Anda di halaman 1dari 29

ISPA

• (Infeksi saluran pernapasan akut)


NAMA KELOMPOK

- Anjelitha Sekar Kencana


-Dwi Gita Nureski
-Vingky Nadila
-Ulfa Marisa
-Rani Febrianti
-Winda Novita Sari
-Ria Sutiawati
-Nurma Indah Lestari
-Vina Aprianingrum
-Venny Monica
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi
yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan
atas maupun bawah. Infeksi ini dapat menimbulkan gejala
batuk, pilek, dan demam. ISPA sangat mudah menular dan
dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak-anak dan lansia.

Penyebab ISPA
ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.
Saluran pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan
atas atau bawah. Meski demikian, ISPA paling sering disebabkan oleh
infeksi virus dan paling sering terjadi di saluran pernapasan bagian atas.
Beberapa jenis virus yang sering
menyebabkan ISPA adalah:
Rhinovirus
Respiratory syntical viruses (RSVs)
Adenovirus
Parainfluenza virus Beberapa jenis bakteri yang juga bisa
Virus influenza menyebabkan ISPA adalah:
Virus Corona Streptococcus
Haemophilus
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia
Faktor risiko ISPA
1. Anak-anak dan lansia
2. Orang dengan daya tahan tubuh yang lemah
3. Penderita gangguan jantung dan paru-paru
4. Perokok aktif
Gejala ISPA
Gejala infeksi saluran pernapasan akut di saluran pernapasan atas dan bawah
bisa berbeda. Pada penderita ISPA yang terjadi di saluran pernapasan atas,
gejala yang dapat timbul adalah:
•Batuk
•Bersin
•Hidung tersumbat
•Pilek
•Demam
•Mudah lelah
•Sakit kepala
•Nyeri menelan
•Mengi
•Pembesaran kelenjar getah bening
Pengobatan ISPA
, ada upaya yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala, yaitu:
•Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak agar
lebih mudah untuk dikeluarkan
•Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu, untuk meredakan batuk
•Berkumur dengan air hangat yang diberi garam jika mengalami sakit tenggorokan
•Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu
putih atau mentol, untuk meredakan hidung tersumbat
•Memosisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal, untuk
melancarkan pernapasan
Komplikasi ISPA
Gagal napas, akibat paru-paru berhenti berfungsi
Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah
Gagal jantung
Penumpukan nanah di rongga selaput paru (empiema)
Kumpulan nanah (abses) pada paru-paru
Kerusakan kantong udara paru-paru (emfisema)
Bronkitis kronis
Infeksi lain, seperti mastoiditis, osteomielitis, dan selulitis
Sepsis
Pencegahan ISPA
Pencegahan utama ISPA adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
•Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
•Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata.
•Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk, agar
penyakit tidak menyebar ke orang lain.
•Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
•Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin.
•Lakukan olahraga secara rutin.
•Hentikan kebiasaan merokok.
•Dapatkan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, maupun pneumonia, dan diskusikan
dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari vaksinasi ini.
Selanjutnya........
SINDROM
EDWARD
Sindrom Edward adalah kelainan
genetik yang disebabkan oleh
adanya salinan ekstra dari
kromosom 18. Kelainan yang
disebut juga dengan trisomi 18
ini menyebabkan cacat pada
banyak organ tubuh bayi.
Penyebab Sindrom
Edward
Sindrom Edward disebabkan oleh adanya satu salinan ekstra
dari kromosom 18. Kromosom adalah struktur seperti pita di
dalam inti sel yang membawa informasi genetik.

Normalnya, setiap manusia memiliki 46 kromosom, 23


kromosom dari ibu dan 23 kromosom lain dari ayah. Namun,
pada sindrom Edward, kromosom 18 memiliki satu salinan
tambahan sehingga menjadi tiga buah. Kondisi ini
menyebabkan organ tubuh berkembang dengan tidak
normal.
Sindrom Edward atau trisomi
18 terbagi dalam tiga jenis,
yaitu:
1.Trisomi 18 mosaik
Trisomi 18 mosaik merupakan jenis sindrom Edward yang paling ringan, karena
salinan ekstra kromosom 18 hanya terdapat di beberapa sel tubuh.
Sebagian besar bayi dengan sindrom Edward mosaik dapat bertahan hidup
hingga 1 tahun, bahkan bisa mencapai usia dewasa. Trisomi 18 mosaik terjadi
pada 1 dari 20 bayi dengan sindrom Edward.

2.Trisomi 18 parsial
Trisomi 18 parsial terjadi ketika salinan ekstra dari kromosom 18 tidak lengkap
atau hanya terbentuk sebagian. Kromosom 18 ekstra yang tidak lengkap ini
kemungkinan menempel di kromosom lain di sel telur atau sel sperma
(translokasi).
Trisomi 18 parsial sangat jarang terjadi, hanya 1 dari 100 kasus sindrom Edward.

3.Trisomi 18 total
Trisomi 18 total adalah jenis sindrom Edward yang paling sering terjadi. Pada
jenis ini, salinan ekstra kromosom 18 yang lengkap ada di setiap sel tubuh.
Umumnya, jenis ini menimbulkan gejala yang lebih parah.
Faktor risiko Sindrom Edward

Setiap ibu hamil dapat melahirkan bayi yang menderita trisomi 18.
Akan tetapi, ibu yang hamil di usia tua lebih berisiko melahirkan
bayi dengan kondisi ini, terutama yang hamil di usia lebih dari 35
tahun.

