Anda di halaman 1dari 2

Kalompok 1

1. Linda Wahyuni
2. Nara maritza wirharsa (31)
3. Naoki Raffles Martin (30)
4. Erdha Nuur Putri Nadhiifah (15)
5. Muhammad Zukhri A.Y (26)

PEMBANTAIAN TANJUNG PRIUK

Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa

kerusuhan yang terjadi pada 12 September

1984 di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia

yang mengakibatkan sejumlah korban tewas

dan luka-luka serta sejumlah gedung

rusak terbakar.

Peristiwa Tanjung Priok adalah kerusuhan yang melibatkan tentara dan warga di Tanjung Priok, Jakarta
Utara pada 12 September 1984. Kerusuhan ini merupakan salah satu kerusuhan besar yang terjadi pada
masa Orde Baru.

Tragedi Tanjung Priok dihujani aksi penembakan yang menyebabkan 24 orang tewas dan 55 orang luka-
luka. Namun, jumlah korban secara pasti tak diketahui hingga saat ini.

Kerusuhan Tanjung Priok berawal dari cekcok Bintara Pembina Desa (Babinsa) dengan warga. Saat itu,
Babinsa meminta warga mencopot spanduk dan brosur yang tidak bernapaskan Pancasila. Ketika itu
Pemerintah Orde Baru melarang paham-paham anti Pancasila.

Selang dua hari, spanduk itu tidak juga dicopot oleh warga. Petugas Babinsa Sersan Satu Hermanu lantas
mencopot spanduk itu sendiri. Namun, saat melakukan pencopotan, petugas Babinsa disebut melakukan
pencemaran terhadap masjid.

Petugas Babinsa disebut tidak melepas alas kaki saat masuk ke dalam Masjid Baitul Makmur. Kabar ini
membuat warga berang dan berkumpul di masjid.

Pengurus Masjid Baitul Makmur, Syarifuddin Rambe, Sofwan Sulaeman, dan Ahmad Sahi mencoba
menenangkan warga. Namun, warga yang emosi membakar sepeda motor petugas Babinsa.
Alhasil, Syarifuddin, Sofwan, Ahmad, dan warga yang diduga membakar motor yakni Muhammad Nur
ditangkap aparat.

Keesokan harinya, pada 11 September, warga warga meminta bantuan tokoh masyarakat setempat
yakni Amir Biki untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Amir Biki dan sejumlah warga mendatangi Komando Distrik Militer (Kodim) Jakarta Utara. Mereka
meminta agar jemaah dan pengurus masjid dilepaskan. Permintaan ini tak ditanggapi.

Amir Biki pun mengadakan pertemuan dengan para tokoh muslim se-Jakarta untuk membahas masalah
tersebut. Dalam ceramahnya, Amir memberi ultimatum kepada aparat untuk melepaskan keempat
jamaah yang ditahan dan segera diantar ke mimbar sebelum pukul 23.00 WIB. Jika tak dituruti, Amir dan
massa akan mendatangi Kodim.

Tuntutan itu tak juga dipenuhi. Amir pun membagi massa menjadi dua kelompok untuk bergerak
menuju Kodim dan Polsek.

Kedatangan massa mendapat adangan aparat militer bersenjata lengkap. Massa pun langsung menuntut
pembebasan. Situasi semakin memanas dan aparat pun melancarkan sejumlah tembakan.

Korban jiwa pun berjatuhan. Laporan KontraS, sejumlah warga disekap dan siksa oleh aparat.Sementara
itu, lokasi penembakan langsung dibersihkan sehingga tak terdapat tanda-tanda kerusuhan.Setelah
penembakan, Pangdam V Jakarta Raya Mayjen TNI Try Soetrisno bersama Pangkopkamtib Jenderal TNI
LB Moerdani dan Menteri Penerangan Harmoko memberikan pernyataannya terkait peristiwa berdarah
di Tanjung Priok.Pemerintah Orde Baru menyatakan bahwa Peristiwa Tanjung Priok merupakan hasil
rekayasa orang-orang yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.Namun, menurut KontraS,
pemaparan jumlah korban yang disampaikan dan kesaksian para saksi berbeda.Penyelesaian masalah ini
berlangsung lama. Sejumlah islah dilakukan pada tahun 2001. Sejumlah persidangan dilakukan pada
tahun 2003.

Dampak Berdasarkan catatan resmi diketahui terdapat 24 korban tewas dan 54 terluka. Sedangkan
masyarakat Priok memperkirakan total 400 orang tewas dan hilang.Setelah kerusuhan terjadi, pihak
militer mengatakan bahwa aksi penembakan tersebut dipicu oleh seorang pria berpakaian militer yang
membagikan selebaran antipemerintah.Jenderal Hartono Rekso Dharsono pun ditangkap karena diduga
menghasut kerusuhan tersebut.

Setelah menjalani sidang empat bulan, ia divonis bersalah. Ia pun dibebaskan pada September 1990,
setelah dipenjara selama lima tahun.Dari kerusuhan ini, setidaknya terdapat 169 warga sipil ditahan
tanpa surat perintah. Para pemimpin juga ditangkap dan diadili. Yang lainnya, termasuk Amir Biki,
menjadi korban yang tewas dibunuh.

Majelis hakim memvonis vonis 10 tahun penjara bagi mantan Komandan Kodim 0502 Jakarta Utara,
Mayjen (Purn) Rudolf Adolf Butar Butar. Ini kasus pelanggaran HAM Tanjungpriok pertama yang diputus.

Anda mungkin juga menyukai