Anda di halaman 1dari 36

Penyajian hasil uji bivariat

Oleh
Wiwin Sulistyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Uji T Berpasangan / Paired t test
Syarat Uji T berpasangan
• Data harus normal
• Jika tidak memenuhi syarat (data tidak
normal) lakukan transformasi data jika
variabel baru hasil transformasi berdistribusi
normal  uji t berpasangan  jika tidak uji
wilcoxon.
Langkah2
• Analyze  compare means  paired sample t
 masukkan GDSSebelum dan GDS Sesudah
ke dalam kotak paired variables  klik
continue ok.
Output uji t berpasangan
Hasil Uji Berpasangan
Tabel 3.5 Hasil uji beda GDS pretest dan posttest responden di UPT PSLU Jombang di pare Kediri (N=30).

Kelompok   GDS Intervensi  


 

N Mean SD 95% CI T P

Pretest 15 7,2 1,52 6,36 s/d 8,04 10.422 0,000

Posttest 15 2,67 1,34 1,92 s/d 3,41    


Cara Interpretasi
Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai rerata nilai
pretest pada kelompok intervensi adalah 7,2 dengan
standar deviasi 1,52, sedangkan rerata nilai posttest
adalah 2,67 dengan standar deviasi 1,34. Pada data
diatas dilakukan uji normalitas dan didapatkan hasil
bahwa data tersebut terdistribusi secara normal
sehingga bisa dilakukan uji t berpasangan. Pada hasil
uji t berpasangan didapatkan nilai p = 0,000<0,05
sehingga H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang
signifikan adanya perbedaan nilai GDS sebelum dan
sesudah pemberian terapi SEFT pada lansia.
Uji Wilcoxon Signed Rank Test
• Karena tidak memenuhi syarat maka lakukan
uji wilcoxon caranya
Analyze  nonparametric test 2 related
samples  GDS Sebelum dan GDS Sesudah 
klik uji wilcoxon  continue  ok.
Output wilcoxon
Uji Wilcoxon
Tabel 5.6 Pengaruh supervisi tentang komunikasi SBAR terhadap kualitas handover di ruang Melati dan ruang Bougenvile
RSUD Mardi Wauyo Blitar Tahun 2018.

    N Mean Ranks Sum Ranks


Handover pre – Handover post Negatif Rank 0 0,00 0,00

  Positive Rank 18 9,50 117,00


  Ties 16    
  Total 34    
Pvalue = 0,000*
Cont..
• Berdasarkan hasil uji wilcoxon didapatkan
data pvalue = 0,029, jadi pvalue < α 0,05
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh
supervisi tentang komunikasi SBAR terhadap
kualitas handover di ruang Melati dan ruang
Bougenvile RSUD Mardi Wauyo Blitar Tahun
2018.
Uji T Tidak berpasangan
Syarat uji T tidak berpasangan:
• Distribusi data normal
• Jika tidak normal lakukan transformasi data
jika normal  uji t tidak berpasangan
• Jika tetap tidak normal  uji mann whitney
Langkah2
• Uji t tidak berpasangan
Analyze  Compare Means  Independent
Sample t Masukkan score GDS sesudah
terapi pada test variable  Masukkan
Perlakuan ke dalam grouping variable
aktifkan define group  masukkan angka 1
untuk grup 1, angka 2 untuk grup 2
continue ok
Output Uji T Tidak Berpasangan
Interpretasi Uji T tidak
berpasangan
• Lihat di kotak Levene’s test (nama uji hipotesis untuk
menguji varians) nilai sig 0,576. p > 0,05 berarti
varians data sama. Walaupun untuk uji t tidak
berpasangan kesamaan varians tidak syarat mutlak
• Varians sama  lihat equal varians assumed  p =
0,630
• Kesimpulan tidak ada perbedaan efektifitas antara
terapi SEFT dan terapi Musik dalam menurunkan
depresi pada lansia.
Contoh penyajian data uji t tidak
berpasangan
Tabel 3.7 Hasil Uji beda GDS posttest pada kelompok kontrol dan intervensi di UPT PSLU Jombang di pare Kediri (N=30).

Kelompok   GDS Posttest  


 
N Mean SD 95% CI t P

Kontrol 15 6,93 3,08 5,23 s/d 8,64 -4,915 0,000

Intervensi 15 2,67 1,34 1,92 s/d 3,41    

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t tidak berpasangan


pada tabel 3.7, didapatkan nilai p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
GDS posttest pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi .
Uji Mann Whitney
• Caranya Analyze  Nonparametric 2
independent samples  skorGDS ke dalam
test variable  perlakuan  grouping
variable  aktifkan uji mann whitney  klik
define grup  angka 1 pada grup 1, masukkan
angka 2 pada grup 2  continue  ok.
Output Uji Mann Whitney
Interpretasi
Tabel 5.1 Perbedaan efektivitas terapi musik
dan terapi seft terhadap GDS pada pasien DM.
Kelompok   GDS Posttest  
 
N Mean P

Kontrol 15 6,93 0,760

Intervensi 15 2,67  
Hasil kesimpulan
• Berdasarkan tabel di atas didapatkan data
Pvalue = 0, 760 > 0,05. Ho diterima H1 ditolak.
Tidak ada perbedaan GDS antara kelompok
terapi SEFT dan terapi musik.
UJI CHI SQUARE
HASIL UJI
• BERDASARKAN HASIL UJI CHI SQUARE
DIDAPATKAN pvalue = 0,976 > 0,05, sehingga
dapat disimpulkan ho diterima h1 ditolak,
tidak ada hubungan jenis kelmain dengan
keikutsertaan dalam imunisasi hepatitis.
Hasil uji chi square
Tabel 3. Hubungan Penerapan 3S (SDKI, SIKI, SLKI) dengan Kualitas Pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang Rawat Inap.

    Kualitas Dokumentasi   Total


Askep

    Baik Kurang  

Implementasi 3S Baik 48 3 51

Kurang 22 11 33

    70 14 84

pvalue   0,001*    
Uji chi square
• Berdasarkan Hasil uji Chi Square didapatkan
pvalue = 0,001 < α =0,005 artinya Ho ditolak
dan H1 diterima yaitu ada hubungan antara
penerapan 3S dengan kualitas
pendokumentasian di ruang rawat inap
Rumah Sakit.
Uji Korelasi Pearson
• Uji Korelasi Pearson (uji parametrik)
digunakan untuk variabel dengan skala
numerik dan harus mempunyai data dengan
berdistribusi normal.
• Jika tidak normal lakukan transformasi data 
jika normal  korelasi perason  jika tidak
normal korelasi spearman.
Korelasi Pearson
• Analyze  Correlate  Bivariate 
Masukkan sistem jenjang karir dan discharge
planning pada kotak variables  uji pearson
pada kotak correlation coefficient  two
tailed pada test of significance  ok
Output Uji Pearson
Korelasi Spearman
• Pastikan data tidak berdistribusi normal
• Analyze  Correlate  Bivariate  fungsi
manajemen dan discharge planning ke kotak
variables  uji spearman pada kotak
correlation coefficient  pilih two tailed pada
test of significancy –> ok
Hasil Uji Spearman
Koefisien korelasi
Cara Interpretasi uji spearman
Tabel 5.5 Hubungan antara motivasi perawat dengan kualitas handover di ruang Melati dan ruang Bougenvile
RS X Blitar Tahun 2018

No Motivasi Kualitas Handover


Perawat
  Baik Cukup Kurang Jumlah
F % F % F % F %

1. Baik 9 26,5 0 0 4 11,7 13 38,2


     

2. Cukup 3 8,8 0 0 18 53 21 61,8


     

3. Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
     

  Jumlah 12 35,3 0 0 22 64,7 34 100


     

  Correlation Coefficient = 0,55      


Sig. (2 tailed) = 0,001*
Cont.
• Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
responden 61,8 % (21 orang ) memiliki motivasi cukup dan kualitas
handover yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji spearman
rho didapatkan ρ value < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
ada hubungan antara motivasi perawat dengan kualitas handover pasien di
ruang Melati dan ruang Bougenvile RS X Blitar Tahun 2018. Sebagai
tambahan, tingkat kekuatan hubungan dilihat dari Correlation Coefficient
= 0,559 artinya mempunyai kekuatan hubungan kuat antara motivasi
perawat dengan kualitas handover dan arah hubungan positif (+) atau
searah artinya dimana semakin tinggi motivasi perawat maka semakin
tinggi kualitas handover pasien.

Anda mungkin juga menyukai