Meski umumnya terjadi secara acak, trisomi 18 parsial dapat


dipengaruhi oleh faktor keturunan. Hal ini terjadi bila orang tua
menjadi pembawa (carrier) kelainan trisomi 18. Perlu diketahui,
seorang carrier kelainan trisomi 18 tidak mengalami gejala, tetapi
bisa menurunkan kelainan genetiknya kepada anak
Gejala Sindrom Edward
•Bayi yang terlahir dengan sindrom Edward biasanya bertubuh
•kecil dan terlihat lemah, serta memiliki gangguan kesehatan
atau kelainan fisik, seperti:
•Bibir sumbing
•Kelainan bentuk dada dan kaki (clubfoot)
•Kelainan di paru-paru, ginjal, lambung dan usus
•Kelainan jantung, seperti defek septum ventrikel atau defek
septum atrium
•Bentuk tangan yang terkepal dengan jari tumpang tindih dan
sulit diluruskan
•Bentuk kepala yang kecil (mikrosefalus)
•Bentuk rahang yang kecil (mikrognatia)
•Suara tangisan yang lemah
•Posisi telinga yang rendah
•Pertumbuhan yang lambat
Pengobatan Sindrom
Edward
Beberapa pengobatan yang dapat
dilakukan adalah:
1.Operasi jantung
2.Pemberian makanan melalui
selang
3.Prosedur perbaikan tulang
Komplikasi Sindrom
Edward
Komplikasi yang dapat timbul akibat sindrom
Edward tergantung pada gejala yang dialami.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
adalah:
•Gangguan makan
•Kejang
•Sulit bernapas
•Tuli
•Gangguan penglihatan
•Gagal jantung
Pencegahan Sindom Edward
Seperti telah dijelaskan di atas, sindrom Edward
disebabkan oleh kelainan genetik. Oleh sebab itu,
kelainan ini tidak dapat dicegah.
Namun, untuk mengurangi risiko sindrom Edward
pada janin, sebaiknya lakukan konsultasi atau
pemeriksaan genetik sebelum merencanakan
kehamilan, terutama jika Anda atau pasangan Anda
memiliki riwayat sindrom Edward atau kelainan
genetik lain dalam keluarga.
Fenilketonuria
Pengertian Fenilketonuria

Fenilketonuria atau yang disebut PKU


adalah kelainan genetika langka yang
menyebabkan asam amino yang disebut
fenilalanin menumpuk di dalam tubuh.
Perlu diketahui bahwa asam amino adalah
blok bangunan protein, sementara
fenilalanin ditemukan di semua protein dan
beberapa pemanis buatan.
Penyebab Fenilketonuria

Mutasi genetika baik yang bersifat ringan,


sedang atau berat, merupakan penyebab
utama dari fenilketonuria. Mutasi tersebut
kemudian membuat gen fenilalanin
hidroksilase tidak memproduksi enzim
pengurai fenilalanin dalam tubuh
pengidap.
Gejala Fenilketonuri
Umumnya tidak menimbulkan gejala pada bayi yang baru lahir.
Jika kondisi ini tidak diketahui dan ditangani saat bayi lahir,
gejalanya baru akan terlihat beberapa bulan setelahnya. Tanda-
tanda fenilketonuria yang tidak ditangani umumnya meliputi:
Kelainan intelektual atau keterbelakangan mental.
Gangguan tingkah laku, emosional, serta sosial. Misalnya sering
uring-uringan.
Pertumbuhan yang lamban.
Epilepsi.
Tremor.
Sering muntah.
Gangguan kulit, misalnya ruam.
Bau apek pada napas, urine, kulit, atau rambut anak.
Komplikasi Fenilketonuria
Fenilketonuria yang dibiarkan tanpa penanganan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi pada pengidapnya,
baik pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa. Berikut
beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat
fenilketonuria:
Kerusakan permanen pada otak yang dapat menyebabkan
ketidakmampuan belajar.
Gangguan saraf, seperti tremor atau kejang.
Ukuran kepala kecil, sehingga terlihat tidak wajar.
Cacat lahir atau keguguran.
Pengobatan Fenilketonuria

Sayangnya, fenilketonuria tidak bisa


disembuhkan. Pengobatan yang
dilakukan hanya bisa mengendalikan
kadar fenilketonuria dalam tubuh agar
tidak memicu gejala serta terjadinya
komplikasi.
Berikut beberapa pengobatan yang perlu dilakukan
pengidap untuk mengatasi fenilketonuria:

Mengonsumsi suplemen asam amino. Langkah ini


berguna untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan tubuh
dalam pertumbuhan.
Menjaga agar kadar fenilalanin dalam tubuh tidak
berlebihan. Sebelum mengubah pola makan, setiap
pengidap dianjurkan untuk selalu mendiskusikannya
dengan dokter.
Pemeriksaan kondisi kesehatan secara rutin juga
dibutuhkan untuk menanggulangi kemungkinan adanya
komplikasi.
Pencegahan Fenilketonuria

Melakukan uji enzim. Pemeriksaan ini merupakan tes darah yang


dapat menentukan apakah seseorang membawa gen cacat yang
menyebabkan PKU atau tidak. Di samping itu, tes juga dapat
dilakukan selama kehamilan untuk menyaring bayi yang belum lahir
untuk PKU.
Ikuti diet rendah fenilalanin. Wanita dengan PKU dapat mencegah
cacat lahir dengan menerapkan pola makan rendah protein.
Disarankan untuk menghindari bahan makanan yang kaya protein
seperti telur, produk susu, ikan, serta semua jenis daging. Jenis
bahan makanan lain pun harus senantiasa dipilih dan ditakar dengan
cermat, termasuk sayur dan buah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai