Anda di halaman 1dari 40

POLA PEWARISAN

SIFAT
PADA HUKUM
MENDEL
KELOMPOK 5
HUKUM PEWARISAN SIFAT
1. PENELITIAN GREGOR MENDEL
Pada tahun 1850-an, Mendel melakukan suatu penelitian sederhana dalam
bidang pemuliaan tanaman. Dalam proses pemuliaan tanaman, salah satu konsep
dasar yang harus diketahui adalah mekanisme penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya.
Mendel melakukan penilitian untuk mengetahui penurunan sifat dari induk
kepada keturunannya dengan menggunakan tanaman kacang ercis. Tanaman ini
dipilih oleh Mendel sebagai objek penelitiannya karena mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut.
• Mempunyai jenis-jenis yang memiliki sifat beda yang mencolok
• Dapat melakukan penyerbukan sendiri
• Mudah melakukan penyerbukan silang
• Cepat berbuah atau berumur pendek
• Mudah dipelihara
• Ukuran tanaman relatif kecil
ISTILAH-ISTLAH DALAM PERSILANGAN
• Parental (p) : induk
• Filial (f) : keturunan
• Dominan : sifat yag menutupi sifat resesif (ditulis dengan huruf kapital)
• Resesif : sifat yang tertutupi oleh sifat dominan (ditulis dengan huruf kecil)
• Genotipe : sifat tak tampak, biasanya dilambangkan dengan huruf (MM, Mm, mm)
• Fenotipe : sifat tampak (merah, merah muda, putih)
• Homozigot : pasangan alel sejenis (AA/aa)
• Heterozigot : pasangan alel tak sejenis (Aa)
HUKUM MENDEL I
 HUKUM SEGREGASI
Pasangan alel pada induk akan memisah, sehingga
setiap gamet hanya membawa satu gen dari induk
yang akan diwariskan ke anaknya.
Hukum segrasi ini dapat dibuktikan dengan
persilangan monohibrit.
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan
dengan satu sifat beda. Persilangan monohybrid
terbagi menjadi 2 kasus yaitu, persilangan
dominan dan persilangan intermediet.
• PERSILANGAN DOMINAN
Bunga berwarna merah (MM)
disilangkan dengan bunga berwarna
putih (mm). Jika keturunan pertama (F1)
100% berwarna merah.

MM : Mm: mm

merah : putih
3:1
• PERSILANGAN INTERMEDIET
(SEMI DOMINAN)
Bunga berwarna merah (MM)
disilangkan dengan bunga
berwarna putih (mm). Jika
keturunan pertama (F1) 100%
berwarna merah muda.
MM : Mm : mm

Merah : merah muda : putih


1:2:1
HUKUM MENDEL II

HUKUM ASORTASI
Gen dari kedua induk akan mengelompok
sehingga terbentuk sifat keturunan hasil
perpaduan gen induk-induknya.
Hukum Asortasi ini dapat dibuktikan dengan persilangan dihibrid.

Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid kita akan memperhatikan dua sifat beda atau
lebih. Contohnya, Kacang ercis berbiji bulat warna kuning (BBKK)
disilangkan dengan kacang ercis berbiji kisut warna hijau (bbkk).
Persilangan dihibrid kita akan memperhatikan dua sifat beda atau
lebih. Contohnya, Kacang ercis berbiji bulat warna kuning (BBKK)
disilangkan dengan kacang ercis berbiji kisut warna hijau (bbkk).
PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL
1. Interaksi Dari Beberapa Gen
semu mendel hukum ini terjadi karena peristiwa interaksi antara beberapa pasangan
alel. Penyimpangan ini ditemukan oleh wiliam bateson dan reinald punnet. Mereka
melakukan penyilangan pada ayam yang mempunyai bentuk jengger yang berbeda beda.
Bentuk jengger ayam yang diamatinya adalah biji (pea), gerigi (rose), sumpel (walnut),
dan belah (tunggal).
2. Kriptomerit
Kriptomeri merupakan peristiwa adanya sifat dominan yang tersembunyi apabila
berdiri semdiri dan sifat tersebut akan muncul pada kondisi tertentu saat gen dominan
tersebut berinteraksi dengan gen dominan lain. Peristiwa kriptomeri ini diteiti oleh
correns. Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria Maroccana.
3. Epistasis – Hipostasis
• Pada persilangan yang memenuhi hukum mendel.
Alel yang resesif akan ditutup penampakanya jika
terdapat alel dominan. Setelah dilakukan penelitian
oleh H. Nilsons – Ehle didapatkan hasil bahwa terdapat
pasagan alel yang dapat ditutupi atau menutupi
penampakan pasangan alel lainya. Peristiwa ini disebut
Epistasis-hipostasis.
• Pada Epistasis- hipostasis ini terjadi peristiwa dimana
gen dominan menutupi gen dominan lainya yang bukan
alelnya. Epistasis merupakan faktor pembawa sifat yang
menutupi penampakan pasangan alel lainya, sedangkan
hipostasis merupakan faktor pembawa sifat yang
tertutupi penampakanya oleh alel lainya.
• Contoh kasus epistasis dan hipostasis ditemukan pada
persilangan labu.
4. Komplementer
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang terakhir adalah komplementer. Komplementer adalah interaksi antara
dua gen dominan berbeda alel yang saling melengkapi untuk memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu
gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh komplementer dapat ditemukan
pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus.Pada tumbuhan Lathyrus odoratus, warna bunga ungu hanya
muncul jika tumbuhan tersebut memiliki gen C dan gen P sekaligus. Artinya warna bunga ungu akan muncul kalau
tumbuhan tersebut membentuk pigmen warna (dipengaruhi oleh gen C) dan membentuk enzim pengaktifnya
(dipengaruhi oleh gen P). Jadi bisa dibilang bahwa gen C dan P ini saling melengkapi ya. Jika tidak ada salah satu
dari kedua gen dominan C dan P, maka bunganya tidak membentuk warna alias jadi albino (putih).
5. Polimeri
• Polimeri adalah beberapa sifat yang berbeda, berdiri sendiri, dan memengaruhi
bagian yang sama dari suatu individu. Peristiwa ini pertama kali diteliti oleh
fredik nilsson dan nielsen ehle. Mereka melakukan penelitian dengan
menyilangkan gandum merah. (M,M,M,M) dan gandum putih (m,m,m,m)
Generasi hasil persilangan tersebut F,-nya menghasilkan gandum merah
(M,m,M,m) tetapi tidak semerah induknya yang homoisigl.
POLA POLA HEREDITAS
PAUTAN
DAN PINDAH SILANG
KELOMPOK 5
1. PAUTAN GEN (GENE LINKED)
Pautan adalah peristiwa gen-gen yang
terletak pada kromosom yang sama tidak
dapat memisahkan diri secara bebas
ketika pembelahan meiosis. Pautan antara
dua macam gen atau lebih akan
menghasilkan keturunan dengan
perbandingan genotipe dan fenotipe yang
lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
gen-gen yang tidak berpautan. Hal ini
disebabkan gamet-gamet yang dihasilkan
jumlahnya sedikit.
1. Pautan Kelamin Pada Manusia
Manusia memiliki dua jenis kromosom seks, yaitu XX pada
perempuan dan XY pada laki-laki. Oleh karena itu, pautan seks
pada manusia dapat terjadi pada kromosom X dan kromosom
Y. Contohnya adalah gen penyakit hemofilia dan hipertrikosis.
2. Pautan Kelamin Pada Hewan
Selain pada manusia, pautan seks juga dapat terjadi pada
hewan, diantaranya warna mata pada lalat buah dan warna
bulu pada kucing.
PERSILANGAN PAUTAN SEKS
Seekor lalat jantan mata merah disilangkan dengan lalat betina mata putih, jika gen
pembawa warna mata pada lalat terpaut kromosom seks, dan warna merah dominan
terhadap putih, tentukanlah rasio keturunan kedua F2 nya.
P1 : XMY x Xmxm

Benita mata merah = 25%


Betina mata putih = 25%
Jantan mata merah = 25%
P2 : XMXm x XmY Jantan mata putih = 25%
2. PINDAH SILANG (CROSSING OVER)
Pindah silang adalah peristiwa
bertukarnya bagian kromosom satu
dengan kromosom lainnya yang
homolog, atau bagian kromosom lainnya
yang tidak homolog. Peristiwa pindah
silang terjadi pada saat pembelahan
meiosis profase I, subfase pakiten dan
akar berakhir pada metafase I. Peristiwa
pindah silang akan menghasilkan
keturunan dengan sifat-sifat baru yang
berbeda dari gen-gen induknya karena
adanya rekombinasi gen.
PERHITUNGAN NILAI PINDAH SILANG

