Anda di halaman 1dari 68

PEMANFAATAN ENZIM DI BIDANG DIA

GNOSIS DAN PENGOBATAN
• Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis
reaksi kimia, hampir semua enzim adalah protein.
• Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia
yang terjadi dalam makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup.
• Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis (molekul kecil
menjadi molekul besar bila molekul besar
menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme) dan
penyusunan molekul besar dari molekul yang
lebih kecil (katabolisme).
• Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain
respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan,
dan protein sintesis.
1
Lanjut
• Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu
reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan
adanya asupan energi dari luar (umumnya
pemanasan), sehinggareaksi kimia di dalam
tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian
panas dari luar.
• Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang
semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat
Celcius dengan katalisator logam, hal tersebut
tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh
fisiologis manusia, sekitar 37° C.

2
Enzim
• Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis
menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan dalam suhu
fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam
menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang
semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar.
• Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama
sekali tidak mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi
bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian
kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1
mengenai kekekalan energi.
• Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada
kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme.
Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu
atau bulan di bawah kondisi laboratorium normal dapat
terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh
enzim di dalam tubuh

3
Pemanfaatan enzim sebagai alat
diagnosis
• Enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi
dalam tiga kelompok:
• 1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan
suatu jaringan atau organ akibat penyakit tertentu.
• Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan
suatu jaringan mengikuti prinsip bahwasanya secara
teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di
cairan ekstra sel dalam jumlah yang signifikan.
• Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang
berada di cairan ekstra sel.

4
Lanjutnya
• Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati
dan pecah sehingga mengeluarkan isinya (enzim)
ke lingkungan ekstra sel, namun jumlahnya sangat
sedikir dan tetap.
• Apabila enzim intra sel terlacak di dalam cairan
ekstra sel dalam jumlah lebih besar dari yang
seharusnya, atau mengalami peningkatan yang
bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan
terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran
akibat pecahnya membran) sel secara besar-
besaran.
5
 Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal,
seperti keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan
lipid bilayer),
 Kerusakan dari akibat senyawa radikal bebas, infeksi
(virus), berkurangnya aliran darah sehingga lisosom
mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya.
 Atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga
sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan
sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit
autoimun) dan mengakibatkan kebocoran membrane.
 Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya
gangguan perfusi darah ke glomerulus ginjal, sehingga
renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu protein
serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
6
• Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase
(ALT serum) hingga mencapai seratus kali lipat
(normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan
adanya infeksi virus hepatitis.
• Peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi
pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedang
kan peningkatan pada kadar yang lebih rendah
terjadi pada keadaan alkoholisme.
• Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu
isozim dari tripsin) hingga empat ratus kali
menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-
lain.

7
Reagensia diagnosis
• 2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis. Sebagai
reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi
bahan untuk mencari petanda (marker) suatu
senyawa.
• Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu
senyawa petanda yang dicari dapat diketahui dan
diukur berapa jumlahnya.
• Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu reagensia
adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan
lebih spesifik dibandingkan dengan pengukuran secara
kimia.
• Enzim tsb mampu digunakan untuk mengukur kadar
senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis
karena kemudahan dan ketepatannya dalam
mengukur.
8
Proses hidrolisis kreatin
H2O +

Kreatinin Kreatin

H2O +
Sarkosin NH3
Kreatin

3.Sarkosin + H2O + O2
Formaldehid + H2O2

9
Contoh reaksi
1.Kreatinin + H2O Kreatin

2. Kreatin + H2O Sarcosin + NH3 (gas)


3.Sarkosin + H2O + O2 Glizin + Formaldehid + H2O2
4.H2O2 + TBHBA + 4-AAP Quinoneimin + H2O

