Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 3

Anje Kristina Purba


Haesti Nirmalasari
Khairun Nisak

Filosofi Pendidikan
Nadia

Indonesian
Argumentasi Kritis
Perjalanan Pendidikan Nasional
Perjalanan Pendidikan Nasional
Berikut kilas balik dari perjalanan pendidikan nasional:

Politik Pendidikan Pendidikan dan pengajaran diserahkan sama sekali kepada para pendeta Kristen. Kemudian
Kolonial di Zaman VOC ada instruksi yang menegaskan, bahwa kepada pihak rakyat hendaknya diberi pengajaran
dan Hindia Belanda membaca, menulis dan berhitung, akan tetapi hanya seperlunya saja dan melulu untuk
mendidik orang-orang pembantu dalam beberapa usahanya. Hal itu dilakukan dengan
memberikan metode Kleinambtenaarsexamen (ujian).

Zaman Etik dan Harapan Raden Ajeng Kartini dan Dokter Wahidin Sudirohusodo pupus karena Sistem
Kebangunan Nasional pendidikannya tetap tidak dapat melepaskan diri dari belenggu intelektualisme,
individualisme, materialisme dan kolonialisme.

Zaman Bangkitnya Jiwa 1920 muncul cita-cita baru menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan
Merdeka pengajaran yang merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik yang
menjadi idaman kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan
kebudayaan bangsa, itulah pokok sistem pendidikan dan pengajaran, yang pada tahun 1922
dapat tercipta oleh Ki Hajar Dewantara “Tamansiswa” di Yogyakarta.
“Belenggu”
Ada 4 hal yang membelenggu kemerdekaan
peserta didik menurut kami, yang dimana
kami melihat hingga saat ini di dalam proses
pendidikan hal tersebut masih terus terjadi
dan terus dilakukan secara sadar dan bahkan
ada yang terprogram
Penting untuk disadari!
Intelektualisme Materialisme
01 = Pelebelan tingkat
kemampuan individu
02 = Mereka yang memiliki materi
yang berkecukupan dapat
bersekolah

Kolonialisme Kleinambtenaarsexamen.
03 = Keadaan geografis antara
kota dan daerah, apalagi
04 = Ujian atau Penilaian dengan
standar nilai perengkingan
pinggiran dan 3T
Kita lihat di zaman sekarang di sekolah masih dipakainya, daftar pelajaran
yang tidak cukup memberi semangat mencari ilmu pengetahuan sendiri,
karena setiap hari, setiap semester, tiap tahun para peserta didik terus
terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis.

Mereka dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras dalam


tuntutantuntutannya. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup
kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi
dalam rapor sekolahnya atau untuk dapat ijazah.
Model Pendidikan yang
dapat Melepas Belenggu
Peserta Didik
Model Blended Learning yang menjadi dasar perumusan kurikulum
merdeka. Salah satunya hal yang diharapkan untuk menghasilkan
Pendidikan Pertisipatif dan Memerdekakan Siswa. Kemendikbud telah
meluncurkan berbagai program yang mengusung konsep bergotong
royong demi meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Diantaranya
adalah Program Organisasi Penggerak (POP) dibidang pendidikan.
Terdapat pula Program Guru Penggerak (PGP).
Yang dapat kami tawarkan yaitu

Setiap siswa memiliki karakteristik yang


berbeda-beda. Memerdekakan siswa dapat
mendorong mereka agar tumbuh menjadi
manusia kritis, kreatif, mandiri, serta
bertanggung jawab pada lingkungannya.

Barat Tengah Timur

Tugas kita sebagai guru adalah mampu untuk menjadi guru yang cerdas, berbudi luhur
professional dan mau terus belajar agar dapat mengantarkan siswa menjadi manusia
yang selamat dan bahagia, cerdas, memiliki karakter yang baik, mengembangkan minat
dan bakatnya sesuai dengan kemampaunnya, dan juga berbudaya dengan cara yang
merdeka tanpa adanya paksaan atau tekanan.

Anda mungkin juga menyukai