tubuh pasien 37,5C, Ruangan pasien tampak
lingkungan ruanganya sudah terasa dingin, Pasien tampak menggunakan kaos dalam saja,
Kelompok 1
Tangan sebelah kanan pasien terpasang infus RL dengan 20 tetes permenit, klien tampak
nafsu makan, klien juga menghabiskan makanan sendiri, klien terlihat sudah tidak lemas,
terlihat BB klien menambah, ajarkan pengaturan diet yang tepat, kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target BB, kebutuhan kalori dan pilihan makanan
No Tanggal
Evaluasi TTD
Dx /Jam
A : Masalah teratasi sebagian Kelompok 1
P : Memantau frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas, pola nafas pasien Kelompok 1
intervensi dilanjutkan