10
Reaksi Adanya NH3
• Ureum+ H2O 2NH3 + CO2
NH3 + α-Ketoglutarat + NADH + H+  L-Glutamat + H2O + NAD+

GLDH = Glutamatdehydrogenase , Adalah enzim pere


duksi yang dapat megubah alfa-ketoglutarat menjadi
glutamat.
• Nikotinamidadenindinukleotid (NADH), enzim ini
dotor proton mengubah gugus aldehid dari ketoglutarat
menjadi glutamat.
• Enzim tersebut mempunyai serapan maksikmum pada
lambda 240 nm and340 nm. Sehingga jumlah kenaikan
absorbsi akan setara kenaikkan kadar NH3.
11
Proses Redok NADH

12
Spektrogram NADH

13
Keterangan
• Terjadi reaksi dari ketoglutarat
• Alfa ketoglutaratrat + NADH jadi glutarat dari slide

 Terlihat bahwa serapan NAD pada lambda yang lebih


panjang, karena strukturnya berubah pada 248 nm,
intensitas serapan ini setara dengan kadar keton yang
direduksi.
 Kejadian inim tidak hanya pada keto glutarat tetapi juga
pada oksalo asetat menjadi maleat.

14
15
Penjelasan

16
Penyakit hepatitis dan SGOT
• Hepatitis atau toksin yang berat dapat
menyebabkan peningkatan enzim serum sampai
20X lipat. Pada peradangan awal hepatitis, kadar
GPT meningkat lebih awal dan lebih mencolok
dibandingkan dengan GOT (Sacher and Mc
Pherson, 2000).
• Glutamat-oxaloacetic Transaminase (GOT)
merupakan salah satu enzim transaminase. GOT
atau biasa juga disebut AST (aspartate amino
transferase) merupakan enzim transaminase yang
terutama terdapat dalam hepar, meskipun juga
terdapat dalam ginjal, jantung dan otot skretal.
17
Pengukuran Perubahan NADH dan NAD
• Dari contoh diatas ternyata perubahan kadar
NAD dan NADH dapat digunakan untuk menge
tahui perubahan metabolisme karbohidrat.
• Metabolisme dan katabolisme karbohidrat ter
sebut dapat bersifat rutin atau bersifat over
production, sehingga rasio NADH/NAD dapat
mengalami penurunan atau kenaikan.
• Aktivitas NADH dan NAD sangat tergatung
banyak sedikitnya keton body (senyawa keton
yang terbentuk) lihat cantoh:
18
(6). Xylulose 5-phosphate is a key
regulator of carbohydrate and fat
metabolism.
In mammalian liver X5P, involved in pentose
phosphate pathway (production of NADPH),
mediates the increase in glycolysis that follows an
ingestion of a high-carbohydrate meal.

Phosphoprotein PFK2/FBPase2 F2,6BP


X5P activate phosphatase

glycolysis
Fatty acid synthesis Acetyl-CoA

It was also found that X5P increased the synthesis of all


the enzymes required for fatty acid synthesis.
High
Low
NADH/NAD+ ratio
NADH/NAD+ ratio

Cori cycle: the liver furnishes glucose to contracting skeletal muscle,


which derives ATP from the glycolytic conversion of glucose into lactate.
Contracting skeletal muscle supplies lactate to the liver, which use it
to synthesize glucose.
Glucose-alanine cycle

Alanine brings both carbon


and nitrogen from muscle
to liver.
Fatty acid oxidation to CO2 Citric
2 Acetyl CoA
-oxidation acid
(excess Thiolase cycle
acetyl CoA)
MITOCHONDRION CoA
Acetoacetyl CoA
acetyl CoA
Figure 4. Ketone body formation HMG-CoA synthase
(ketogenesis) in liver
mitochondria from excess acetyl CoA
CoA derived from the -
oxidation of fatty acids Hydroxymethylglutaryl CoA

