Anda di halaman 1dari 16

Review: Community as Partner

Yoyok bekti prasetyo


Model Community
as Partner

Sumber : Anderson Elizabeth & McFarlane


Judith. (2000). Community as partner:
theory and practice in nursing. Third edition
oleh Lippincott Williams & Wilkins hal: 158
Roda
pengkajian

Flexible line of
defense

Normal line of
defense

Line of resistance
Flexible line of defense
• Garis putus-putus diatas garis pertahanan
normal disebut garis pertahanan fleksibel
(flexible line defense) yaitu buffer zone yang
menggambarkan tingkat dinamis kesehatan
akibat dari respon sementara terhadap
stressor.
Normal line of defense
• Garis yang menunjukkan tingkat kesehatan dari
sistem klien
• Garis ini memiliki karakteristik seperti tingginya
rata-rata cakupan imunisasi, rendahnya angka
kematian bayi, rendahnya keluarga yang
tergolong kelas berpenghasilan rendah,
kebiasaan pola koping dengan kemampuan
menyelesaikan masalah
Line of resistance
• Di dalam komunitas ada lines of resistance,
merupakan mekanisme internal untuk
bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan
dalam komunitas untuk bertanggung jawab
terhadap kesehatan adalah contoh dari line of
resistance
Alat untuk pengkajian komunitas
Focus group
*Memberikan kesempatan untuk Observasi partisipan
mengeksplorasi sikap, pengertian *Observasi informal yang
dan rasional dari perilaku masy dapat menambah
*Diskusi dengan klp di masy pemahaman thd issue,
perilaku dan nilai
Literatur review *Windshield survey
*Membantu
mengidentifikasi isue Key informants
*Memberikan kesempatan *Biasanya pemimpin di
untuk belajar dari masyarakat
pengalaman orang lain *Ahli di lapangan
*Identifikasi strategi yang *Formal dan informal
akan digunakan position in community

Data demografi dan


Survey warga masy.
epidemiologi
*Memperoleh opini dan
*Usia, sek, etnik
perspektif dari warga
*Indikator sosial dan ekonomi
*Rata-rata morbiditas dan masyarakat
mortalitas
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Data Core Komunitas Anak yang
Mengalami Gangguan Sulit Makan

Komponen Sumber Informasi Metode


Riwayat Tokoh masyarakat (kepala Key informant
Kejadian gizi buruk 2 tahun terakhir kelurahan, staf seksi interview
Health education yang telah dilakukan kesejahteraan sosial) Data sekunder
Health protection (upaya pemerintah Kelurahan Pancoran Mas
mengurangi masalah nutrisi) Pemegang program gizi di
Preventif yang telah dilakukan Puskesmas Pancoran Mas
Kader posyandu
Demografi
Umur dan jenis kelamin anak, tingkat Sensus responden Survey data
pendidikan ibu
Statistik Vital
Angka kematian bayi Puskesmas dan Dinas Data sekunder
Prevalensi gizi buruk, kurang, baik Kesehatan Survey data
Prevalensi anak sulit makan Sensus responden
Nilai dan Kepercayaan
Kebiasaan makan anak dan keluarga Keluarga Focus group
(jumlah, waktu) discussion
Pelibatan penyiapan makanan dengan
anak
Keyakinan sehat terhadap makanan
Tabel 2.2 Kisi-Kisi Data Lingkungan Fisik Agregat Anak yang
Mengalami Gangguan Sulit Makan
Komponen Sumber Informasi Metode
Inspeksi
Peta kelurahan dengan titik rawan gizi Puskesmas Pancoran Mas Data sekunder
Adanya pasar, toko, warung makanan observasi Windshield survey
Pemanfaatan lahan kosong Keluarga Focus group
Lingkungan/suasana saat anak makan discussion
Tanda vital
Kemampuan anak mengunyah makanan Keluarga Survey data
Apakah anak alergi terhadap makanan
Apakah anak sedang sakit
Penyakit yang pernah diderita
Apakah anak pernah dirawat di rumah
sakit
Mual-muntah, diare
Penggunaan suplemen/vitamin
Pertumbuhan gigi

Systems review
Dukungan sosial dari keluarga, saudara, Keluarga Focus group
kelompok. discussion
Tabel 2.3 Kisi-Kisi Data Layanan Kesehatan dan Sosial Agregat Anak yang
Mengalami Gangguan Sulit Makan

Komponen Sumber Informasi Metode


Layanan Kesehatan Bagian nutrisi di puskesmas, Data sekunder
Fasilitas kesehatan baik yang ada di dinas, kader kesehatan
dalam komunitas maupun diluar Laporan tahunan puskesmas
komunitas (rumah sakit, puskesmas,
dll). Data yang perlu dikumpulkan
pada masing-masing tempat adalah;
1.Pelayanan (jam, pelayanan baru
yang direncanakan terhadap masalah
nutrisi pada anak)
2.Sumber (personel, budget, sistem
pencatatan) untuk menangani masalah
nutrisi pada anak
3.Karakteristik anak pengguna
layanan
4.Statistik (jumlah balita yang
memanfaatkan fasilitas setiap hari,
minggu, dan bulan)
Layanan Sosial
Konseling dan dukungan, penyedia Kader, puskesmas Key informant interview
bahan makanan kader
Tabel 2.4 Kisi-Kisi Data Ekonomi Agregat Anak yang
Mengalami Gangguan Sulit Makan

Komponen Sumber Informasi Metode


Karakteristik finansial
Prosentase balita keluarga Laporan sensus Data sekunder
miskin penduduk
Prosentase balita keluarga
sejahtera

Pendapatan perkapita
Prosentase orang yang hidup Laporan sensus Data sekunder
dalam kemiskinan penduduk

Jenis pekerjaan Laporan sensus Survey data


penduduk
Diagnosa keperawatan komunitas

• Contoh 1:
Tingginya kematian bayi di Desa Damean
berhubungan dengan
- inadekuat sumber untuk perawatan
kebutuhan anterpartum
- keterbatasan akses terhadap pelayanan
anterpartum
- kurangnya praktisi obstetri di Desa Damean
Tujuan jangka panjang:
Menurunkan prevalensi gigi caries di SD Damean 2 sebesar 20% di
Tujuan akhir tahun ajaran
jangka Tujuan jangka pendek:
panjang Setelah dilakukan intervensi di SD Damean 2 masyarakat sekolah
meliputi guru, siswa, walimurid mampu
- Merealisasikan adanya pemeriksaan gigi yang rutin setiap 3 bulan
sekali
- Mendiskusikan untuk memperoleh kadar flourida yang lebih baik
- Mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dialokasikan untuk
perawatan gigi
Tujuan
jangka
pendek
Tingginya prevalensi gigi caries diantara siswa SD
(program) Damean 2 berhubungan dengan
• Kurangnya pengkajian dan tindakan klinik untuk perawatan gigi
• Kurangnya kadar flourida dalam air minum di dusun Damean
• Rendahnya pendapatan walimurid di dusun Damean dan terbatasnya
sumber ekonomi untuk perawatan gigi
• Di tunjukkan oleh 62% siswa SD Damean 2 menderita gigi caries
Indikator
Perencanaan:
a) Memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat melalui posyandu, kelompok-kelompok
pengajian, pertemuan warga,
b) Membentuk kelompok swabantu yang anggotanya
adalah keluarga-keluarga yang memiliki balita
dengan masalah sulit makan,
c) Penyebaran leafleat dan booklet kepada
masyarakat, d) Koordinasi dengan kader kesehatan
untuk melakukan pembinaan pada keluarga yang
memiliki masalah sulit makan pada agregat balita.
Evaluasi : hasil yang dicapai setelah diberikan beberapa
intervensi keperawatan komunitas adalah:
1.Menurunnya prevalensi gangguan sulit makan pada agregat
balita di Kelurahan Pancoran Mas menjadi (50%), 35% resiko
sedang, 60% resiko tinggi gangguan nutrisi (diukur dengan
Nutrition Screening Initiative/NSI).
2.Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penanganan
anak sulit makan pada agregat balita dari 59,4% sebelum
intervensi menjadi 60,4% setelah intervensi.
3.Peningkatan sikap masyarakat tentang penanganan anak
sulit makan pada agregat balita dari 62% sebelum intervensi
menjadi 79% setelah intervensi indikatornya adalah sikap
positif terhadap penciptaan perilaku makan yang sehat
seperti: memberikan jajanan pada saat jam makan akan
menurunkan nafsu makan anak.
Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai