Anda di halaman 1dari 16

Model Keperawatan

Kesehatan Jiwa
Model Supportive Therapy

Disusun Oleh :

Dhea Putri Armen Br Ginting


Fildzah Arifah
Indri Fahrizha
Monalisa Pakpahan
Sella Yullianti
Model Supportive Therapy
Terapi suportif adalah suatu cara psikoterapi yang banyak digunakan
dirumah sakit dan masyarakat berbasis perawatan psikiatris. Model terapi
Ini berbeda dari model-model lain karena dalam hal ini tidak tergantung
pada konsep utama atau teori. Sebagai gantinya, ia menggunakan
beberapa teori psikodinamik untuk memahami bagaimana perubahan pada
seseorang. (Stuart & Laraia, 1998).

Terapi Suportif termasuk salah satu model psikoterapi yang biasanya


sering digunakan di masyarakat dan di Rumah sakit. Terapi ini merupakan
suatu terapi yang dikembangkan oleh Lawrence Rockland (1989) dengan
istilah Psychodynamically Oriented Psychotherapy namun ada pula istilah
lain yang diperkenalkan adalah Supportive Analytic Therapy (Rockland,
1989 dalam Holmes, 1995).
Penyebab gangguan jiwa Aspek biologisnya
dalam konsep ini yaitu : menjadi masalah seperti :
factor biopsikososial dan sering sakit maag,
respomaladaptive saat ini. migraine,dan batuk-batuk.

Aspek psikologisnya Aspek sosialnya memiliki


mengalami banyak masalah seperti : susah
keluhan seperti : mudah bergaul, menarik diri,tidak
cemas, kurang percaya disukai, bermusuhan,
diri, perasaan bersalah, tidak mampu mendapatkan
ragu-ragu, pemarah pekerjaan, dan sebagainya.
Proses Model Terapi Suportif

Prinsip terapi suportif menurut Stuart & Laraia Berdasarkan pengembangan dari berbagai aktfitas
(1998) : support system enhancement yang dijelaskan oleh
McCloskey dan Bubechek (1996, dalam Stuart
1. Bantuan langsung kepada klien, yang mungkin Laraia, 1998) dan mutual support group bagi klien
mencakup berbagai terapi modalitas menurut Chien, Chan, dan Thompson (2006)
2. Melibatkan keluarga dan keterlibatan dukungan pelaksanaan terapi suportif dapat dilakukan dalam 4
sistem sosial sesi, yaitu:
3. Fokus pada saat ini 1) Mengidentifikasi kemampuan klien dan sistem
4. Pengurangan Kecemasan melalui langkah- pendukung yang ada pada diri klien;
langkah suport dan pengobatan jika diperlukan 2) Menggunakan sistem pendukung yang ada dalam
5. Klarifikasi dan pemecahan masalah dengan diri klien;
menggunakan berbagai pendekatan, termasuk saran, 3) Menggunakan sistem pendukung yang ada di luar
konfrontasi mendukung, pengaturan batas, diri klien;
pendidikan, dan perubahan lingkungan 4) Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan
6. Membantu klien untuk menghindari krisis di masa sistem pendukung yang ada pada masing-masing
depan dan mencari bantuan awal ketika sedang klien.
stress
Berbagai aktifitas di dalam Support System 9. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain
Enhancement meliputi: yang sama-sama tertarik dan memiliki tujuan
1. Mengakses respon psikologis 10.Mengarahkan pada Self Help Group sebagai
2. Menentukan jejaring sosial yang ada dan terapi yang dapat dilakukan secara mandiri.
adekuat 11.Mengakses sumber masyarakat yang adekuat
3. Mengidentifikasi family support (dukungan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan
12.Mengarahkan pada masyarakat berdasarkan
bagi keluarga) pada hal peningkatan,
4. Mengidentifikasi family financial support pencegahan, pengobatan, atau program
(dukungan finansial bagi keluarga) rehabilitasi yang tepat
5. Menentukan support system (sistem 13. Menyediakan layanan perawatan dan cara
dukungan) yang biasa digunakan yang suportif
6. Menentukan hambatan dalam menggunakan 14. Melibatkan keluarga, pihak lain, dan teman
support system dalam hal perawatan dan
perencanaan
7. Memonitor situasi keluarga saat ini 15. Menjelaskan pada yang lain bagaimana cara
8. Menganjurkan klien berpartisipasi dalam mereka dapat membantu
aktifitas sosial dan masyarakat
Peran Perawat/Terapis dalam Penerapan Model Terapi Suportif

Mohlenkamp, 1999 dalam Klingberg (2010) menyatakan prinsip seorang


terapis adalah :
a) aktif, upaya empatik terapis untuk mencapai hubungan terapeutik yang
positif;
b) terapis menyampaikan orientasi kognitif kepada klien dan membantu
memahami perilaku klien;
c) terapis memberi saran dan panduan dalam mengatasi krisis dan masalah
keseharian;
d) meningkatkan harga diri klien melalui penguatan positif dan dukungan;
e) bekerja dalam orientasi sumber daya, contohnya membantu klien untuk
menemukan kemampuan menolong dirinya;

f) menahan diri dari pendekatan konfrontasi dan bujukan regresi .