HMG-CoA-lyase
acetyl CoA
Acetoacetate

(non-enzymatic) NADH
-Hydroxybutyrate
dehydrogenase
Acetone
NAD+
-Hydroxybutyrate
Kompleks I (NADH dehidrogenase)
terdiri atas 43 rantai polipeptida
mempunyai FMN (flavin mononu
cleotide) sbg gugus prostetik. Dan
mengkatalis reaksi
NADH + H+ + FMN <=> NAD+ +
FMNH2
(Flavin adenosin dinucleotide (FAD)
Mempunyai pusat besi-sulfurMemp
yang mentransfer
unyai 6 pusatelektron d ar i
besi-sulfur
FMNH2 ke karier berikutnya yaitu Coenzim Q
Kompleks I juga disebut NADH-coenzyme Q reductase
karena elektron yg terlibat dalam reaksi ini digunakan untuk
mereduksi koenzim Q
Penghambat : amital, rotenone dan piericidin A
Kompleks II (Suksinat dehidrogenase)
Merupakan enzim TCA yang terikat pada membran
Merupakan titik masuknya FADH2 yg diproduksi oleh suksinat
dehidrogenase
Elektron dari FADH2 akan didonorkan ke ubiquinone
Mempunyai pusat Fe-S
Disebut juga sebagai enzim succinate-coenzyme Q reductase
Tes SGOT /ASAT
• Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT)
• = Aspartat Amino Transferase/ Aspartat
• Transaminase (AST/ASAT)
• Ditemukan pada sel hati dan miokard,
muskuloskeletal, ginjal, pancreas, otak dan
eritrosit
• Tujuan Tes:
• Untuk diagnosis dan evaluasi penyakit hati
dan penyakit jantung, memantau efek obat
yang hepatotoksik dan nefrotoksik

25
(Alkaline Phosphatase/ ALP)
• Alkali Fosfatase (Alkaline Phosphatase/ ALP) terdistribusi
luas di sepanjang membran permukaan sel yang aktif
secara metabolis.
• Jaringan yang memperlihakan aktivitas ALP yang sangat
tinggi adalah tulang, hati, usus, ginjal, leukosit dan
plasenta.
• ALP dari berbagai organ ini mempunyai beberapa sifat
fisika-kimia yang berbeda sehingga dengan pemeriksaan
khusus dapat berdasarkan sumber organ dapat
dibuktikan adanya (Sacher and Mc Pherson, 2000).
• ALP merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis
ester fosfat dari gula alkohol, alkohol siklik, fenol,
amina dan alkohol primer maupun sekunder dalam
suasana alkali, seperti yang ditunjukkan pada reaksi (i)

• Monoester ortofosfat + H2O  alkohol + ortofosfat (i)


26
Prinsip pengukuran ALP
• Prinsip pengukuran ALP adalah aktivitas katalitiknya
pada media alkali dalam mentransfer gugus fosfat dari
4-nitrofenilfosfat ke air (H2O) dengan membebaskan 4-
nitrofenol, seperti yang ditunjukkan pada reaksi (ii).
• Pengukuran aktivitas ditentukan dengan kecepatan
pembentukan 4-nitrofenol pada 450 nm.
• p-nitrofenilfosfat + H2O  fosfat + p-nitrofenol (ii)
• ALP dapat naik moderat pada luka hepatoseluler. Pada
kondisi obstruksi salauran empedu ekstrahepatik atau
kolestatik ringan, level ALP bias meningkat sampai 5X
normal.
• Etiologi hepar yang berhubungan dengan peningkatan
ALP antara lain obstruksi saluran empedu ekstrahe
patik, kolestatik intrahepatik, sirosis billari primer dan
luka hepatoseluler.
27
Lemak dan lipid
• Lemak dan Lipid mempunyai fungsi
1.Cadangan /simpanan (storage lipid)
2.Sebagai struktural (penyusun membran)
3.Lipid fungsional (sbg tanda / signal,
kofaktor dan pigment
• Asam lemak biasanya dalam bentuk Ester
• Triasilgliserol (TAG)/trigliserida
• Ikatan rangkap yang sering ditemui di alam adalah :
cis bukan trans.
• Biasa terletak pd C 9, 12, 15, keculi arachidonat

