Anda di halaman 1dari 12

Latar Belakang Konseling di

Indonesia
(Perubahan Pendidikan)
Kelompok 6
Fakta Perubahan Bidang Pendidikan yang Menggambarkan Latar
Belakang Konseling di Indonesia

● Keberadaan Bimbingan dan Konseling secara formal di


Indonesia relatif belum lama, yaitu secara resmi sejak
diberlakukannya kurikulum pada tahun 1975 di sekolah
Indonesia.
● Sebagai sesuatu yang baru, banyak sekali kesalahpahaman
di kalangan lingkungan pendidikan sendiri atau di luar
lingkungan pendidikan atau bahkan keslahan yang
dilakukan oleh pelaksana kegiatan dan konseling itu sendiri.
Menurut Prayito dan Erman Anti
(1994), kesalahpahaman yang terjadi
adalah sebagai berikut :
1. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi
sekolah.

2. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-


mata sebagai proses nasihat.

3. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya


boleh menangani masalah yang bersifat
insidental.

4. Bimbingan dan Konseling hanya untuk


klien-klien tertentu saja.

5. Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri.


Menurut Prayito dan Erman Anti
(1994), kesalahpahaman yang terjadi
adalah sebagai berikut :
6. Konselor harus aktif sedangkan pihak lain
pasif.

7.Menganggap pekerjaan Bimbingan dan


Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.

8. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan


Konseling harus segera dilihat.
Salah satu fakta yang kelompok kami angkat dalam dunia pendidikan adalah adanya bunuh diri
pada mahasiswa. Tidak kurang dalam jangka waktu tiga bulan, tiga mahasiswa di salah satu
universitas Bandung telah ditemukan tidak bernyawa di rumah kontrakannya. Selang seminggu
kemudian, ditemukan satu mahasiswa lagi yang juga meninggal dunia di kamar indekosnya. Selain itu,
satu mahasiswa lagi ditemukan sudah tidak bernyawa di kamar indekosnya. Semua mahasiwa ini
meninggal dunia dengan kondisi serupa, yaitu gantung diri. Semuanya juga sama-sama mahasiswa
tingkat akhir.
Menanggapi kasus memprihatinkan ini, psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia Rose Mini
Agoes Salim mengatakan, beban akademis bisa menjadi salah satu faktor penyebab bunuh diri pada
mahasiswa tingkat akhir.
Belum lagi, kata Rose, kehidupan sosialnya saat mahasiswa itu mengerjakan skripsi yang jarang
bertemu teman. Beban itu, belum ditambah bila si mahasiswa bekerja. Mereka bisa saja mengalami
stres. Stres pada mahasiswa tingkat akhir pun bisa disebabkan karena ia tak bisa berhubungan baik
dengan dosen pembimbing skripsi. Beberapa mahasiswa, lanjut Rose, takut berbicara dengan pihak
kampus. Hal ini menambah beban pikirannya.
Berangkat dari kasus di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan koseling sangat
dibutuhkan di dalam dunia pendidikan. Pada mahasiswa, khususnya
mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Dosen pembimbing bisa
saja menanyakan mengenai keadaan mahasiswa yang sedang ia bimbing.
Apabila ditemukan masalah yang serius, maka diperlukan bantuan oleh
seorang profesional yang dapat memberikan kosenling.
• Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan
yang bermutu mengacu pada kemampuan
lembaga pendidikan dalam
mengintegrasikan, mendistribusikan,
mengelola, dan mendayagunakan sumber-
sumber pendidikan secara optimal sehingga
dapat meningkatkan kemampuan belajar
lulusannya.

• Pernyataan ini memperjelas bahwa dengan


memberdayakan segala sumber daya yang
ada (termasuk didalamnya Guru
BK/Konselor) yang akan melakukan
kegiatan Bimbingan dan Konseling
diprediksi akan ikut serta dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Perbedaan antara Konseling dan Mengobrol
Mengobrol Konseling

Lawan bicara mungkin tidak Menyimak adalah kunci dari konseling


sepenuhnya menyimak. agar dapat mencapai tujuan klien.
Tidak ada aturan yang kaku. Ada aturan, tata cara, dan kode etik
yang berlaku dalam konseling.
Mengobrol biasanya bersifat tidak Konseling bersifat rahasia.
rahasia.
Mengobrol biasanya membicarakan Konseling memiliki berbagai tujuan di
banyak hal tanpa adanya tujuan dalamnya, seperti bertujuan untuk
membantu individu beradaptasi di
lingkungan, membuat keputusan
dalam memecahkan permasalahan
serta menyarankan strategi-strategi
untuk membuat perubahan yang
diinginkan.
Perbedaan antara Konseling dan Mengobrol

Mengobrol terjadi secara natural dan bebas. Konseling memiliki teori yang menjadi
dasar pelaksanaannya.

Lawan bicara bebas merespon apapun. Konselor membutuhkan keterampilan dan


latar belakang pengetahuan tertentu dalam
merespon dan mengarahkan pembicaraan
dengan klien.

Mengobrol mungkin hanya meliputi Konseling meliputi pembicaraan secara


pembicaraan secara verbal saja. verbal, namun juga non-verbal yang
didapatkan dari observasi.
Daftar Pustaka

Syarqawi, Ahmad. 2018. Bimbingan Konseling


Sebagai Upaya dan Bagian Pendidikan. Al-Fatih:
Jurnal Pendidikan dan Keislaman. UIN: Sumatera
Utara Medan.

Wangid, Muhammad Nur. Perubahan Paradigma Bimbingan


dan Konseling. Jurnal. UNY: Yogyakarta.
Daftar Rujukan

Tanpa nama. 2017. Benarkah Konseling Hanya Ngobrol


Biasa?
(https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp
/iqbalaliwafa/benarkah-konseling-hanya-ngobrol-
biasa_58f4b27a6223bd145b98a81c). Diakses pada tanggal
26 Februari 2021 pada pukul 08.35 WIB.

Sauml, Annisa. (2019, 12 Maret 2019). PentingnyaKonseling


dalam Dunia Pendidikan. (Pentingnya konseling dalam
dunia pendidikan (alinea.id)). Diakses pada tanggal 26
Februari 2021 pada pukul 09.28 WIB.

Anda mungkin juga menyukai