Anda di halaman 1dari 36

TUJUAN

Tertanggulanginya masyarakat dari bahaya


akibat bahan / produk yang dapat menimbulkan keracunan
yang sekaligus menurunkan angka kesakitan / kematian
akibat keracunan
SASARAN
Terlayaninya seluruh masyarakat
dan tenaga profesi kesehatan secara cepat dan benar
akan informasi bahaya dan penanganan keracunan
yang disebabkan oleh bahan alami, bahan / produk
yang beredar di Indonesia yang dapat menimbulkan
keracunan akut maupun kronis
TOKSIKOLOGI
• Merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun,
gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,
periode fatal dan penatalaksanaan kasus keracunan.

• Periode fatal merupakan selang waktu antara


masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata
sampai menyebabkan kematian
pada rata-rata orang sehat
RACUN
Merupakan bahan yang membahayakan
bila masuk ke dalam tubuh.
Bahayanya bisa ringan
(misalnya sakit kepala atau muntah) atau berat
(misalnya tidak sadar atau tiba-tiba panas tinggi)
dan bila keracunan berat
bisa menyebabkan kematian.
PEMAPARAN
• Pemaparan Akut
merupakan kontak tunggal yang berlangsung
untuk beberapa detik, menit, jam atau
beberapa pemaparan selama sehari atau lebih

• Pemaparan Kronik
merupakan kontak yang berlangsung
beberapa hari, bulan atau tahun
CARA MASUK RACUN KE DALAM TUBUH
• Penelanan
• Terinhalasi (terhirup)
• Kontak dengan kulit atau mata
• Digigit dan disengat binatang
KERACUNAN
• Bahan kimia
• Bahan tambahan pangan
• Obat
• Pestisida
BAHAN KIMIA
• Alkali • Kadmium oksida
• Amonia • Kalium klorat
• Arsen trioksida • Kalium sianida
• Asam klorida • Karbon monoksida
• Asam nitrat • Kloroform
• Asam oksalat • Merkuri klorida
• Asbestos • Naftalen
• Aseton • Ozon
• Benzalkonium klorida • Terpentin
• Etilen oksida • Tinner
• Fenol • Timbal
• Hidrogen peroksida
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan
dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik)
pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan
atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan
tersebut
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Men.Kes/Per/IX/88

YANG DIIZINKAN YANG DILARANG


• Antioksidan • Asam borat dan senyawanya
• Antikempal (anticaking agent) • Asam salisilat dan garamnya
• Pengatur keasaman

• Dietilpirokarbonat
Pemanis buatan
• Pemutih dan pematang tepung • Dulsin
• Pengemulsi, pemantap, • Kalium klorat
pengental • Kloramfenikol
• Pengawet
• Pengeras
• Minyak nabati yang dibrominasi
• Pewarna • Nitrofurazon
• Penyedap rasa dan aroma, • Formalin
penguat rasa • Kalium bromat
• Sekuestran
BAHAN TAMBAHAN PANGAN
• Borat • Monosodium glutamat
• Aspartam • Nitrofurazon
• Benzaldehida • Rodamin B
• Cantaxantin • Sakarin
• Formalin • Sodium benzoat
• Kalium bromat • Sulfit
• Metanil yellow • Tartrazin
OBAT