28
Kegemukan Obisity

29
Beberapa jenis asam Lemak

30
Struktur asam lemak

linoleate

31
LATAR BELAKANG PENYAKIT KARENA LEMAK

Konsumsi Diet Lemak Tinggi

Kadar LDL-kolesterol meningkat


Penyakit jantung koroner, Hiperurisemia,
Hiperkolesterolemia
Obesity/Kegemukan

Diagnosis Enzimatik

Non Enzimatik
Enzymatic oxidation
• Enzymatic lipid oxidation: involves an enzyme
catalyst, and gives very specific stereo- and
regiospecific products.
Cyclooxygenase

Leukotoxins,
, Prostaglandins thromboxane,
prostacyclin
33
Diagnosis Keberadaan Asam lemak
Asam lemak biasanya diuji secara enzimatis untuk
mengetahui kadar trigleserida darah

34
H3C-N
N H3C-N
C6 H 5 N
C6H5

35
Struktur kimia kolesterol (Lehninger, 1982)

Kolesterol merupakan lipid amfifilik dan dalam


keadaan demikian menjadi komponen struktural
penting yang membentuk membran sel dan lapisan
luar lipoprotein plasma. LDL menjadi perantara
pengambilan kolesterol dan ester kolesterol dalam
banyak jaringan.
36
• Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh
HDL dan kemudian diangkut ke dalam hati
untuk diubah menjadi asam empedu.
• Kolesterol merupakan penyebab utama
pembentuk batu empedu. Dan penyebab
timbulnya aterosklerosis pada pembuluh-
pembuluh arteri.
• Sehingga menyebabkan penyakit serobrovas
tikuler, vaskuler perifer dan koroner.
Aterosklerosis berkaitan dengan rasio
perbandingan kolesterol HDL : LDL plasma
yang tinggi (Martin, dkk, 1997).
37
Efek Koleosterol
• Kalau dalam diet pada tikus percobaan hanya terdapat
0,05% kolesterol, maka 70-80% kolesterol pada hati, usus
halus, dan kelenjar adrenal, dan lainnya akan disintesis
dalam tubuh.
• Kalau dimasukkan kolesterol dalam makanan dinaikkan
sampai 2%, produksi endogen tersebut akan turun. Dan
hail penelitian hanya sintesis hepatik yang dihambat.
• Berbagai percobaan dengan hati yang diperfusi telah
menunjukkan bahwa sisa-sisa kilomikron yang kaya akan
kolesterol dan diambil oleh hati menghambat sintesis
sterol. Koleosterol dibutuhkan oleh tubuh untuk prazat
hormon steroid (300 mg/hari).
 
38
Menghitung koleosterol serum

39
Reaksi warna
• Contoh
CHE
+ H2O

+ H2O2
+O2
kolesteron
kolesterol Quinonimin + 4 H2O

+ H2O2
P-klorfenol Fenilaminoantipirin
40
Penetapan kadar gula darah oksidatif
enzimatik
• D-glukose

41
Enzim sebagai reagen
• Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah
sebagai berikut:
• Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis
dan bakteri Arthobacter globiformis dapat
digunakan untuk mengukur asam urat.
• Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan
bantuan enzim kolesterol-oksidase yang
dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
• Pengukuran alcohol, terutama etanol pada
penderita alkoholisme dan keracunan alcohol
dapat dilakukan dengan menggunakan enzim
alcohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh
Saccharomyces cerevisciae, dan lain-lain.
42
Sebagai petanda pembantu dari reagensia
3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.
• Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim
bekerja dengan memperlihatkan reagensia lain
dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak.
• Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan
substrat yang khas bagi enzim yang digunakan.
• Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya,
terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu,
pengenalan terhadap substrat dilakukan oleh
antibodi.
• Dalam hal ini enzim berfungsi dalam mem perlihat
kan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen.
Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
.
43
Teknik imunoenzimatik
• Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim
Linked Immuno Sorbent Assay), antibodi
mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi
kedua yang sudah ditandai dengan enzim akan
mengikat senyawa yang sama.
• Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu
direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah
zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan
cara imunosupresi biasa.
• Zat berwarna ini dapat digunakan untuk menghi
tung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang
lazim digunakan dalam teknik ini adalah peroksi
dase, fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase,
galaktosidase, dan asetil kolin transferase
44
• Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied
Immunochemistry Test), molekul kecil seperti
obat atau hormon ditandai oleh enzim tepat
di situs katalitiknya, menyebabkan antibodi
tidak dapat berikatan dengan molekul (obat
atau hormon) tersebut.
• Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini
adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan
gluksa-6-fosfat dehidrogenase
• Zat berwarna ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah senyawa yang direaksikan.