Lalat buah Drosophila melanogaster bertubuh kelabu bersayap panjang (GgLl) disilangkan dengan lalat bertubuh
hitam bersayap pendek (ggll). Menghasilkan keturunan sebagai berikut :
• Bertubuh kelabu bersayap panjang = 503 ekor
• Bertubuh kelabu bersayap pendek = 294 ekor
• Bertubuh hitam bersayap panjang = 306 ekor
• Bertubuh hitam bersayap pendek = 397 ekor
3. GAGAL BERPINDAH
(NONDISJUNCTION)
Gagal berpisah merupakan kegagalan kromosom homolog untuk memisahkan diri pada
saat pembelahan meiosis. Pada saat pembelahan meiosis, kromosom-kromosom yang
telah mengganda akan ditarik menuju kutub sel oleh benang-benang spindel yang
menempel pada sentromer. Dalam keadaan normal, kromosom-kromosom tersebut
akan berpisah dan menuju ke kutub-kutub sel yang berlawanan. Akan tetapi, terdapat
suatu kasus dimana kromosom mengalami gagal berpisah sehingga semua kromosom
hanya akan tertarik ke salah satu kutub sel. Akibatnya, gamet yang terbentuk akan
mengalami penambahan atau pengurangan jumlah kromosom. Gagal berpisah dapat
menyebabkan gamet atau individu yang mengalaminya memiliki kelainan jumlah
kromosom, contohnya aneuploidi dan euploidi.
CONTOH KASUS NON DISJUNCTION
• Sindrom down : trisomy pada kromosom no.21 (45A+XX/YY)
• Sindrom turner : monosomi pada kromosom seks (44A+XO)
• Sindrom Jacob : trisomy pada kromosom seks (44A+XYY)
• Sindrom Patau : trisomy pada kromosom no.13 (45A+XX/XY)
• Sindrom Klinifelter : trisomy pada kromosom seks (44A+XXY)
• Sindrom Edward : trisomy pada kromosom no.18 (45a+XX/YY)
4. GEN LETAL
Gen letal adalah gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan homoigot, sedangkan dalam keadaan
heteroigot, seorang individu dapat bersifat normal atau subletal. Adanya gen letal pada suatu individu menyebabkan
perbandingan fenotipe pada keturunannya tidak sesuai dengan Hukum Mendel. Ada dua macam gen letal, yaitu gen
letal dominan dan gen letal resesif.
1. Gen Letal Dominan
Gen letal dominan adalah gen yang menyebabkan kematiannya bersifat homoigot dominan. Apabila dalam keadaan
heteroigot akan menyebabkan cacat atau kelainan, sedangkan apabila dalam keadaan homozigot resesif
menyebabkan suatu individu normal. Contoh kasus gen letal dominan adalah gen yang menyebabkan kaki dan sayap
pendek (redep) pada ayam, gen warna rambut kuning pada tikus, gen Huntington’s Disease, dan gen yang
menyebabkan pemendekan ruas-ruas tulang jari (brakidaktili) pada manusia.
2. Gen Letal Resesif
Gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan homoigot resesif. Namun dalam
keadaan heterozigot, gen letal resesif menyebabkan seorang individu bersifat carrier (pembawa sifat) yang akan
diwariskan kepada keturunannya. Contoh kasus gen letal resesif adalah gen yang menyebabkan kelainan albino pada
tanaman jagung.
PERSILANGAN DENGAN GEN LETAL
LETAL RESESIF
LETAL DOMINAN
Dua orang normal yang sama-sama membawa sifat
Dua orang penderita Thalasemia minor yang sickle cell anemia menikah, bagaimanakah
menikah akan mendapatkan keturunan … keturunannya?
P : Thth X Thth P : Ss x Ss