– Amfetamin
– Barbiturat
– Digitalis
– Efedrin
– Karbamazepin
– Obat hipoglikemi
– Parasetamol
– Propanolol
– Rifampisin
– Salisilat
PESTISIDA
• Aluminium fosfida • Metidation
• Atrazin • Sipermetrin
• Benomil • Tembaga oksiklorida
• Deltametrin • Brodifakum
• Dikofol • D-aletrin
• Endosulfan • Deet
• Fenotrotion • Diklorvos
• Fenfalerat • Paradiklorobenzen
• Karbaril • Propoksur
• Karbofuran • Temepos
• Klorpirifos • Transflutrin
• Metil bromida
CARA MENYIMPAN
• Simpan dalam ruangan yang kering, tidak terjangkau oleh anak-anak,
jauh dari makanan dan minuman, sumber air, hewan piaraan
serta orang yang tidak mengerti kegunaannya. Simpan dalam wadahnya sendiri dan
jangan menggunakan wadah lain karena orang yang tidak mengetahuinya dapat
mengira makanan atau minuman
• Simpanlah selama waktu yang diperlukan
• Jika bahan dalam bentuk cairan tumpah, serap dengan serbuk gergaji atau pasir,
kumpulkan bahan ke wadah yang tertutup rapat untuk dibuang dan
hindari dari sumber air atau saluran air. Jangan menyentuh bahan yang tumpah.
• Untuk menghindari debu dari bahan yang tumpah basahi dengan alkohol kemudian
serap dengan kertas absorban lalu pindahkan ke wadah yang tertutup rapat
dan permukaan yang terkena bahan yang tumpah dicuci dengan air dan sabun
• Hindari panas, percikan atau nyala api dan sumber lainnya yang menimbulkan
kebakaran. Hindari kontak dengan bahan yang inkompatibel
• Jika terjadi kebakaran pada tempat penyimpanan gunakan pemadam api dengan
CO2, kimia tepung kering atau busa. Gunakan agen pemadam kimia kering biasa,
pasir, kapur (“lime”) dan abu soda (“soda ash”). Simpan terpisah dari bahan asam,
dan tahan panas. Jangan menyimpan dalam ruang yang lembab
CARA MENGGUNAKAN
• Bacalah label dan informasi lain sebelum menggunakannya. Jika tidak jelas dapat
ditanyakan pada orang yang mengetahuinya, misalnya pada toko yang menjualnya atau
pada petugas pertanian / penyuluh pertanian dan pada petugas Sentra Informasi
Keracunan. Sebelum membaca dan mengerti isi pada label jangan menggunakannya
• Jangan makan, minum atau merokok selama bekerja
• Yakinkan peralatan menyemprot bekerja dengan baik sebelum menyemprot
• Pada saat mencampur / mengencerkan, menyemprot ke lahan pertanian dan
membersihkan alat penyemprot jangan mengerjakan sendiri dan hindari pemakaian
tangan kosong sebaiknya menggunakan sarung tangan karet, sepatu bot, kaca mata,
pelindung pernapasan dan baju kerja yang menutupi kulit seluas mungkin. Jangan
menggunakan pakaian / sepatu / sarung tangan yang kotor dan rusak. Hindari kontak
dengan kulit, mata dan membran mukosa pernafasan
• Pada saat menyemprot sebaiknya jangan makan, minum dan merokok. Hindari teknik
penyemprotan yang salah. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin
• Hentikan menyemprot jika terjadi bercak di kulit atau merasa tidak sehat, merasa ada
gangguan penglihatan, berkeringat, haus, nyeri kepala, perasaan dingin atau flu. Segera
ke dokter dengan membawa label produk tersebut
CARA MEMBUANG BAHAN
• Pilihlah tempat untuk mengubur
atau membakar bekas wadah.
Jangan membuang di tempat sampah
atau tempat lain yang dapat terjangkau anak
• Jangan membuang wadah bekas ke sumber air
atau selokan
• Jangan membakar wadah yang bertekanan tinggi
PERTOLONGAN KERACUNAN SECARA UMUM

Pada kebanyakan kasus keracunan, biasanya jumlah bahan yang menyebabkan keracunan
tidak diketahui. Karena itu prinsip penatalaksanaan keracunan adalah mengobati pasien,
bukan racunnya.

Pasien Masuk

Stabilisasi :
•Triase
•Resusitasi
kardiopulmonal

Dekontaminasi ,
Eliminasi, Antidotum
Pertolongan pada keadaan khusus

Rujuk
TRIASE
berdasarkan skala prioritas kegawat-darutan pasien keracunan

• Gawat darurat
• Gawat tidak darurat
• Darurat tidak gawat
• Tidak gawat tidak darurat
• Pasien keracunan akut yang datang
sudah dalam keadaan meninggal :
mendapat LABEL HITAM
dan merupakan prioritas terakhir
GAWAT DARURAT
• Keadaan mengancam nyawa
yang jika tidak segera ditolong dapat meninggal atau cacat
sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama.
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Gawat Darurat mendapat LABEL MERAH
• Setelah stabil, pasien segera dilakukan terapi definitif
berupa : dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum
(jika ada) dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
• Pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran,
gangguan jalan nafas, gangguan pernafasan,
gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata
yang potensial mengakibatkan kebutaan
GAWAT TIDAK DARURAT
• Keadaan mengancam nyawa
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
• Keadaan ini termasuk prioritas ke dua
dan setelah dilakukan resusitasi
segera dirujuk untuk penanganan selanjutnya.
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Gawat Tidak Darurat mendapat
LABEL PUTIH / ABU-ABU.
• Setelah stabil, pasien dilakukan terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada)
dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
• Misal : pasien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut pestisida
DARURAT TIDAK GAWAT
• Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat
dan merupakan prioritas ke tiga
• Pada penanggulangan keracunan massal,
pasien Darurat Tidak Gawat mendapat LABEL KUNING
• Pasien biasanya sadar, tidak ada gangguan pernafasan
dan sirkulasi serta tidak memerlukan resusitasi.
• Pasien dapat langsung dilakukan terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada)
• Pasien dapat dirawat di puskesmas yang memiliki
tempat perawatan atau rumah sakit terdekat
atau jika keadaannya ringan dapat dipulangkan
TIDAK GAWAT TIDAK DARURAT
• Keadaan yang tidak mengancam nyawa
dan tidak memerlukan tindakan darurat.
• Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis
dan merupakan prioritas ke empat
• Pada penanggulangan bencana keracunan pasien
Tidak Gawat Tidak Darurat mendapat LABEL HIJAU
• Setelah mendapat terapi definitif berupa :
dekontaminasi, eliminasi, pemberian antidotum (jika ada),
pasien dapat dipulangkan
DEKONTAMINASI
Setelah keadaan pasien stabil, tanyakan mengenai jenis dan rute pemaparan

