Anda di halaman 1dari 24

TUJUAN PERCOBAAN

 Menstandarisasi larutan KMnO4 dengan


Na2C2O4
 Menetapkankadar ion ferro dan ferri
dalam larutan dengan cara
permanganometri
 Mempelajari analisis volumetri secara
permanganometri
DASAR TEORI
 Permanganometri adalah suatu analisis
volumetri untuk menentukan kadar suatu
sampel dengan cara mengoksidasinya
menggunakan larutan standar KMnO4.
 Dalam analisis permanganometri tidak
menggunakan indikator lain karena KMnO4
dapat digunakan sebagai indikator yang
mampu memberikan warna yang jelas dalam
titrasi larutan serta merupakan oksidator yang
mudah diperoleh.
DASAR TEORI
Reaksi MnO4- dalam suasana asam, basa, dan
netral:
 Dalam suasana asam
MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O
 Dalam suasana basa
MnO4- + e  MnO42-
 Dalam suasana netral
MnO4- + 4H+ + 3e  MnO2 + 2H2O
DASAR TEORI
 KMnO4 (Kalium permanganat) merupakan
larutan standar sekunder. Karena KMnO4 tidak
diperoleh dalam keadaan murni sebab
terkandung oksida-oksidanya, seperti MnO2,
MnO3.
 Reaksi standarisasi larutan KMnO4 dengan
Na2C2O4:
5C2O42- + 2 MnO4- + 18H+  2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
DASAR TEORI
 Persyaratan dari larutan standar dalam
standarisasi KMnO4 :
 Harus mudah diperoleh dalam bentuk
murni atau jumlah pengotor tidak melebihi
0,02%.
 Harus stabil, tidak higroskopis, tidak
berkurang beratnya sewaktu kena udara.
 Harus memiliki berat ekivalen yang cukup
tinggi agar mengurangi kesalahan waktu
penimbangan.
DASAR TEORI
 Aplikasi analisis volumetri dengan cara
permanganometri yaitu penetapan kadar
ion ferro dan ion ferri dalam larutan-
larutan yang akan dianalisis dengan cara
menambah larutan asam kemudian
menitrasi dengan KMnO4 yang telah
distandarisasi sampai titik ekivalen.
DASAR TEORI
 Besi dalam oksidasi 2+ dan 3+ perlu
dilakukan titrasi dengan larutan standar
dari pereaksi oksidasi.
2 MnO4- + 10Fe2+ + 16H+  2Mn2+ + 10Fe3+ + 8H2O
 Penetapan besi dalam bijih besi (hematit,
magnetit, geotit,dan limonit) sangatlah
penting dari titrasi permanganat. Asam
angpaling baik untuk melarutkan bijih-
bijih besi tersebut adalah asam klorida.
DASAR TEORI
 Sebelum dititrasi dengan permanganat, besi
(III) harus direduksi menjadi besi (II).
Reduktor yang digunakan adalah timah (II)
klorida dikarenakan larutan sampel
mengandung asam klorida.
 Pemberian timah (II) klorida kedalam sampel
yang panas untukmenghilangkan warna
kuning dari ion besi (II).
Sn2+ + 2Fe3+  Sn4+ + 2Fe2+
DASAR TEORI
 Penambahan timah (II) klorida [SnCl2] sedikit
berlebih untuk memastikan lengkapnya reduksi.
 Agar tidak bereaksi dengan permanganat,
timah (II) klorida harus disingkirkan dengan
cara didinginkan dan dengan cepat
ditambahkan merkurium (II) klorida [HgCl2].
 HgCl2 akan mengoksidasi kelebihan ion timah
(II).
2HgCl2 + Sn2+  2HgCl2 + Sn4+ + 2Cl-
DASAR TEORI
 Ferro tidak dapat dioksidasi oleh
merkurium (II) oksida. Endapan
merkurium (II) oksida hanya sedikit,
tidak mengganggu titrasi berikutnya.
Tetapi jika kelebihan , merkurium (II)
klorida dapat direduksi lebih lanjut
menjadi merkurium bebas.
DASAR TEORI
 Merkurium sangat halus dapat
dihasilkan pada kondisi ini
menyebabkan endapantampak abu-
abu atau hitam. Jika endapan berubah
hitam, sampel harus dibuang karena
merkuri dalam keadaan butiran halus
akan teroksidasi selama titrasi.
BAHAN
 Kalium Permanganat [KMnO4]
 Natrium Oksalat
 Asam Klorida
 Merkurium (II) Klorida
Asam Sulfat
 Timah (II) Klorida
 Aquadest
 Buret
ALAT
Gelas beaker
Statif Pipet tetes
Klem Gelas arloji
Erlenmeyer Pengaduk
Keramik Corong
Labu takar Kompor listrik
Gelas ukur Timbangan
Pipet volume Termometer
Pipet ukur
Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Keramik

