Anda di halaman 1dari 14

Sumber Hukum Ekonomi

Syariah
By:
Endah Prapti Lestari
Hakekat Hukum Ekonomi
• Hukum ekonomi sebagai kecenderungan terkait pernyataan sebab
akibat antara dua fenomena.
• Hukum ekonomi sebagai sebab akibat peristiwa ekonomi yang saling
berhubungan dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam masyarakat
• Ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sosial sehingga terkait aktifitas
banyak orang yg dikendalikan suatu motif
• Data ekonomi dapat berubah, karena selera, sikap konsumen yang
berubah berdasarkan waktu dan tempat
• Adanya faktor yg bersifat uncontrollable, yang direkayasa akibat data yg
tdk diketahui.
• Menurut Seligman, hukum ekonomi bersifat hipotetik, bersifat bersyarat
berdasarkan asumsi ceteris paribus.
• Hal inilah yang membedakan dengan ilmu eksak, yg dilakukan
berdasarkan eksperimen.
• Ilmu ekonomi memberikan perlengkapan pikiran, cara berpikir/sudut
pandang, dan pendekatan (approach), Contoh aplikasi hukum ekonomi:
1. Apabila harga sembako naik, maka harga produk lain juga cenderung
merambat naik
2. Turunnya harga gas elpiji akan menaikkan jumlah penjualan kompor
gas, baik buatan luar negeri maupun dalam negeri.
Sumber Hukum Ekonomi Syariah
• Metode pengambilan hokum yg disepakati para ulama, terdiri dari:
1. Al Qur’an, sebagai amanat Allah SWT melalui rasulullah Muhammad‫ ﷺ‬utk
membimbing ummat, amanat ini bersifat universal, abadi, dan
fundamental. Firman Allah SWT yang tidak diturunkan kepada rasulullah
Muhammad ‫ﷺ‬tidak dinamakan al qur’an, tetapi kitab taurat diturunkan
kepada nabi Musa a.s dan kitab injil diturunkan kepada nabi Isa a.s, maka Al
Qur’an merupakan himpunan huruf atau kata menjadi satu ayat, himpunan
ayat menjadi surat, dan himpunan surat menjadi mushaf al qur’an.
• Al Qur’an bermakna mukjizat abadi kepada Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬kepada
generasi selanjutnya secara mutawatir, membacanya bermakna ibadah.
• Al Qur’an adalah firman Allah SWT (QS 53:4) wahyu yang datang dari Allah SWT,
sehingga harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimulyakan, dan dihormati.
• Al Qur’an adalah mukjizat, dan manusia pun tidak akan sanggup membuat senilai
dengan Al Qur’an, walaupun hanya satu ayat
• Al Qur’an diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, melalui malaikat Jibril (QS
26: 192), hikmahnya: Al Qur’an masuk ke dalam hati kita.
• Al Qur’an disampaikan secara mutawatir yang dihafalkan dan ditulis banyak sahabat
dan secara turun temurun kepada generasi berikutnya, sehingga keasliannya
terpelihara sebagai wujud jaminan Allah SWT terhadap keabadian al qur’an (QS 15:9)
• Membaca Al Qur’an bernilai ibadah, berpahala, dan setiap huruf ada kebaikan yang
nilainya dilipat gandakan (Al-hadist)
• Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup
agar kita tidak tesesat dari jalan yang lurus.
• Dalam aktivitas ekonomi, umat Islam juga bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariatnya
agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.
• Hukum ekonomi harus merujuk Al Qur’an, apabila tidak menemukan maka kita dapat
mencarinya dalam sumber hukum dari Hadis dan sunnah, yang telah dicontohkan Rasulullah
Muhammad ‫ﷺ‬
• Penarikan sumber ekonomi syariah yang berasal dari Al Qur’an:
1. Kedudukan harta dalam Al Qur’an adalah sebagai perhiasan kehidupan (QS Al Kahfi: 46)
2. Pelarangan Riba (QS 2: 275-276) orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainknan
berdirinya orang kemasukan setan karena gila, dan akan kekal berada di neraka.
3. Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah SWT tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekhafiran dan bergelimang dosa.
2. Hadist dan Sunnah, adat istiadat, kebiasaan hidup yang mengacu pada
perilaku Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, yang dijadikan tauladan.
• Hadist bersifat teoritis, sedangkan sunnah sebagai contoh nyata. Perbedaan
hadist dan sunnah tdk perlu diperdebatkan, karena secara substansi keduanya
adalah sama
• Hadist menjadi pelengkap, serta penjelas mengenai hokum ekonomi yg masih
bersifat umum ataupun yg tidak terdapat dalam Al Qur’an .
• Sebagian wahyu dalam Al Qur’an masih bersifat lex generalis sehingga harus
dijelaskan oleh hadist dan sunnah yang bersifat lex specialis.
• Keduanya saling melengkapi dan menjadi acuan utama dalam setiap
pengambilan suatu hukum.
Hubungan sunnah dengan Al Qur’an
• Bayan tafsir, sunnah menerangkan ayat-ayat yang sangat umum,
mujmal, dan musytarak
• Bayan taqriri, sunnah berfungsi memperkukuh dan memperkuat
pernyataan dalam ayat-ayat Al Qur’an
• Bayan taudih, sunnah menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat
dalam Al Qur’an.
• Hadist diklasifikasikan berdasarkan kriteria, yaitu bermulanya ujung
sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah periwayat. Berdasarkan
klasifikasi tersebut, hadist dibagi dalam 3 golongan:
1. Hadist marfu’ah: hadist yang sanadnya berujung langsung pada
Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬
2. Hadist mauquf, hadist yang sanadnya terhenti pada sahabat
Rasulullah tanpa ada tanda-tanda, baik secara perkataan maupun
perbuatan yg menunjukkan derajat marfu’ contoh: Al Bukhori dalam
kitab Al-fara’id (warisan)
3. Hadist maqtu’: hadist yang sanadnya berujung kepada para tabi’in
(penerus), contoh: Imam muslim meriwayatkan dalam pembukaan
sahihnya bahwa Ibnu Sirin” pengetahuan ini (hadist) adalah agama,
maka berhati-hatilah kamu, dari mana kamu mengambil agamamu.
klasifikasi Hadist
1. Hadist shahih, tingkatannya tertinggi penerimaan pada suatu hadist:
bersambung pada Rasulullah, diriwayatkan oleh perawi hadist yang
terjaga muruahnya (kehormatannya)
2. Hdist hasan, hadist tersebut sanadnya tersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang adil, namun tidak sempurna ingatannya
3. Hadist dhaif, hadist yang sanadnya tidak tersambung dan
diriwayatkan oleh orang yg tdk adil dan kurang kuat ingatannya
4. Hadist maudu’ dicurigai sebagai hadist palsu atau buatan mereka
dalam sanadnya karena dimungkinkan memiliki kepentingan
terhadap apa yang diriwayatkan.
3. Ijma’ : sebagai sumber hokum ketiga dan merupakan consensus, baik yang dilakukan
oleh masyarakat maupun para cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara
sunnah dan ijma’ terletak pada kenyataan bahwa sunnah pada pokoknya terbatas pada
ajaran nabi dan diperluas pada sahabat, karena merupakan sumber dari penyampainya.
• Rukun ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid kaum muslim dalam suatu masa ,
dikelompokkan menjadi 4 hal:
a. Tidak cukup ijma’ apabila keberadaannya hanya seorang mujtahid pada suatu masa
b. Adanya kesepatan sesame para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah,
dengan melihat jenis dan kelompok mereka
c. Hendaknya kesepakatan dimulai setiap pendapat salah seorang mereka berpendapat
yg jelas: apakah dalam bentuk perkataan atau perbuatan.
d. Kesepakatan itu terwujud atas hukum kepada semua mujtahid.
4. Ijtihad dan Qiyas
• Ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya
kemungkinan suatu persoalan syariat.
• Saat asas-asas hokum telah ditetapkan secara sistematis, dan hal tersebut digantikan
oleh qiyas
• Peranan qiyas, memperluas hukum ayat pada permasalahan yg tidak termasuk dalam
bidang syarat-syaratnya, dengan alas an “efektif” kedua hal tersebut tdk dapat dipahami
dari pernyataan (terkait hal yg asli)
• Menurut para ahli hukum, perluasan undang-undang melalui analogi tidak membentuk
ketentuan hokum yg baru, tetapi hanya membantu untuk menemukan hokum
• Pendapat yang mengatakan qiyas adalah ijma’: para sahabat nabi sering
mengungkapkan kata “qiyas”
• Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari 4 hal, sebagai berikut:
1. Asal (pokok), apa yang terdapat dalam hukum nashnya, disebut juga
dengan al-maqdis alaihi
2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya,
disebut pula al-maqis
3. Hukum asal, yaitu hukum syar’I yang terdapat dalam nash hukum
asalnya.
4. Illat, sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang
dibangus atasnya
• Contoh aplikasi qiyas dalam ekonomi Islam adalah dengan melakukan
qiyas antara riba dengan bunga bank.
• Secara literatur, tidak pernah ditemukan hukumnya bunga bank
karena pada zaman Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬belum pernah
dipraktikkan perbankan modern seperti saat ini
• Saat itu telah banyak diterapkan praktik riba, yang kemudian
diharamkan Allah SWT
• Apabila mengikuti qiyas, asal adalah riba, fara’ adalah bunga bank,
hukum al asal, yaitu hukumnya riba adalah haram, maka illat bagi
bunga bank adalah haram.

Anda mungkin juga menyukai