Anda di halaman 1dari 12

Pandangan Filosof Era Modern, Tentang

Negara dan Hukum


Nama Kelompok
1. NABILA SYAFRINA A1011221137
2. VINCENSIA CATERIN A.M A1011221136
3. ADELLIA FEBYOLA A1011221132
4. ANA KARTIKA A1011221138
5. ANDI WIJAYA A1011221133
6. M. THARIQ FATURAHMAN A1011221134
7. M. REZKI A1011221135
Let's go!
ERA MODERN

Dalam sejarah, periode modern awal dari sejarah modern terjadi setelah akhir Abad
Pertengahan dari era pasca-klasik. Meskipun batas-batasan kronologi dari periode
tersebut diperdebatkan, frame waktu menjalankan periode tersebut setelah bagian
akhir zaman pasca-klasik (akhir tahun 1400-an), yang dikenal sebagai Abad
Pertengahan, meskipun permulaan Abad Revolusi (sekitar 1800) dan berbagai batas-
batasnnya dibuat oleh sejarawan sebagai permulaan dengan Jatuhnya
Konstantinopel pada 1453, dengan periode Renaisans, dan dengan Abad Penemuan
(khususnya dengan perjalanan Christopher Columbus yang dimulai pada 1492, tetapi
juga dengan penemuan rute laut ke dunia Timur pada 1498), dan berakhir sekitar
masa Revolusi Prancis pada 1789.
PANDANGAN
FILOSOF ERA MACHIAVELLI THOMAS
AQUINAS
MODERN

ST. AGUSTINUS THOMAS


HOBBES
MACHIAVELLI
1. Negara adalah negara yang ekspansif.
Negara yang ekspansif bertujuan untuk menundukkan dan melemahkan negara-negara lain
demi kekuasaan sendiri. Negara yang ekspansif tersebut dapat dibentuk dengan negara
yang memiliki kekuatan militer sendiri. Tujuan negara yang ekspansif tersebut dicapai pula
dengan kemampuan penguasa negara. Kemampuan penguasa negara tersebut adalah
penguasa yang memiliki kekuasaan absolut, mampu menggunakan agama sebagai
kekuatan politik, mampu memerintah dan mempertahankan kekuasaan, mampu
menggunakan agama sebagai kekuatan politik, mampu memerintah dan mempertahankan
kekuasaan, dan mampu menjadi penyatu negara-negara yang lemah. Selain itu, tujuan
negara yang ekspansif dapat dicapai pula dalam bentuk pemerintahan negara republik.
Pemimpin negara memiliki kekuasaan absolut untuk membentuk hukum. Hukum tersebut
bertujuan untuk membuat masyarakat menjauhi kejahatan dan sadar akan nilai keadilan.
Hukum yang dibuat untuk menjauhi kejahatan tersebut, didasarkan Machiavelli pada
konsep kodrat manusia yang jahat.
MACHIAVELLI
Inti dari ajaran Machiavelli sebagai seorang ahli pemikir besar
pada masa jaman renaissance tentang tujuan Negara adalah
mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan dan
ketentraman dan untuk mencapai tujuan tersebut seorang raja
harus mempunyai kekuasaan yang absolute dan Negara harus
mengejar tujuan dan kepentingannya dengan cara-cara yang
paling tepat bahkan bila perlu dengan cara yang sangat licik
sekalipun, untuk itu ajaran Machiavelli menekankan dilepasnya
pemikiran-pemikiran moral dan kesusilaan dalam konteks azas-
azas kenegaraan.
St. Agustinus
Hukum Itu Tatanan Hidup Damai. Agustinus melihat tatanan hukum sebagai
suatu yang di dominasi oleh tujuan perdamaian. St. Agustinus mengadopsi
zwei zwaarden theorie (teori dua pedang) dari Paus Gelasius, yakni pedang
kerohanian dan pedang keduniawian.
Sehingga membawa dampak dalam pembentukan hukum yaitu; (1) hukum
yang mengatur soal keduniawian (kenegaraan), (2) hukum yang mengatur soal
keagamaan (kerohanian).
Menurut Aurelius Augustinus Hipponensis yang menyatakan bahwa:
“Tujuan negara dihubungkan dengan cita-cita manusia hidup di alam kekal
sesuai yang diinginkan Tuhan. Shang Yang menghubungkan tujuan negara
dengan mencari kekuasaan semata, sehingga negara itu identik dengan
penguasa”.
THOMAS HOBBES

Hukum merupakan tatanan keamanan . Menurut Hobbes bila tidak ada negara,
Thomas Hobbes melihat hukum sebagai maka manusia akan punah, negara
kebutuhan dasar bagi keamanan individu. didirikan untuk menjamin eksistensi
Di tengah orang-orang liar yang suka manusia. penguasa politik (negara)
saling memangsa, hukum merupakan alat mempunyai kekuasaan mutlak (absolute
yang penting bagi terciptanya masyarakat power). Kemutlakan wewenang negara
yang aman dan damai. Menurut Thomas dimaksudkan agar manusia dapat hidup
Hobbes, kekuasaan tidak kurang dari tentram, teratur dan damai. Sifat mutlak
sarana yang ada sekarang untuk negara menyebabkan apa yang harus
mendapat kebaikan yang nyata di dianggap adil ditentukan negara. Negara
kemudian hari. Sekalipun penyalahgunaan punya wewenang penuh untuk
kekuasaan bersaranakan hukum terbuka menetapkan apa yang buruk dan apa
lebar, namun hal itu masih lebih baik yang baik, dan sebagainya.
daripada kondisi alamiah semula yang
brutal.
THOMAS AQUINAS

Hukum pada dasarnya merupakan cerminan tatanan ilahi. Legislasi hanya


memiliki fungsi untuk mengklarifikasi dan menjelaskan tatanan ilahi itu.
Dalam sistem Aquinas, akal berada di atas kehendak. Bagi Aquinas, akal itu
mencerahkan, sedangkan kehendak cenderung naluriah. Itulah sebabnya,
hukum yang berintikan iustum (keadilan), mutlak merupakan produk akal.

Negara menurut Thomas Aquinas bertujuan untuk memberikan


kebahagiaan kepada manusia, yaitu untuk mencapai kesempurnaan abadi
sesuai dengan syarat-syarat agama. Agar tujuan ini dicapai, diperlukan
persatuan dan perdamaian yang dapat terwujud dalam kepemimpinan satu
orang. Maka bentuk negara yang sesuai adalah monarki.
Make mistakes of ambition and
not mistakes of sloth. Develop
the strength to do bold things,
not the strength to suffer.”
- Niccolò di Bernardo dei
Machiavelli -
THANK YOU FOR YOUR
KIND ATTENTION !

Anda mungkin juga menyukai