• Dekontaminasi pulmonal
• Dekontaminasi mata
• Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
• Dekontaminasi gastrointestinal
a. Induksi muntah (emesis)
b. Pengenceran
c. Bilas lambung (gastric lavage)
d. Arang aktif dosis tunggal
e. Katartik
f. Irigasi usus
g. Endoskopi
h. Tindakan bedah
DEKONTAMINASI PULMONAL
Jika terpapar melalui inhalasi,
lakukan dekontaminasi pulmonal :
-Pindahkan / jauhkan korban ke tempat yang aman dan
udara segar.
-Monitor kemungkinan gawat nafas.
-Jika fasilitas memadai, berikan oksigen
(sebaiknya oksigen lembab 100%
dengan aliran optimal sesuai dengan keadaan pasien).
DEKONTAMINASI MATA
Jika terpapar pada mata, lakukan dekontaminasi mata.
Prosedur ini dilakukan sebelum dekontaminasi kulit pada pasien
yang matanya terpapar
-Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke
sisi mata yang terpapar.
-Secara perlahan bukalah kelopak mata dan bilaslah (irigasi)
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0.9% perlahan
minimal selama 15 menit.
-Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera rujuk / konsul
ke dokter mata.
-Jika nyeri, iritasi, edema, lakrimasi dan fotopobia masih menetap
setelah 15 menit irigasi, segera rujuk ke dokter spesialis mata.
-Jika terpapar bahan kimia kaustik, asam atau alkali, lakukanlah irigasi
dengan NaCl fisiologis steril minimal selama 1 jam
atau sampai pemeriksaan dengan kertas lakmus pada cul-de-sacs
inferior dan superior menunjukan pH normal.
DEKONTAMINASI KULIT
(TERMASUK RAMBUT DAN KUKU)
Jika terpapar pada kulit, rambut atau kuku, lakukan dekontaminasi kulit.
-Lepaskan pakaian, arloji, sepatu dan perhiasan lainnya
yang terkontaminasi zat racun atau muntahannya
dan simpanlah dalam wadah / plastik tertutup.
-Bawa segera pasien ke air mengalir atau pancuran terdekat.
-Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan
sarung tangan, masker hidung dan pakaian pelindung.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
-Cuci dan gosok segera bagian kulit, kuku dan rambut yang terkena dengan
air mengalir dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
-Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau
kertas secara lembut. Jangan digosok.
-Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
-Untuk kulit yang terpapar bahan kaustik, lakukanlah irigasi
sesering mungkin selama 24 jam dengan NaCl fisiologis.
-Jangan beri penetralisir asam atau alkali
-Jangan beri cream atau vaselin karena dekontaminasi menjadi lebih sulit.
DEKONTAMINASI GASTROINTESTINAL
• Rute pemaparan racun yang paling sering terjadi
adalah dengan cara menelan.
• Tujuannya adalah untuk mengeluarkan
dan detoksikasi racun serta mencegah absorbsi
lebih lanjut sehingga efek toksik racun berkurang.
• Ada beberapa cara melakukan dekontaminasi
gastrointestinal tergantung simptomatologi
dan jenis racun yang tertelan
INDUKSI MUNTAH (EMESIS)
• Kontra indikasi :
- Jika pasien menelan racun yang tidak diketahui jenisnya
karena mungkin potensial aspirasi pneumoni jika terjadi kejang atau koma.
- Pasien tidak sadar atau sangat mengantuk.
- Pasien kejang.
- Tertelan lebih dari 2 jam
- Keracunan asam, basa kuat dan zat hidrokarbon.
- Keracunan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
henti nafas mendadak dan kejang.
•Caranya :
Stimulasi mekanis : dengan menyentuhkan jari atau ujung sendok
pada pangkal tenggorokan.
Kerugian cara ini adalah : dapat gagal, tidak komplit, traumatik dan
dapat menimbulkan refleks vagal dengan akibat henti jantung.
• Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
- Aspirasi pneumonia
- Sindroma Mallory Weis (hematemesis ec kerusakan mukosa gastrointestinal bagian atas)
• Pemberian sirup ipekak tidak dianjurkan lagi karena dapat menyebabkan muntah
yang terus menerus (lebih dari 1 hari > 6 kali muntah), diare, syok, iritabilitas, diaforesis
dan hipertermi.
PENGENCERAN
Indikasi :
-segera setelah menelan racun yang bersifat alkali atau asam
lemah dan jika pasien sadar serta dapat menelan.
Kontra indikasi :
- pada penelan asam pekat atau bahan kaustik
-pasien dengan penurunan kesadaran
-pasien yang tidak dapat menelan
-gangguan pernafasan
-nyeri abdomen
Caranya :
beri minum air dingin atau susu sebanyak 250 ml (dewasa)
atau 15 ml/kg (anak).
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)
• Prosedur ini dilakukan segera setelah pasien menelan sejumlah bahan kimia (biasanya 1-4 jam pertama).
Selama dilakukan tindakan ini, letakan pasien dalam posisi trendelenberg (kepala lebih rendah daripada badan)
dan left lateral decubitus (miring ke kiri) atau terpasang pipa endotrakheal.
• Kontra indikasi :
- Jika menelan bahan kimia yang bersifat asam atau alkali, karena potensial menyebabkan injuri mukosa gastrointestinal.
- Jika menelan bahan kaustik karena potensial terjadi aspirasi pneumoni.
- Setelah menelan bahan kaustik korosif
- Hilangnya refleks protektif jalan nafas
- Pasien dengan penurunan kesadaran (kecuali telah dipasang pipa endotrakheal)
- Jika menelan bahan kimia yang diketahui bersifat non toksik
• Caranya :
- Posisi kepala miring ke kiri dan menunduk. Lindungi jalan nafas dengan posisis Trendelenberg
(kepala lebih rendah daripada badan) dan left lateral decubitus ( miring ke kiri)
- Pasien tidak sadar harus sudah terpasang pipa endotrakheal
- Pasang pipa nasogastrik ukuran besar.
- Lakukan aspirasi
- Kemudian beri cairan NaCl fisiologis atau air hangat (38ºC) atau air dingin (suhu kamar) sebanyak 150- 300 ml
(untuk anak < 5 tahun 10 ml/kg berat badan ) dan lakukan bilas lambung sampai jernih.