45
Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan
• Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi
penggunaan enzim sebagai obat, pemberian senyawa
kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan
demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim
sebagai sasaran pengobatan), serta manipulasi
terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran
pengobatan.
• 1. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu
kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi
enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh
manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu.

46
• Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai
pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi
enzim yang bersifat sementara dan bersifat menetap.
• Contoh keadaan defisiensi enzim yang bersifat
sementara adalah defisiensi enzim-enzim pencernaan.
• Seperti yang diketahui, enzim-enzim pencernaan
sangat beragam, beberapa di antaranya adalah
protease dan peptidase yang mengubah protein
menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak
menjadi asam lemak, karbohidrase yang mengubah
karbohidrat seperti amilum menjadi glukosa serta
nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi
nukleotida. penggumpalan darah

47
Defisiensi Enzim
• Adapun yang bersifat menetap menyebabkan
banyak kelainan, yang biasanya juga disebut
sebagai kelainan genetic mengingat enzim
merupakan protein yang ditentukan oleh gen.
• Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara
lain adalah hemofilia.
• Hemofilia adalah suatu penderita yang
mengalami kesulitan penggum palan darah
(cenderung untuk pendarahan) akibat
defisiensi enzim-enzim terkait penggum palan
darah.

48
• Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor,
sebagian besar adalah protease dalam bentuk
proenzim, yang diperlukan dalam proses peng
gumpalan darah.
• Pada penderita hemofilia, terdapat
gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-
Hemophilic Factor), faktor IX, dan faktor XI.
• Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen
yang mengkode faktor IX.
• Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzim-
enzim protease yang diperlukan dalam proses
penggumpalan darah
49
Enzim Sebagai Sasaran Pengobatan
• 2. Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan
terapi, senyawa tertentu digunakan untuk
memodifikasi kerja enzim, sehingga efek yang
merugikan dapat dihambat dan efek yang
menguntungkan dapat dibuat.
• Berdasarkan sasaran terapi dibedakan mrnjadi:
• Terhadap enzim sel individu menjadi sasaran dan
terapi terhadap enzim bakteri patogen yang menjadi
sasaran.
• a) Sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, diguna
kan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja
suatu enzim sebagai penghambat kompetitif.
50
• Contoh penyakit adalah Diabetes Melitus.
Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa
yang diinduksikan adalah akarbosa (acarbose).
• Akarbosa akan bersaing dengan amilum
makanan untuk mendapatkan situs katalitik
enzim amilase (pankreatik α-amilase) yang
seyogyanya akan mengubah amilum menjadi
glukosa sederhana.
• Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu,
sehingga kenaikan gula darah setelah makan
dapat dikendalikan.

51
Enzim Anhidrase Karbonat
 Merupakan enzim yang mengatur pertukaran H dan
Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar
bersama urine, sedangkan Na akan diserap kembali
ke dalam darah, terjadilah penumpukan cairan.
 Turunan sulfonamida, yaitu azetolamida yang
berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara
kompetitif sehingga pertukaran kation di tubulus
ginjal tidak akan terjadi.
 Ion Na akan dibuang keluar bersama dengan urine.
Sifat ion Na yang higroskopis menyebabkan air akan
ikut keluar bersamaan dengan ion Na.
 Hal ini membawa keuntungan apabila terjadi penum
pukan cairan bebas di ruang antar sel (udem).
Dengan kata lain senyawa azetolamida turut
berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan
tubuh.
52
Enzim Renin-EKA dan Angiosintase.
• Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim
renin-EKA dan angiosintase.
• Enzim renin-EKA berperan dalam menaikkan
tekanan darah dengan menghasilkan produk
angiotensin II.
• Sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan
mengurangi aktivitas angiotensin II.
• Untuk menghambat kenaikan tekanan darah,
maka manipulasi terhadap kerja enzim khususnya
EKA dapat dilakukan dengan pemberian obat
penghambat EKA (ACE Inhibitor).

54
Perubahan angiotensinogen

•Angiotensi I

•( Sarsarkosin - N-Metilglisin)

• Angiotensinogen merupakan 2-globulin suatu


glikoprotein yang diproduksi dalam liver, dan merupakan
substrat renin (Angiotensin –converting enzyme (ACE),
yang dipecah pada asam amino 10-11, menjadi angioensin
I, dengan ujung baru isoleusin (10). 55

55
Siklooksigenase
 Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari
asam arakidonat melibatkan dua enzim, yaitu
siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II).
 Ada obat atau senyawa tertentu yang
mempengaruhi kinerja cox 1 dan cox II sehingga
dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan
rasa sakit.(obat anti inflamsi)
 Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa
terhadap enzim, maka enzim yang berfungsi untuk
memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase
(PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa, antara
lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan
sildenafil.

56
Teofilin dan Obat lain
• Teofilin digunakan untuk mengobati sesak
nafas karena asma.
• Pentoksifilin digunakan untuk menambah
kelenturan membran sel darah merah
sehingga dapat memasuki relung kapiler.
• Sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di
daerah penis sehingga aliran darah yang
masuk akan bertambah dan tertahan untuk
beberapa saat.

57
Penyakit Kanker
• Kangker adalah penyakit sel ganas yang harus dicegah
penyebaran nya. Salah satu cara untuk mencegah
penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis sel
ganas.
• Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan
pembentukan DNA baru (purin dan pirimidin). Pada
pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang
melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari asam
folat yang telah direduksi.
• Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh senyawa
ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak
berlangsung.
• Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat
biosintesis purin yang membutuhkan asam glutamate. 6-
aminomerkaptopurin juga dapat menghambat adenilosuksi
nase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah satu
bahan DNA).

58
• Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru
(purin dan pirimidin baru).
• Proses ini membutuhkan asam folat sebagai
donor metil yang dapat dibuat oleh
mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan
bahan baku asam p-aminobenzoat (PABA),
pteridin, dan asam glutamat.
• Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan
turunannya dapat dimanfaatkan untuk
menghambat pemakaian PABA untuk
membentuk asam folat.

59
Enzim Mikroorganisme
• a) Pada terapi tehadap enzim mikroorganisme yang
menjadi sasaran kerja, digunakan prinsip bahwa enzim
yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang
sama atau menjadi bagian dari proses yang sama
dengan yang terdapat pada sel pejamu.
• Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu,
sekali gus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena
yang dibidik adalah enzim mikroorganisme, maka
penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-
penyakit infeksi.
• Contoh terapi dengan menjadikan enzim
mikroorganis me sebagai sasaran kerja antara lain:
• Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan
perkembangannya dengan menghambat mitosisnya.
60
• b).Penggunaan antibiotika, juga berperan dalam
terapi. Contohnya adalah penisilin, suatu
antibiotik yang menghambat enzim transpeptida
se yang mengkatalisis dipeptida D-alanil D-alanin
sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak
terbentuk dengan sempurna.
• Bakteri akan rentan terhadap perbedaan tekanan
osmotik sehingga gampang pecah.
• Perbedaan mekanisme sintesis protein antara
mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi.
Penggunaan antibiotika tertentu dapat mengham
bat sintesis protein pada mikroorganisme.
61
Contohnya antara lain
• Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam
amino-tRNA pada situs inisiator subunit 30S dari
ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh
tRNA.
• Streptomisin yang berikatan langsung dengan
subunit 50S dari ribosom sehingga laju sintesis
protein berkurang dan terbentuk protein yang
tidak semestinya akibat kesalahan baca kodon
mRNA.
• Kloramfenikol yang menyaingi mRNA untuk
duduk di ribosom
• Neomisin B yang mengubah pengikatan asam
amino-tRNA ke kompleks mRNA ribosom.
62
Penyakit Kejiwaan
• Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian
obat anti-depresi (senyawa) inhibitor
monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat
menghambat enzim monoamina oksidase.
• Kerjanya yang mengkatalisis oksidasi senyawa
amina primer yang berasal dari hasil
dekarboksilasi asam amino.
• Enzim monoamina oksidase sendiri merupa
kan enzim yang mengalami peningkatan
jumlah ada sel susunan saraf penderita penya-
kit kejiwaan.
63
Interaksi Protein-ligan I
• c). Interaksi protein-ligan sebagai sasaran
pengobatan. Pengobatan dengan sasaran
interaksi protein-ligan mengacu kepada prinsip
interaksi sistem mediator-reseptor.
• Bila mediator disaingi oleh molekul analognya
sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor,
sehingga efek dari mediator tersebut tidak
terjadi.
• Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi
protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:

