Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONESIA

Disusun oleh:
1.Tri Setya Ernawati (09403241001)
2.Dian Normalitasari Purnama(09403241018)
Sejarah perkembangan perbankan
• Zaman Babilonia
Praktek perbankan didominasi dengan transaksi peminjaman emas
dan perak pada pedagang yang membutuhkan, dengan tingkat
bunga 20% per bulan dan bank tersebut adalah Temples of
Babylon.
• Praktik perbankan Yunani
Praktek perbankan yang berkembang antara lain adalah menerima
simpanan dari masyarakat dan menyalurkan pada kalangan bisnis.
Pihak bank mendapat penghasilan dari menarik biaya dari jasa
penyimpan uang masyarakat dan mulai bermunculan bank-bank
swasta.
• Masa Romawi
Praktik perbankan meliputi: praktik tukar-menukar uang,
menerima deposito, memberi kredit dan melakukan transfer dana.
Sejarah perkembangan perbankan modern
• Era perbankan modern dimulai pada abad-16 di Inggris,
Belanda, dan Belgia. Pada awalnya para tukang emas
bersedia menerima uang logam (emas dan perak) untuk
disimpan dengan tanda bukti surat deposito yang disebut
Goldsmith’s Note dan ini di gunakan sebagai alat
pembayaran. Ini awal munculnya uang kertas.
• Perkembangannya muncul berbagai masalah yaitu
pengaturan sistem keuangan yang berkaitan
dengan mekanisme penentuan volume uang yang
beredar dalam perekonomian. Permasalahan inilah
yang kemudian mendorong munculnya regulasi-
regulasi perbankan karena memang praktik
perbankan memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap volume uang.
Bentuk lembaga keuangan
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.792 tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, diberikan batasan
kegiatannya di bidang keuangan yaitu, melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat. Perbedaan lembaga tersebut:
  Lembaga Keuangan
Kegiatan Bank Bukan Bank

   Secara langsung berupa  Hanya secara tidak langsung


 
simpanan dana masyarakat dari masyarakat (terutama
(tabungan, giro, deposito) melalui kertas berharga, dan
   Secara tidak langsung dari bisa juga dari penyertaan,
masyarakat (kertas berharga, pinjaman/kredit dari lembaga
Penghimpun Dana
penyertaan, pinjaman/kredit
lain)
dari lembaga lain
 
   Untuk tujuan modal kerja,  Terutama untuk tujuan
investasi, konsumsi investasi
 
 Kepada badan usaha dan  Terutama kepada badan
Penyaluran Dana individu usaha
 Untuk jangka pendek.  Terutama untuk jangka
Menengah dan panjang
Uang dalam pengertian sempit
• Uang dalam pengertian sempit adalah bentuk
uang yang dianggap memiliki likuiditas paling
tinggi.alam pengertian sempit Uang dalam
penghitunga teoritis sering kali diberi notasi M1.
Jenis uang tersebut adalah:
1. Uang kartal adalah uang resmi atau alat
pembayaran yang sah yang dikeluarkan oleh
bank sentral atau Bank Indonesia berupa uang
kertas dan uang logam yang biasa digunakan
masyarakat untuk kegiatan ekonomi sehari-
hari.
2. Uang giral adalah simpanan dana
masyarakat pada lembaga keuangan bank
berupa rekening giro.
Uang dalam pengertian luas
• Uang dalam pengertian luas bisa diartikan dalam dua
kelompok, yaitu:
1. Notasi M2. Biasanya terdiri dari narrow money
ditambah dengan rekening tabungan (saving
deposit) dan rekening deposito berjangka (time
deposit)
2. Notasi M3. Terdiri dari M2 ditambah dengan
seluruh simpanan dana masyarakat kepada
lembaga keuangan bukan bank.
Syarat uang
1. Dapat diterima secara umum. Bila uang tidak diterima dan
diketahui secara umum maka tidak mungkin digunakan sebagai
alat pertukaran.
2. Memiliki nilai yang stabil. Bila uang tidak memiliki nilai yang
stabil, orang tidak akan menaruh kepercayaan. Dalam
kenyataannya nilai uang slalu berubah. Meskipun demikian perlu
dijaga agar perubahan tersebut tidak besar.
3. Jumlah yang beredar harus mencukupi kebutuhan. Kekuarangan
suplai uang akan membahayakan kegiatan perekonomian. Oleh
kerena itu, otoritas moneter perlu mementau perkembangan
perekonomian sehingga elastisitas ketersediaan dana tetap
terjaga.
4. Mudah dibawa untuk urusan setiap hari dan justru tidak menjadi
hambatan untuk melaksanakn transaksi.
5. Tahan lama, dalam proses transaksi bisnis uang berpindah-
pindah tangan maka harus dijamin agar nilai fisiknya mampu
bertahan.
1. Alat tukar menukar. Sebagai alat untuk
Peran uang mempertemukan antara penjual dan
pembeli.
2. Alat pengukur nilai. Digunakan sebagai
alat yang dapat menunjukan nilai
barang dan jasa yang diperjual belikan,
besarnya kekayaan seseorang.
3. Standar pembayaran masa depan yaitu
digunakan sebagi pencicil utang.
4. Alat penimbun kekayaan atau daya
beli. Uang sebagai salah satu alat
penimbun kekayaan karena keyakinan
bahwa bila uang digunakan pada masa
kini akan memiliki nilai masa kini dan
bila digunakan pada masa depan akan
memiliki nilai pada masa depan.
Fungsi bank
1. Agen of trust (kepercayaan). Kepercayaan baik
dalam hal menghimpun dana maupun penyalur
dana.
2. Agen of development (mobilisasi dana untuk
pembanguann ekonomi). Kegiatan
perekonomian masyarakat di sektor moneter
dan di sektor rill tidak dapat dipisahkan.
3. Agent of services (mobilisasi dana untuk
pembanguann ekonomi). Di samping
melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur
dana, bank juga memberikan jasa perbankan
yang lain kepada masyarakat. Jasa tersebut
antara lain berupa jasa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank dan penyelesaian tagihan.
Peran Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
a. Pengalihan asset. Bank dan lembaga keuangan bukan bank
akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
b. Transaksi. Bank dan lembaga keuangan bukan bank
memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi
untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk
yang dikeluarkan: giro, tabungan, deposito, saham dan
sebaginya. Merupakan pengganti uang sebagai alat
pembayaran.
c. Likuiditas. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank masing-
masing memiliki tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk
kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan
dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan.
d. Efisiensi. Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan.
Kondisi perbankan di Indonesia sebelum Deregulasi
• Fungsi utama perbankan pada masa penjajahan adalah:

1. Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan


dana investasi dan modal kerja perusahaan-perusahaan besar milik
kolonial.
2. Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan
besar milik kolonial, seperti giro, garansi bank, pemindahan dana
dan lain-lain.
3. Membatu pemindahan dana jasa modal dari wilayah kolonial ke
negara penjajah.
4. Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak, baik
pajak dari perusahaan-perusahan maupun dari masyarakat pribumi,
untuk kemudian dikirim ke negara penjajah.
5. Mengadminitrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai
kegiatan pemerintah kolonial.
Fungsi Utama Perbankan Pada Masa
Setelah Kemerdekaan
1) Memobilisasikan dana dari investor untuk
membiayai kebutuhan dana investasi dan modal
kerja perusahaan-perusahaan besar milik
pemerintah dan swasta.
2) Memberikan jasa-jasa keuangan kepada
perusahaan-perusahaan besar.
3) Mengadminitrasikan anggaran pemerintah untuk
membiayai kegiatan pemerintah.
4) Meyalurkan dana anggaran untuk membiayai
program dan proyek pada sektor-sektor yang ingin
dikembangkan pemerintah.
Kondisi sesudah Deregulasi
• Paket 1 Juni 1983: penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva,
pengurangan KLBI maupun kebebasan bank menetapkan suku
bunga simpanan dan pinjaman.
• Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan SBI
• Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan
SBPU dan fasilitas diskonto oleh BI.
• Paket 27 Oktober 1988: penerahan dana masyarakat, efisiensi
lembaga keuangan, pengendalian kenijakan moneter,
pengembangan pasar modal
• Paket 20 Desember 1988 Paket 25 Maret 1989: aturan
penyelenggaraan baru efek oleh swasta, alternatif sumber
pembiayaan ,Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat
melakukan kegiatan perdagangan surat berharga, kartu kredit anjak
piutang dan pembiayaan konsumen maupun kesempatan pendirian
perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa, reasuransi, broker
asuransi, adjuster asuranis dan aktuaria.
Lanjutan
• Paket 25 Maret 1989: penyempurnaan paket sebelumnya
maupun Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat
memiliki net open position maksimum sebesar 25% dari modal
sendiri.
• Paket 29 Januari 1990: penyempurnaan program perkreditan
kepada usaha kecil agar dilakukan secara luas oleh semua bank.
• Paket 28 Februari 1991: penyempurnaan paket sebelumnya
menuju penyelenggaraan lembaga keuangan dengan prinsip
kehati-hatian, sehingga dapat tetep mempertahankan
keoercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan.
• UU Nomer 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
• Paket 29 Mei 1993 berisi tentang penyempurnaan aturan
kesehatan bank
 Ciri-ciri perbankan setelah
diregulasi
1. Peraturan yang memberikan kepastian hukum.
2. Jumlah bank swasta bertambah banyak.
3. Tingkat persaingan bank yang semakin kuat
4. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar
Modal. Merupakan salah satu sumber alternatif
penghimpun dana dan penyalura dana.
5. Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang
meningkat.
6. Mobilisasi dana melalui sektor perbankan yang
semakin besar.
Kondisi saat krisis ekonomi
(akhir tahun 1990-an)
1) Tingkat kepercayaan masyarakat dalam
dan luar negeri terhadap perbankan di
Indonesia menurun drastis.
2) Sebagian besar bank dalam keadaan tidak
sehat
3) Adanya spread negatif
4) Munculnya penggunaan peraturan
perundangan yang baru
5) Jumlah bank menurun.
Peraturan dan perundangan baru
• Undang-undang Nomer 3 Tahun 2004 tentang Perubahaan atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
• Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
• Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Umum.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/34/KEP/DIR tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan prinsip Syariah.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/35/KEP/DIR tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat prinsip Syariah.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang,
Kator Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank Yang
Berkedudukan di Luar Negeri.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi
Bank Umum.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi
Bank Perkreditan Rakyat.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank Umum.
• Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi
Bank Perkreditan Rakyat.
Kondisi terakhir
1. Selesainya penyusutan Arsitektur Pernbankan Indonesia
(API).
2. Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR dan
Bank Indonesia untuk membentuk atau menyusun: lembaga
penjamin simpanan, lembaga pengawas perbankan yang
idependen dan Otoritas jasa keuangan
3. Kinerja perbankan yang lebih menunjukan kondisi masa
peralihan
4. Penyaluran dana masyarakat kearah yang lebih
mencerminkan bank sebagai perantara keuangan dengan
tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian.

Anda mungkin juga menyukai