EPILEPSI
Oleh:
PEBI ULFANI
2111901030
Pembimbing:
dr. Fanel Putra, Sp. N
• Epilepsi `Manifestasi gangguan fungsi otak dengan gejala yang khas berupa kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksismal
• Diagnosis epilepsi tidak selalu mudah terdapat begitu banyak diagnosis banding
terhadap suatu kejang baik kejang epilepsi maupun bukan epilepsi.
• Secara umum Diperkirakan terdapat 2,4 juta pasien yang didiagnosis epilepsi
setiap tahunnya.
Na, K, Ca,
Mg, Cl
• Epilepsi fokal melibatkan hampir setiap bagian otak, baik region setempat pada korteks
Epilepsi serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak.
fokal
• Epilepsi fokal paling sering disebabkan oleh lesi organic setempat atau adanya kelainan
fungsional, seperti :
1.Jaringan parut di otak yang mendorong jaringan neuron di dekatnya,
2.Adanya tumor yang menekan daerah otak
3. Rusaknya suatu area pada jaringan otak
4. Kelainan sirkuit setempat yang diperoleh secara kongenital
Gejala kontraksi otot yang progresif di seluruh sisi tubuh yang berlawanan, yang
secara khas dimulai dengan dari region mulut secara progresif beruntun menjalar
kebawah sampai ke tungkai, namun pada saat lain dapat menjalar ke arah yang
berlawanan
Klasifikasi ILAE 1981 Untuk Tipe Bangkitan EpilepsI
Bangkitan 1. Bangkitan parsial sederhana
parsial/fokal Dengan gejala motorik
Dengan gejala somatosensorik Bangkitan umum 1. Lena (absence)
Dengan gejala otonom Bangkitan
Dengan gejala psikis
absans
Bangkitan
2. Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan parsial sederhana yang
absans Atipikal
diikuti dengan gangguan kesadaran 2. Mioklonik
Bangkitan yang disertai gangguan 3. Klonik
kesadaran sejak awal bangkitan 4. Tonik
5. Tonik-klonik
3. Bangkitan parsial yang menjadi umum
6. Atonik/astatik
sekunder
Parsial sederhana yang menjadi
Bangkitan tak
umum
Parsial kompleks menjadi umum
tergolongkan
Parsial sederhana menjadi parsial
kompleks, lalu menjadi umum
Klasifikasi ILAE 1989 Untuk Sindrom Epileps
Epilepsi Umum 1. Idiopatik (sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan usia awitan)
Kejang neonates familial benigna
Kejang neonates benigna
Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
Epilepsi lena pada anak
Epilepsi lena pada remaja
Epilepsi mioklonik pada remaja
Epilepsi dengan bangkitan umum tonik-klonik pada saat terjaga
Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu di atas
Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang spesifik
2. Kriptogenik atau simtomatis (berurutan sesuai dengan peningkatan usia)
Sindrom West (spasme infantile dan spasme salam)
Sindrom Lennox-Gastaut
Epilepsi mioklonik astatik
Epilepsi mioklonik lena
3. Simtomatis
Etiologi nonspesifik
Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain.
Klasifikasi ILAE 1989 Untuk Sindrom Epileps
• Pada saat satu sel neuron teraktivasi maka sel-sel neuron di sekitarnya juga akan ikut
teraktivasi.
• Jika sel-sel neuron sekitarnya teraktivasi pada waktu yang bersamaan, maka akan
terbentuk suatu potensial eksitasi yang besar dan menimbulkan gejala klinis.
MANIFESTASI KLINIS
1. Bangkitan Umum Tonik-klonik
Manifestasi klinis:
1. Hilang kesadaran sejak awal bangkitan hingga akhir bangkitan
2. Bangkitan tonik-klonik umum, dapat disertai gejala autonom seperti mengompol dan mulut
berbusa.
3. Gambaran iktal (tiba-tiba mata melotot dan tertarik ke atas, seluruh tubuh kontraksi tonik,
dapat disertai suara teriakan dan nyaring ) Diikuti gerakan klonik berulang simetris di
seluruh tubuh, selanjutnya lidah dapat tergigit dan mulut berbusa serta diikuti mengompol.
4. Setelah iktal, tubuh pasien menjadi hipotonus, pasien dapat tertidur dan terasa lemah.
5. Pada pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) saat interiktal didapatkan aktivitas epileptiform
umum berupa spike wave terutama pada saat tidur stadium non-REM
MANIFESTASI KLINIS
2. Bangkitan Tonik
. Manifestasi klinis:
. Manifestasi klinis:
1. Bangkitan ini ditandai oleh gerakan kontraksi klonik yang ritmik (1-5 Hz) di
seluruh tubuh
. Manifestasi klinis:
1. Gerakan kontraksi involunter mendadak dan berlangsung sangat singkat tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
4. Otot yang berkontraksi dapat tunggal atau multipel atau berupa sekumpulan otot yang agonis
dari berbagai topografi,
. Manifestasi klinis:
1. Gerakan kontraksi involunter mendadak dan berlangsung sangat singkat tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