64
Interaksi Protein-ligan II
• Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi
protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:
• a) Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh
hormon adrenalin.
• Reseptor yang terdapat pada hormon adrenalin,
yaitu α-reseptor dan β-reseptor dapat dihambat
oleh senyawa-senyawa yang berbeda.
• Penghambatan pada β-reseptor dapat menim
bulkan efek pelemasan otot polos dan penurunan
detak jantung. Obat-obatan yang bekerja dengan
cara tersebut dikenal sebagai β-blocker.

65
Antihistamin
• b) Penggunaan untuk tujuan tertentu. Histamin merupa
kan turunan asam amino histidin yang berperan sangat
luas, mulai dari neuromediator, mediator radang pada
kapiler, meningkatkan pembentukan dan pengeluaran
asam lambung HCl, kontraksi otot polos di bronkus, dan
lain-lain.
• Tidak jarang ketika terjadi peradangan yang memicu
pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain seperti
sakit perut dan lain-lain.
• Untuk itu dikembangkan senyawa spesifik yang mampu
bekerja sebagai pesaing histamin, yaitu antihistamin.
Dengan adanya antihistamin ini, maka respon yang
ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan.
66
[Daftar Pustaka
• 1] Wikipedia The Free Encyclopaedia. Enzim. [Online]. 2009
March 16 [cited 2009 March 23]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Enzim [2] Saunders. Kamus
saku kedokteran Dorland. 25th ed. Jakarta: EGC; 1998. p. 388.
• [3]Wikipedia The Free Encyclopaedia. Metabolism. [Online].
2009 March 17 [cited 2009 March 25]; Available from: URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Metabolism
• [4] Campbell N, Reece J, Mitchell L. Biologi. 5th ed. Jakarta:
Erlangga; 2002. p. 98-9. (Biologi; vol 1).
• [5] Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed.
Jakarta: EGC;2001. p. A4-5.
• [6] Sadikin M. Seri biokimia: biokimia enzim. Jakarta: Widya
Medika; 2002.

67
• [7] Wikipedia The Free Encyclopaedia. Digestive enzim.
[Online]. 2009 March 23 [cited 2009 March 24]; Available
from: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Digestive_enzim
• [8] Kay MA. Hepatic gene therapy for Haemophilia B.
Haemophilia [serial online] 2003 Feb 6 [cited 2009 Mar
24];4(4):[389-92].Available from: URL:
http://www3.interscience.wiley.com/journal/119135209/abst
ract?CRETRY=1&SRETRY=0
• [9] Wikipedia The Free Encyclopaedia. Acarbose. [Online].
2009 Feb 6 [cited 2009 March 24]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Acarbose
• [10] Gilman A. The Mechanism of Diuretic Action of of the
Carbonic Anhydrase Inhibitors [serial online] 2006 Dec 19
[cited 2009 Mar 24];71(Chlorothiazide and Other Diuretic
Drugs):[355-62].Available from:
URL:http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/119
770370/PDFSTART

68

Anda mungkin juga menyukai