Dalam model terapi ini juga seorang terapis harus
menganggap klien sebagai mitra dalam pengobatan dan
mendorong otonomi klien untuk membuat keputusan
pengobatan dan kehidupan. Pada gilirannya, klien
diharapkan untuk menunjukkan kesediaan untuk
berbicara tentang peristiwa kehidupan, menerima peran
pendukung terapis, berpartisipasi dalam program terapi,
dan mematuhi struktur terapi. (Stuart & Laraia, 1998)
Tinjauan Kasus
Tn. M yang berumur 55 tahun datang berobat ke Poli Jiwa RSJ X dengan diantar oleh istrinya. Istrinya
mengatakan selama dirumah pasien susah diajak komunikasi, kadang hanya mengurung diri di kamar atau
sekedar termenung sendiri dan jika diajak berbicara selalu memalingkan wajah dari lawan bicara. Istri pasien
mengatakan, semua ini dilakukan oleh Tn M, sejak 6 bulan yang lalu 1 minggu setelah Tn.M mengalami
pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan garmen tempatnya bekerja. Pada saat pengkajian oleh
perawat A, Tn. M terlihat murung dan sering menundukkan kepala, suara pelan ketika menjawab pertanyaan
perawat. Setelah dibantu untuk berani mengungkapkan perasaan, Tn. M menceritakan jika dirinya sering
merasa sedih, mudah lelah, kehilangan semangat hidup dan merasa tidak berguna lagi bagi keluarganya.
Pasien merasa malu dengan sanak saudara, karena sudah tidak bisa menafkahi keluarganya. Dirinya merasa
takut dan malu menjadi bahan pergunjingan orang di sekitarnya karena menjadi pengangguran. Tn.M
mengatakan dirinya di PHK karena dipergoki oleh teman-temannya sedang mengambil isi tas salah satu
pegawai di ruang ganti pegawai. Tn. M merasa dirinya tidak diterima lagi di kampungnya. Masyarakat di
kampungnya sering mencemooh dan memperolok dirinya sebagai pencuri.. Istri pasien juga mengatakan
pasien tidak mau memeriksakan penyakit hipertensi yang sudah pasien derita sejak umur 50 tahun ke
Puskesmas. Begitu pula dengan kebiasannya pergi ke kebun miliknya, kini sudah tidak pernah dia lakukan.
Analisa Kasus
1.Jenis masalah b. Psikologi
Harga diri rendah kronik Faktor psikologis yang dapat dialami oleh
individu bisa berupa ketakutan, kecemasan,
2. Faktor yang dapat mengubah perilaku klien maupun peristiwa traumatis masa lalu.
Sesuai dengan model terapi suportif Pengkajian yang lengkap terhadap aspek
Gangguan yang terjadi pada pasien dapat psikologis ini nantinya akan bermanfaat di
disebabkan oleh tiga aspek yaitu biopsikosoal. dalam pemilihan terapi yang akan diberikan
Pada kasus yang dialami Tn. M, faktor yang kepada individu. Pengalaman psikis yang kurang
dapat menyebabkan terjadinya perubahan
perilaku sosial pada Tn. M, diantaranya : menyenangkan dari Tn.M berupa pengalaman
a. Biologi menjadi korban PHK karena terlibat diketahui
Harga diri rendah kronik merupakan salah sedang mengambil barang di dalam tas seorang
satu respon maladaptif dalam rentang pegawai di tempatnya bekerja. Kejaidan ini
respon neurobiologi. dapat menjadi faktor psikis yang memberikan
Secara Biologis Tn “ M “mengalami sakit pengaruh negatif jika Tn.M tidak mampu
Hipertensi yang bisa menjadi faktor menggunakan mekanisme koping secara positif
predisposisi terjadinya harga diri rendah. atau adaptif .
c. Sosial
Dukungan sosial secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan kepada seseorang oleh
orang –orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman. Dukungan sosial
dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan baik langsung atau tidak langsung terhadap
kualitas hidup seorang individu. Penggunaan koping individu yang inefektif disebabkan karena
individu kurang memperoleh dukungan secara emosi, bantuan maupun kurangnya informasi
yang mereka peroleh. Dengan adanya dukungan sosial, seorang individu akan merasakan
penghargaan yang diberikan terhadap dirinya, dimana hal ini akan menimbulkan suasana mood
ataupun kenyamanan yang membuat kepercayaan diri individu meningkat.Dari tinjauan kasus,
terlihat bahwa Tn. M tidak mendapat dukungan sosial terutama dari lingkungan sekitar
rumahnya ataupun tempatnya bekerja. Keadaan lingkungan sekitar Tn.M yang banyak
memperolok serta menghina Tn.M dapat memberikan pengaruh yang kurang baik bagi keadaan
kesehatan Tn. M secara psikologis. Tn.M menjadi bahan pergunjingan karena status
penganguran diberhentikan karena diduga melakukan tindakan pencurian di tempat kerja. PHK
menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan di tempat kerja merupakan stressor negatif
bagi psikologis Tn.M, ditambah dengan penerimaan yang negatif dari orang orang di
lingkungan tempat tinggalnya menyebabka harga diri dari Tn.M menjadi menurun .
3.Dampak jika tidak ditangani a.Terapi individu
Pasien dapat mengalami masalah yang Cognitive Therapy (Terapi kognitif) efektif dalam
lebih berat bila keadaannya saat ini tidak meningkatkan harga diri pasien dengan HDR .
ditangani secara tepat yaitu dapat menjadi Pasien harga diri rendah yang mendapat terapi
depresi ataupun menjadi gangguan kognitif menunjukan peningkatan dalam rasa
kejiwaan. percaya dirinya dan hidup produktif. Berdasarkan
analisis statistik didapat pengaruh signifikan
sebelum dan sesudah dilakukan terapi kognitif .
4 Terapi suportif yang dapat diterapkan
Dalam model terapi suportif ini psikoterapi b. Terapi keluarga
menjadi dasar dalam membantu individu
Family Psychoeducation (FPE) merupakan wujud
untuk dapat menggunakan mekanisme perawatan yang komprehensif dan dilakukan
koping yang adaptif terhadap stressor yang supaya keluarga tetap bisa menjalankan fungsinya
bersifat negatif . Pada kasus seperti dengan baik secara tidak langsung semua anggota
gambaran di atas maka beberapa keluarga turut merasakan pengaruh dari keadaan
psikoterapi yang dapat derikan pada Tn.M harga diri rendah pasien, sehingga pasien bisa
oleh perawat jiwa antara lain : kembali produktif .
Koping Mekanisme Pertahanan Diri

Id : Harga Diri
Ego : Melampiaskan rasa kecewa terhadap diri sendiri
dengan cara mengurung diri
Super ego :
Analisis Teori Model Terapi Suportif
1. Analisa Kelebihan Model Terapi Suportif c. Model terapi suportif dapat diberikan secara individu, kelompok maupun
Dalam Aplikasi Keperawatan keluarga sehingga dapat menciptakan support system yang baik untuk klien
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber koping oleh klien itu sendiri.
a. Model terapi suportif sangat aplikatif diterapkan dalam
d. Dalam aplikasi model terapi suportif ini terapis dan klien menjadi mitra
pelayanan keperawatan khususnya dalan keperawatan jiwa,
dan klien juga diberikan otonomi untuk memutuskan pengobatannya dengan
karena terapi ini dapat
begitu klien akan dilibatkan dalam memutuskan pengobatan untuknya.
diterapkan pada tiga macam diagnosa yang ada di dalam
keperawatan jiwa yaitu untuk diagnosa sehat sebagai upaya
health promotion behavior/ 2. Analisa Kekurangan Model Terapi Suportif
meningkatkan kualitas kesehatan jiwa klien, untuk diagnose Dalam Aplikasi Keperawatan
resiko sebagai upaya health prevention behavior/pencegahan
terjadinya gangguan jiwa, dan untuk diagnosa gangguan a. Aplikasi terapi suportif harus dilakukan secara berkesinambungan atau
sebagai upaya health terus menerus karena bila terputus akan mengakibatkan hilangnya support
seeking behavior/ pengobatan. system dalam diri klien

b. Fokus utama dari model terapi suportif adalah memberikan b. Diperlukan pendampingan profesional untuk melakukan terapi suportif
dukungan kepada klien yang sedang menderita suatu penyakit sehingga tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
maupun klien yang sedang dihadapkan pada suatu
permasalahan. Sebuah suport/dukungan merupakan hal yang c. Model terapi suportif merupakan merupakan bentuk eklektik psikoterapi,
sangat diperlukan oleh semua individu dalam keadaan apapun yaitu, tidak didasarkan pada teori tertentu psikopatologi, belum memiliki
dan di semua lini. Sehingga model terapi ini tentunya dapat konsep utama sehingga saat ini masih mendasarkan teorinya pada
diaplikasikan baik di masyarakat, rumah sakit umum maupun psychodinamic. Dalam artian diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan
rumah sakit jiwa. terapi suportif belum spesifik.
Koping Mekanisme Pertahanan Diri
Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah atau mentransformasikan dorongan-dorongan
primitif yang tidak dapat diterima norma dan masyarakat luas menjadi dorongan
atau aktivitas yang sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku.
Menurut Freud, Sublimasi adalah bentuk mekanisme pertahanan ego yang
menunjukkan proses kedewasaan. Ia mengubah hal buruk yang ia miliki menjadi
hal yang lebih bermanfaat dan dapat diterima orang lain. 

Contoh : seorang atasan yang marah terhadap perilaku bawahannya akan


memilih melampiaskan emosinya dengan berolahraga.

Id : emosional
Ego : melampiaskan emosinya terhadap bawahannya
Super ego : menyakinkan dirinya bahwa emosi tidak baik dan dapat
melampiaskan emosinya dengan berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai