Pengertian Adab
• Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda:
أكرموا أوالدكم وأحسنوا أدبهم
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah
adab mereka” (HR Ibn Majah)
قَ ص َّدَ َب ال َّر ُج ُل َولَ َدهُ َأ ْو َأ َح ُد ُك ْم َولَ َدهُ َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن َأ ْن يَت
َ َأل ْن يَُؤ ِّد
اع
ٍ ص َ ف ِ ص ْ ُِك َّل يَ ْو ٍم بِن
()مسند أحمد
• Jika seseorang mendidik anaknya (menjadikan
anaknya beradab), maka itu lebih baik baginya
daripada bersedekah setiap harinya setengah
sha’ (HR Imam Ahmad)
• Istilah “adab” dalam kedua hadits Nabi
tersebut identik dengan istilah Pendidikan
saat ini. Karena itulah, istilah “adab” juga
merupakan salah satu istilah kunci dalam
Islam.
• Para ulama telah banyak membahas makna
adab dalam pandangan Islam. Di Indonesia,
K.H. M. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, menulis
sebuah buku berjudul Aadabul ‘Aalim wal-
Muta’allim (edisi Indonesia: Etika Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Titian Wacana, 2007).
• Terjemahan harfiahnya: Adab Guru dan Murid.
Buku ini membahas secara panjang lebar
tentang masalah adab.
• Kyai Hasyim Asy’ari membuka kitabnya dengan
mengutip hadits Rasulullah saw: “Haqqul
waladi ‘alaa waalidihi an-yuhsina ismahu, wa
yuhsina murdhi’ahu, wa yuhsina adabahu.”
(Hak seorang anak atas orang tuanya adalah
mendapatkan nama yang baik, pengasuhan
yang baik, dan adab yang baik).
• Hasan al-Bashry misalnya, menyatakan: “In
kaana al-rajulu la-yakhruja fii adabi nafsihi al-
siniina tsumma siniina.” (Hendaknya
seseorang senantiasa mendidik dirinya dari
tahun ke tahun).
• Habib bin as-Syahid suatu ketika menasehati
putranya: “Ishhabil fuqahaa-a wa ta’allam
minhum adabahum, fainna dzaalika ahabbu
ilayya min katsiirin minal hadiitsi.” (Bergaullah
engkau dengan para fuqaha serta pelajarilah
adab mereka. Sesungguhnya yang demikian itu
akan lebih aku cintai daripada banyak hadits.”
• Ruwaim juga pernah menasehati putranya:
“Yaa bunayya ij’al ‘ilmaka milhan wa adabaka
daqiiqan.” (Wahai putraku, jadikanlah ilmumu
seperti garam dan adabmu sebagai tepung).
• Ibn al-Mubarak menyatakan: “Nahnu ilaa
qaliilin minal adabi ahwaja minnaa ilaa
katsiirin mina ’ilmi.” (Mempunyai adab
meskipun sedikit lebih kami butuhkan
daripada banyak ilmu pengetahuan).
• Suatu ketika Imam Syafii pernah ditanya oleh
seseorang: ”Sejauh manakah perhatianmu terhadap
adab? Beliau menjawab: Setiap kali telingaku
menyimak suatu pengajaran budi pekerti meski
hanya satu huruf, maka seluruh organ tubuhku akan
ikut merasakan (mendengarnya) seolah-olah setiap
organ itu memiliki alat pendengaran (telinga).
• Demikianlah perumpamaan hasrat dan kecintaanku
terhadap pengajaran budi pekerti.” Beliau ditanya
lagi, ”Lalu bagaimanakah usaha-usaha dalam
mencari adab itu?” Beliau menjawab, ”Aku akan
senantiasa mencarinya laksana usaha seorang ibu
yang mencari anak satu-satunya yang hilang.”
• Berdasarkan beberapa hadits Rasulullah saw dan
keterangan para ulama di atas, kiranya tidak perlu kita
ragukan lagi betapa luhurnya kedudukan adab di dalam
ajaran agama Islam.
• Karena, tanpa adab dan perilaku yang terpuji maka apa
pun amal ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan
diterima di sisi Allah SWT (sebagai satu amal kebaikan),
baik menyangkut amal qalbiyah (hati), badaniyah
(badan), qauliyah (ucapan), maupun fi’liyah (perbuatan).
• Dengan demikian, dapat kita maklumi bahwa salah satu
indikator amal ibadah seseorang diterima atau tidak di
sisi Allah SWT adalah melalui sejauh mana aspek adab
disertakan dalam setiap amal perbuatan yang
dilakukannya.
• Karena itulah, menurut Islam harkat dan
martabat sesuatu adalah berdasarkan pada
ketentuan Allah, dan bukan pada manusia atau
budaya. Sebagai contoh, kriteria orang yang
mulia, menurut al-Quran adalah orang yang
paling taqwa. (Inna akramakum ’indallaahi
atqaakum/QS 49:13).