Hati-hati pada kehamilan (terutama trimester ke 3), pasien dengan kelainan jantung, pasien dengan potensial terjadi
depresi sistem syaraf pusat atau kejang dan kemungkinan perforasi gastrointestinal.
Komplikasi : spasme laring, regurgitasi isi lambung, lesi pada esofagus dan lambung, pneumotoraks, irama jantung ektopik,
elevasi segmen ST, hipernatremia, intoksikasi air dan hipotermi.
ARANG AKTIF DOSIS TUNGGAL
• Indikasi :
-Pasien yang sadar dan jalan nafasnya terlindungi.
• Kontra indikasi :
-Jika terjadi kerusakan mukosa gastrointestinal
-Jika terjadi nafas tidak aman / terlindungi
-jika menelan racun yang korosif
•Pemberian arang aktif (activated charcoal) dilakukan setelah bilas lambung
dan efektif jika diberikan dalam 1 jam setelah terpapar
• Dosis arang aktif atau norit :
Dewasa atau anak > 12 tahun : 25-100 g
Anak s.d. 12 tahun : 25–50 g (anak 1-12 tahun)
dan : 1 gram/kg untuk anak < 1 tahun.
• Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 30 gram arang aktif
(atau tablet norit yang dihaluskan) dengan 240 ml air sehingga seperti sop kental.
Dapat campur dengan Sorbitol atau katartik saline
• Komplikasi yang dapat terjadi :
- muntah setelah pemberian arang aktif yang terlalu cepat
- konstipasi
- distensi lambung
- efek katartik (jika diberi bersamaan)
- aspirasi arang aktif.
KATARTIK
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Katartik tidak rutin dilakukan dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit
• Indikasi : katartik dapat dipertimbangkan hanya pada :
keracunan jika terjadi konstipasi
• Kontra indikasi :
Bising usus tidak ada, baru dilakukan operasi abdomen,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gagal jantung,
gangguan faal ginjal dan usia yang terlalu muda atau terlalu tua
• Katartik yang digunakan :
- osmotik : laktulose, manitol, sorbitol
- garam : Na fosfat /sulfat, Mg sitrat/sulfat.
• Komplikasi :
Diare hebat, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi
dan kram perut.
IRIGASI USUS (WHOLE GUT IRRIGATION)
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Zat toksik yang tidak diabsorpsi dengan arang aktif,
seperti besi, litium dan logam atau tertelan modified
release drug, penderita dapat dirujuk ke
rumah sakit terdekat untuk dilakukan irigasi usus.
• Kontra indikasi :
Gangguan jalan nafas, depresi sistem syaraf pusat,
kardiovaskuler tidak stabil dan terdapat kelainan patologis
usus.
• Jika indikasi dan tidak ada kontra indikasi,
pasien dirujuk ke rumah sakit dengan monitoring ketat.
ENDOSKOPI
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)
• Indikasi :
Dekontaminasi batu batere (disk) yang kecil, drug packages
kecuali heroin atau kokain karena mudah pecah

TINDAKAN BEDAH
(DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT SETELAH PASIEN DIRUJUK)

• Indikasi :
Jika menelan bahan yang sangat korosif, benda asing
yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara lain
penderita dapat dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki dokter spesialis bedah/bedah digestif.
ELIMINASI DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT
Metode meningkatkan eliminasi :
A. Diuresis paksa ( Forced diuresis)
Indikasi : keracunan litium, bromide dan obat yang ekskresinya melalui ginjal.
Diuresis paksa akan meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus akan meningkatkan
eliminasi obat/toksin. Urine output yang diharapkan adalah 3-6ml/kg berat badan/jam.
Caranya : Furosemid 250 mg dalam 100 ml Dextrose 5% diberikan melalui infus
selama 30 menit.
B. Alkalinisasi urine (dilakukan setelah pasien dirujuk ke rumah sakit)
Indikasi : keracunan bahan yang bersifat asam.
Jika terdapat indikasi, usahakan pasien dalam keadaan normovolemi
dan pasien segera dirujuk ke rumah sakit karena prosedur ini sebaiknya dilakukan
di rumah sakit dengan monitoring yang ketat.
Caranya : Natrium bikarbonat 50-100 meq dalam 1 liter larutan
(Dekstrosa 5% dalam NaCl 2,25%) diberikan dalam infus kontinu 2-3 ml/kg/jam.
Catatan : Hipokalemi dan dehidrasi akan menurunkan efektitifitas alkalinisasi urine.
Karena itu perlu ditambahkan Kalium 20 meq dalam setiap liter, kecuali jika ada gagal ginjal.
C. Hemodialisa (dilakukan di rumah sakit setelah pasien dirujuk)
Pasien keracunan etilen glikol, setelah stabil dapat dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas hemodialisa.
ANTIDOTUM
ANTIDOTUM KAPAN MENGGUNAKAN MEKANISME KERJA
Asetilsistein Parasetamol, karbon tetraklorida Memperbaiki tempat pengosongan glutation
dan melindungi pasien dari kerusakan hati
dan ginjal
Karbon aktif Obat dengan rentang luas (metilxantin, Menyerap racun yang ada yang sama baiknya
paraqual, antidepresant trisiklik) dengan memotong siklus enterohepatik dari racun
Desferrioksamin Besi Ion pengkelat besi
Atropin Organofosfat dan karbamat, Bersaing dengan reseptor penghambat muskarin
insektisida, ester kolin contoh karbopol
Etanol Etilen glikol, metil alkohol (metanol) Menghambat metabolisme metanol
yang membentuk formaldehid dan asam format,
sama hal juga terhadap metabolisme etilenglikol
yang membentuk glikoaldehid dan gliklat
Heparin Ergotamin (keracunan kronis), Membalikkan status hiperkoagulan
asam aminokaproat, asam tranexamic
Metilen blue Bahan kimia penyebab Meningkatkan perubahan methemoglobin
methemoglobinaemia, contoh : menjadi hemoglobin
cetrimid, kresol, dapson, nitrat,
para diklorobenzen, fenol, primakuin
Natrium Obat yang bersifat asam Bertindak untuk membasakan urin dengan
bikarbonat meningkatkan eliminasi obat yang bersifat asam

Anda mungkin juga menyukai