2. Biasanya berlangsung 10-50 milidetik, Durasi dapat mencapai lebih dari 100 milidetik.
3. Otot yang berkontraksi dapat tunggal atau multipel atau berupa sekumpulan otot yang agonis
dari berbagai topografi,
5. Gambaran EEG berupa gelombang polyspikes yang bersifat umum dan singkat.
MANIFESTASI KLINIS
5. Bangkitan Atonik
. Manifestasi klinis:
1. Ditandai oleh hilangnya tonus otot secara mendadak.
5. Gambaran EEG dapat berupa gelombang paku (spikes) atau polyspikes yang bersifat umum
dengan frekuensi 2-3Hz dan gelombang lambat
MANIFESTASI KLINIS
6. Bangkitan Absans Tipikal
. Manifestasi klinis:
1. Berlangsung sangat singkat (dalam hitungan detik) dengan onset mendadak dan berhenti
mendadak
3. Dapat pula disertai komponen motorik yang minimal (dapat berupa mioklonik, atonik, tonik,
automatisme).
4. Pada pemeriksaan EEG didapatkan aktifitas epileptiform umum berupa kompleks paku-ombak
3Hz (>2,5Hz)
MANIFESTASI KLINIS
7. Bangkitan Absans Atipikal
. Manifestasi klinis:
1. Bangkitan berupa gangguan kesadaran disertai perubahan tonus otot [hipotonia atau atonia],
tonik, atau automatisme.
2. Pasien dengan bangkitan absans atipikal sering mengalami kesulitan belajar akibat seringnya
disertai terjadinya bangkitan tipe lain seperti atonik, tonik, dan mioldonik.
3. Pada absans atipikal, onset dan berhentinya bangkitan tidak semendadak bangkitan absans
tipikal, dan perubahan tonus otot lebih sering terjadi pada bangkitan tipe absans atipikal.
4. Pada EEG didapatkan gambaran kompleks pakuombak frekuensi lambat (1-2,5Hz atau
<2,5Hz) yang iregular dan heterogen dan dapat bercampur dengan irama cepat.
MANIFESTASI KLINIS
8. Bangkitan Fokal/Parsial
. Manifestasi klinis:
1. Bentuk bangkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epileptik di otak.
2. Fokus epileptik berasal dari area tertentu yang kemudian mengalami propagasi dan menyebar
ke bagian otak yang lain.
3. Bentuk bangkitan dapat berupa gejala motorik, sensorik (kesemutan, baal), sensorik spesial
[halusinasi visual, halusinasi auditorik), emosi [rasa takut, marah), autonom [kulit pucat,
merinding, rasa mual).
4. Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan bangkitan parsial kompleks atau bangkitan
umum sekunder disebut sebagai aura.
Diagnostik
4. Keadaan setelah kejadian: bingung, terjaga, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah,
Todd’s paresis.
6. Jumlah pola bangkitan satu atau lebih, atau terdapat perubahan pola bangkitan.
Diagnostik
• Pemeriksaan fisik pada dasarnya mengamati adanya tanda-
Pemeriks
tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti
aan Fisik trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital,
kecanduan alkohol atau obat terlarang, kelainan pada kulit,
kanker, defisit neurologi fokal
Pemeriksaan neurologis
• Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca iktal
terutama tanda fokal seperti todds paresis (hemiparesis setelah kejang yang terjadi sesaat), trans aphasic
syndrome (afasia sesaat) yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi.
• Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran utama adalah menentukan
apakah ada tanda-tanda disfungsi sistem saraf permanen (epilepsi simptomatik) dan walaupun jarang
apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
Diagnostik
2. Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai dengan jenis
bangkitan dan jenis sindrom epilepsi
Farmakologi Penatalaksanaan
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai
atau timbul efek samping
4. Bila pada penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, maka dapat dirujuk
kembali untuk mendapatkan penambahan OAE kedua
5. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan dilayanan sekunder atau tersier setelah terbukti tidak
dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama
6. Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila kemungkinan
kekambuhan tinggi .
7. Efek samping obat perlu diperhatikan, demikian pula halnya denganinteraksi farmakokinetik antar
OAE.
8. Pada dewasa, penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan setelah 3-5 tahun bebas
bangkitan
Penatalaksanaan
Farmakologi
Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai berikut :
1. Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
3. Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam
jangkat waktu 3-6 bulan
4. Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang
bukan utama.
Penatalaksanaan
Farmakologi
Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
Stimulasi N.Vagus
Terapi ajuvan untuk mengurangi frekuensi bangkitan pada penyandang epilepsi refrakter usia
dewasa dan anak-anak yang tidak memenuhi syarat operasi. Dapat digunakan pada
bangkitan parsial dan bangkitan umum.
Deep Brain Stimulation
Diet ketogenik
Intervensi Psikologi :Relaksasi, behavioral cognitive therapy, dan biofeedback.4