• Maka, seharusnya, dalam masyarakat yang
beradab, kaum Muslim harus menghormati
seseorang karena keimanan dan ketaqwaannya;
bukan karena jabatannya, kekayaaannya,
kecantikannya, atau popularitasnya. Itu baru
namanya beradab, menurut al-Quran.
Begitu juga ketika al-Quran memuliakan orang yang
berilmu (QS 35:28, 3:7, 58:11), maka sesuai konsep
adab, seorang Muslim wajib memuliakan orang
yang berilmu dan terlibat dalam aktivitas keilmuan.
Masyarakat yang beradab juga masyarakat yang
menghargai aktivitas keilmuan.
Tentu menjadi tidak beradab, jika aktivitas keilmuan
dikecilkan, sementara aktivitas hiburan diagung-
agungkan.
Tidak mungkin suatu bangsa akan maju jika tidak
menjadikan tradisi ilmu sebagai bagian dari
tradisinya.
Alur Tulisan (Diskusi)
Adab dalam
Pendidika
Pendidikan
Islam n
Pengertian Adab
Kemanusiaan yang
Adil dan Peri Kemanusiaan
Beradab
Makna Adab
1
diikrarkan oleh seseorang adalah
mengharuskannya untuk beriman kepada Allah
Swt (membenarkan dan meyakini Allah Swt
tanpa sedikitpun keraguan)
2
seseorang mengamalkannya tanpa dilandasi
dengan adab, maka pada hakikatnya ia belum
mengamalkan syariat dan belum dianggap
beriman serta bertauhid kepada Allah Swt
Adab dalam Pandangan Islam
Adab bukan hanya sekedar sebagai adat peraturan mengenai
kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti yang hanya
terbatas pada hubungan sesama manusia saja
Kemampuan berorganisasi
dalam bentuk kekuatan
politik dan militer
Adab
Peradaba
Akhlak
n
HUBUNGAN ADAB, AKHLAK DAN
PERADABAN
• Adab berarti tata cara, tata tertib atau aturan; sedangkan
akhlak berarti budi pekerti, moral, tabiat atau perangai
• Adab membicarakan tata tertib atau tata cara yang sudah
diatur sedemikian rupa; sedangkan akhlak
membicarakan perilaku yang muncul dari sifat/jiwa, bisa
berupa perangai yang baik maupun yang buruk.
• Adab Islamiyah berarti tata cara atau tata tertib menurut
ajaran Islam, dan begitu seharusnya setiap muslim
mengikuti dan menaatinya; sedangkan akhlak Islamiyah
berati akhlak atau moral menurut ajaran islam.
• Jika kata adab dan akhlak masih berdiri
sendiri, maka pada keduanya tampak jelas
perbedaanya.
• Jika kata adab dan akhlak sudah dipadukan
dengan kata "islami", maka arti keduanya
hampir saja sama dan sulit untuk dibedakan,
karena baik adab islami maupun akhlak islami
berisi ajaran berperilaku yang baik menurut
Islam atau menjauhi perilaku yang
bertentangan dengan ajaran Islam.
Daftar Pustaka
• Abdul Karim, M., Perjalanan Sejarah dan Kebudayaan Islam: Analisis Geo-
Kultur, Makalah Workshop Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi
Dosen SKI di PTAI, Hotel University Yogyakarta, 4-6 Desember 2009
• Adian Husain, Wajah Peradaban Barat; Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Sekular-Liberal, Gema Insani Press, Bandung, 2005
• Ahmad, Supadie, Didiek, dkk. Budaya Akademik Islami, SA-Press, Unissula,
Semarang, 2010
• Al-Akkad, Abbas mahmoud, 1992, The Arab’s Impact on European
Civilization, The Supreme Council for Islamic Affairs, Cairo.
• Al-Attas, Islam, Religion and Morality, dalam Prolegomena to the
Metaphysics of Islam, ISTAC, 1995, hal.
• Al-Faruqi, Is’mail , Raji’ dan Lois Lamya Faruqi, 1986, The Cultural Atlas of
Islam, Mac Millah Publishing Company, New York.
• As-Siba’i, Mustafa, Peradaban Islam, terj. Nabhan Husain, Media Dakwah,
Jakarta, 1987
• Atho Mudhzhar, 1998, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
• Azra, Azyumardi, ed., Renaissance Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan
Kekuasaan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999
• Abdullah Nashih Ulwan, 2015. Pendidikan Anak Dalam Islam, Pustaka
Muslim: Jakarta
• Ar-Ramani Amani,2006. Pendidikan Cinta Untuk Anak. Aqwam: Solo
• Agus Sukaca, 2016, The 9 Goden Habits, Bunyan: Yogyakarta
• Mansur, 2009. Pendidikan Anak Usia Dini, Pustaka Pelajar: Yogyakarta
• Muhammad Suwaid, 2014. Mendidik Anak Bersama Nabi, Pustaka Arafah:
Jakarta
• Sutjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta