Anda di halaman 1dari 9

PERISTIWA TANJUNG

PRIOK 1984

Kelompok 6
APA ITU PERISTIWA TANJUNG PRIOK 1984?

Peristiwa kerusuhan tanjung priok 1984 adalah kerusuhan yang melibatkan antara
tantara dengan warga Tanjung Priok, yang dipicu oleh tindakan oknum warga Tanjung
Priok pada 10 September 1984 di Masjid As Saadah terhadap salah seorang tentara, Sersan
Hermanu.

Tragedi Tanjung Priok menjadi salah satu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
berat yang terjadi di era totalitarianisme Orde Baru. Kejahatan kemanusiaan ini
dilatarbelakangi supremasi ideologi sebagai kamuflase berbagai pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh Presiden Soeharto dan kroninya. Supremasi ideologi itu bernama “Asas
Tunggal Pancasila” yang kemudian merepresi sejumlah komunitas yang
mengimplementasikan ideologi lain seperti Islam.
KRONOLOGI
Pada tanggal 10 September 1984, Kerusuhan Tanjung Priok berawal dari cekcok Bintara
Pembina Desa (Babinsa) dengan warga. Saat itu, Babinsa meminta kepada pengurus masjid, Amir
Biki untuk mencopot spanduk dan brosur yang tidak bernapaskan Pancasila. Ketika itu Pemerintah
Orde Baru melarang paham-paham anti Pancasila.

Selang dua hari, spanduk itu tidak juga dicopot. Sersan satu Hermanu kemudian
memutuskan untuk melakukannya sendiri. Ketika sedang melakukannya ia memasuki area masjid
tanpa melepas alas kakinya. Kabar ini membuat warga berang dan berkumpul di masjid. Pengurus
Masjid, Syarifuddin Rambe, Sofwan Sulaeman, dan Ahmad Sahi mencoba menenangkan warga.
Namun, warga yang emosi membakar sepeda motor petugas Babinsa. Alhasil, Syarifuddin,
Sofwan, Ahmad, dan warga yang diduga membakar motor yakni Muhammad Nur ditangkap
aparat.
Keesokan harinya, warga meminta bantuan tokoh masyarakat setempat yakni Amir
Biki untuk menyelesaikan permasalahan ini. Amir Biki dan sejumlah warga mendatangi
Komando Distrik Militer (Kodim) Jakarta Utara. Mereka meminta agar jemaah dan
pengurus masjid dilepaskan. Namun permintaan ini tak ditanggapi, membuat Amir
mengumpulkan tokoh muslim se-Jakarta untuk membahas masalah tersebut. Dalam
ceramahnya, Amir Biki memberikan ultimatum kepada apparat untuk segera membebaskan
keempat tahanan.

Namun lagi-lagi tidak juga di tanggapi, Amir pun membagi massa menjadi dua
kelompok untuk bergerak menuju Kodim dan Polsek. Tetapi mereka di hadang oleh
apparat bersenjata. Massa pun langsung menuntut pembebasan. Situasi semakin memanas
dan aparat pun melancarkan sejumlah tembakan.
Korban jiwa pun berjatuhan. Laporan Kontra, sejumlah warga disekap dan siksa
oleh aparat. Sementara itu, lokasi penembakan langsung dibersihkan sehingga tak terdapat
tanda-tanda kerusuhan. Setelah penembakan, Pangdam V Jakarta Raya Mayjen TNI Try
Soetrisno bersama Pangkopkamtib Jenderal TNI LB Moerdani dan Menteri Penerangan
Harmoko memberikan pernyataannya terkait peristiwa berdarah di Tanjung Priok.

Bahwa Peristiwa Tanjung Priok merupakan hasil rekayasa orang-orang yang


menggunakan agama untuk kepentingan politik. Namun, menurut Kontra, pemaparan
jumlah korban yang disampaikan dan kesaksian para saksi berbeda.
PASCA KEJADIAN
Setelah kejadian itu berlangsung, banyak yang menyayangkan
tindakan ABRI. Banyak tanggapan yang muncul bahwa peristiwa ini telah
melanggar HAM dan harus segera diselesaikan. Kasus kemudian
berlanjut hingga sidang subversi. Sejumlah orang diadili atas tuduhan
melawan pemerintahan yang sah. Salah dua orang yang terdakwa adalah
Salim Qadar, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara dan Tonny Ardie 17
tahun 6 bulan penjara.
DAMPAK PERISTIWA TANJUNG PRIOK 1984

Berdasarkan catatan resmi diketahui terdapat 24 korban tewas dan 54 terluka. Sedangkan
masyarakat Priok memperkirakan total 400 orang tewas dan hilang.

Setelah kerusuhan terjadi, pihak militer mengatakan bahwa aksi penembakan tersebut dipicu oleh
seorang pria berpakaian militer yang membagikan selebaran antipemerintah. Jenderal Hartono Rekso
Dharsono pun ditangkap karena diduga menghasut kerusuhan tersebut. Setelah menjalani sidang empat
bulan, ia divonis bersalah. Ia pun dibebaskan pada September 1990, setelah dipenjara selama lima
tahun.

Dari kerusuhan ini, setidaknya terdapat 169 warga sipil ditahan tanpa surat perintah. Para
pemimpin juga ditangkap dan diadili. Yang lainnya, termasuk Amir Biki, menjadi korban yang tewas
dibunuh.
THANK YOU
Jenazah masuk
ke dalam coran,
di ketahui waktu di
sekolah ketika temannya
sedang presentasi tugas
ia sering melemparkan
pertanyaan yang sulit.

Anda mungkin juga menyukai