5
CARA KERJA
Standarisasi larutan KMnO4 dengan Natrium Oksalat
KMnO4 Gelas Beaker Labu Takar Buret
0,79 gram

Aquadest 50mL Aquadest garis batas


Titrasi 60 – 70oC
3 kali

Aquadest 100mL Asam sulfat 4N 25mL

Na2C2O4
Labu Takar Erlenmeyer 25 mL Dipanaskan 70oC
0,3 gram
CARA KERJA
Penentuan ion ferro

Sampel Titrasi dengan


25mL Erlenmeyer KMnO4
3kali

H2SO4 4N 25mL
CARA KERJA
SnCl2 15% tetes per
HCl pekat 10mL tetes samapai kuning

Sampel Dipanaskan
25mL Erlenmeyer Erlenmeyer didinginkan
70oC

HgCl2 5% sampai
terbentuk endapan Erlenmeyer
Penentuan ion ferri

Titrasi dengan KMnO4 Diencerkan jadi


3kali 150mL
DATA PERCOBAAN
.
1 Standardisasi Larutan KMnO4
Berat KMnO4 0,1 N (gram)= 0,79 gram
Volume KMnO4 0,1 N (mL)= 250 mL
2. Standardisasi Larutan KMnO4 dengan Na2C2O4
Berat Na2C2O4 (gram) = 0,3 gram
Volume larutan Na2C2O4 (mL) = 100 mL

Volume KMnO4 titran


No Volume Na2C2O4 (mL)
(mL)
1 25 12,5
2 25 12,5
3 25 12,8
Perubahan warna yang terjadi : bening menjadi 12,6
Rata-Rata keunguan
3. Penetapan Kadar Ion Ferro
No Volume sampel (mL) Volume KMnO4 titran (mL)

1 25 4,5

2 25 4,5

3 25 4,5

Rata-Rata 4,5

Perubahan warna yang terjadi : bening menjadi keunguan


4. Penetapan Kadar Ion Ferri
No Volume sampel (mL) Volume KMnO titran (mL)
4

1 25 7

2 25 6,8

3 25 6,8

Rata-Rata 6,9

Perubahan warna yang terjadi : putih keruh menjadi merah jingga


PEMBAHASAN
 Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali yang
akan terdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat
(MnO4-) juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan
terbentuknya molekul oksigen. Fungsi utama KMnO4
adalah sebagai oksidator.
 Untuk mengetahui titik ekivalen tidak diperlukan
indikator karena KMnO4 akan mengubah warna larutan
menjadi ungu sebagai indikator
 Reaksi standarisasi KMnO4 berlangsung lambat pada
suhu kamar, sehingga perlu dilakukan pemanasan.
 Analisis volumetri secara permanganometri digunakan
untuk menentukan kadar suatu zat didasarkan volume
yang bereaksi secara ekivalen dengan analit
PEMBAHASAN
 Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan
diperoleh normalitas larutan KMnO4 hasil
standarisasi dengan Na2C2O4 adalah 0,089 N
Pada penentuan kadar ion ferro dalam sampel
diperoleh hasil bahwa kadar ion ferro adalah 0,8971
gram/L dan dalam percobaan terjadi perubahan
warna dari bening menjadi ungu
Pada penentuan kadar ion ferri dalam sampel
diperoleh hasil bahwa kadar ion ferro aadalah 0,48
gram/L dan dalam percobaan terjadi perubahan
warna dari putih keruh menjadi merah jingga
PEMBAHASAN
 Persentase kesalahan standarisasi
larutan KMnO4 dengan Na2C2O4
adalah 11%
Persentase kesalahan penentuan kadar
ion ferro adalah 10,29%
Persentase kesalahan penentuan kadar
ion ferri adalah 28,7%
PEMBAHASAN
 Adanya selisih hasil teoritis dengan
hasil secara praktik disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
 Kekurang cermatan praktikan dalam
mengatur suhu larutan
 Kekurang telitian praktikan dalam
menentukan volume akhir titrasi
 Adanya zat pengotor pada sampel
KESIMPULAN
1. Normalitas larutan KMnO4 hasil standarisasi dengan larutan
standar primer Na2C2O4 adalah 0,089 grek/L
2. Kadar ion ferro dalam larutan sampel adalah 0,8971 gram/L
dan kadar ion ferri dalam larutan sampel adalah 0,48 gram/L
3. Hasil standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan Na2C2O4
dapat diketahui dengan perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi ungu. Hasil dari kadar ion ferro dapat
dilihat dari perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
ungu. Hasil dari kadar ion ferri dapat dilihat dari perubahan
warna dari bening menjadi merah jingga
4. Analisis volumetri secara permanganometri digunakan untuk
menentukan kadar suatu zat didasarkan volume yang
bereaksi secara ekivalen dengan analit

Anda mungkin juga menyukai