25% Thalasemia mayor (ThTh) LETAL 75% Normal (SS dan Ss)
50% Thalasemia minor (Thth) 25% Sicklemia (ss) LETAL
25% Normal (thth)
5. DETERMINASI SEKS (PENENTUAN JENIS
KELAMIN)
Determinasi seks merupakan proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup berdasarkan kromosom
kelamin (gonosom) yang diwariskan secara bebas oleh gamet parental kepada keturunannya melalui proses
meiosis. Dalam penentuan jenis kelamin, sangat dipengaruhi oleh adanya kromosom seks. Pada sebagian
besar makhluk hidup, determinasi seks (jenis kelamin) dipengaruhi oleh faktor genetik dimana individu
jantan dan betina memiliki alel bahkan gen tertentu yang mengendalikan morfologi jenis kelamin mereka.
Pada hewan, perbedaan umumnya terdapat pada kromosom. Kromosom tersebut dinamakan kromosom
seks (gonosom). Selain faktor genetik, lingkungan juga dapat memengaruhi jenis kelamin yang dihasilkan .
1. Sistem XX/XY
Pada sistem penentuan kelamin XY, betina memiliki kromosom seks berupa XX sedangkan kromosom seks
jantan berupa XY. Nah, yang akan menentukan jenis kelamin di sini adalah kromosom Y yang dimiliki oleh
jantan. Sehingga, apabila ovum (X) bertemu sperma (X) maka akan menjadi betina. Sebaliknya, apabila
ovum (X) bertemu dengan sperma (Y) makan akan menjadi jantan. Sistem ini terdapat pada beberapa jenis
serangga (lalat buah), manusia, dan sebagian besar mamalia serta burung. Hewan betina memiliki dua
kromosom yang sama (XX) juga dikenal dengan istilah homogametik. Sementara itu, hewan jantan memiliki
dua kromosom yang berbeda (XY), juga dikenal dengan istilah heterogenetik.
2. Sistem XX/X0
Berbeda dengan lainnya, pada sistem XO hanya melibatkan kromosom X saja. Di mana,
kromosom betina terdiri dari XX sedangkan kromosom jantan terdiri dari X saja. Sistem
ini merupakan varian dari sistem XY, dimana individu betina memiliki dua kromosom
seks (XX) sementara individu jantan hanya memiliki satu kromosom seks (X0). Pada
sistem ini, jenis kelamin ditentukan berdasarkan jumlah gen yang diekspresikan oleh
dua kromosom. Sistem X0 ditemukan pada banyak serangga terutama pada kelompok
belalang dan kecoak. Sistem ini juga ditemukan pada beberapa spesies manusia.
3. Sistem ZW
Sistem ZW dapat ditemukan pada burung, beberapa reptil, beberapa serangga (kupu-
kupu), dan ikan. Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem XX/XY dan XX/X0, dimana
individu betina memiliki dua tipe kromosom berbeda (ZW) dan jantan memiliki dua tipe
kromosom yang sama (ZZ).
4. Sistem UV
Pada beberapa Bryophyta dan spesies alga, ketika pada tahap gametofit, memiliki
individu jantan dan betina terpisah yang menghasilkan gamet jantan dan betina.
Ketika meiosis terjadi pada tahap sporofit, kromosom seks yang dikenal sebagai U
dan V masuk ke dalam spora yang membawa kromosom U untuk menghasilkan
gametofit betina atau kromosom V untuk menghasilkan gametofit jantan.
5. Haplodiploidi
Sistem ini ditemukan pada serangga yang tergolong pada kelompok
Hymenoptera, terutama serangga-serangga sosial seperti semut dan lebah. Pada
hewan ini telur tidak difertilisasi berkembang menjadi individu haploid yang
merupakan jantan. Telur yang dibuahi menghasilkan individu diploid yang
umumnya betina atau jantan steril. Berdasarkan ini, maka dapat disimpulkan
bahwa lebah jantan tidak dapat memiliki anak laki-laki atau ayah.
Determinasi seks pada setiap jenis organisme dapat berbeda beda.
Organisme Jantan Betina
Manusia XY XX
Drosophila XY XX
Belalang XO XX
Aves, Kupu-Kupu, Ikan ZZ ZW
2n (fertilLebah, Semut Hasil parthenogenesis haplois (n) 2n (fertile) ovum dibuahi
(jika ovum tidak dibuahi – steril)
HEREDITAS
PADA MANUSIA
KELOMPOK 5
1. PENENTUAN JENIS KELAMIN
Pada wanita, kromosom kelaminnya berupa dua kromosom X. Sementara itu, pada laki-laki, kromosom kelaminnya berupa
satu kromso X dan satu kromosom Y. Oleh karena itu, cara penulisan yang terbaru, kromosom manusia normal adalah
a. Wanita = 44, XX
b. Pria = 44, XY
Jenis kelamin pada manusia dibedakan atas laki-laki dan wanita. Terjadinya perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh komposisi kromosom. Umumnya di dalam satu sel
terdapat satu pasang kromosom yang mewariskan jenis kelamin. Kromosom tersebut dnamakan kromosom kelamin.
Faktor lingkungan biasanya ditentukan oleh keadaan fisiologis. Apabila kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang,
maka dapat memengaruhi penampilan fenotipenya. Manusia memiliki kromosom tubuh (autosom) dan kromosom kelamin
(gonosom). Jumlah kromosomnya 46 buah atau 23 pasang, dimana 22 pasang adalah autosom dan sepasang adalah
gonosom.
Apabila spermatozoa pembawa kromosom X (disebut ginospermium) membuahi ovum (pembawa kromosom X), maka
akan dihasilkan anak perempuan. Apabila spermatozoa pembawa kromosom Y (disebut androspermium), membuahi ovum
(pembawa kromosom X), maka akan dihasilkan anak laki-laki. Berdasarkan hal tersebut, maka penentu jenis kelamin pada
manusia adalah spermatozoa.
2. CACAT MENURUN
Cacat menurun adalah sifat-sifat menurun berupa kelainan fisik. Cacat menurun ini dapat diturunkan melalui
kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Cacat menurun ada yang bersifat resesif dan ada juga yang
bersifat dominan.
1. Cacat Menurun yang Bersifat Resesif
Cacat menurun yang bersifat resesif dapat diturunkan dari orangtua yang keduanya carrier, salah satu orangtua
penderita dan satunya lagi carrier, atau kedua orangtuanya penderita. Contoh cacat bawaan yang bersifat
resesif adalah albino, botak dan tuli.
2. Cacat Menurun yang Bersifat Dominan
Cacat menurun yang bersifat dominan dapat diturunkan dari orangtua kepada
anaknya jika salah satu orangtuanya penderita atau carrier. Contoh cacat
menurun yang bersifat dominan adalah Sindaktili, Polidaktili, Brakidaktili.
3. Penyakit Menurun
Penyakit menurun adalah penyakit yang diturunkan (diwariskan) dari orangtua
kepada anak-anaknya. Penyakit menurun dapat dibedakan dengan jenis penyakit
lainnya karna memiliki ciri khas, yaitu:
• Penyakit menurun tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan biasa
• Penyakit menurun tidak menular.
• Penyakit menurun dapat dicegah untuk tidak menurun ke generasi berikutnya
melalui perkawinan.
Penyakit menurun ada yang terpaut pada krmosom seks, ada juga yang tidak
tertaut pada kromosom seks. Penyakit menurun juga dapat terjadi karena adanya
peristiwa gagal berpisah.
4. Sistem Golongan Darah ABO
Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh
Karl Landsteiner. Pada sistem ABO, golongan
darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan
aglutinin. Wah, apa sih aglutinogen itu?
Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat
menggumpal (aglutinasi) dan terdapat pada
eritrosit, sedangkan aglutinin adalah jenis serum
antibodi yang dapat menggumpalkan
aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma
darah.Baik Aglutinogen maupun aglutinin
terbagi menjadi 2 jenis. Aglutinogen terbagi
menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B,
sedangkan aglutinin terbagi menjadi α dan β.
Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan
aglutinin β menggumpalkan B.
5. Sistem Golongan Darah Rhesus
Sistem golongan darah rhesus
ditemukan oleh Landsteiner dan
Wiener. Berdasarkan sistem ini, ada 2
jenis rhesus, yaitu rhesus positif dan
rhesus negatif. Rhesus positif tidak
bisa memberikan darahnya ke rhesus
negatif karena akan terjadi
penggumpalan antigen donor oleh
antibodi resipien. Namun sebaliknya,
rhesus negatif tetap dapat
mendonorkan darahnya ke rhesus
positif.
SEKIAN DARI KELOMPOK KAMI,
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai