Anda di halaman 1dari 11

X MIIA 4

KELOMPOK 7
.

NAMA KELOMPOK :

1.HENY SEPTIANA
2.NIDAAN HAFIYA
3.SA'ADATIL AINI
4.WIRA JAGAT TAQWA

MAN 1 LOMBOK TIMUR


MATERI

01 02 03 04
05

Pengertian hadist Pembagian hadist Contoh hadist Contoh hadist garib mutlaq dan nisbiy
garib garib garib Kedudukan hadist
garib
HADIST GARIB

Secara bahasa, gharib artinya: aneh, unik, lain daripada yang lain.


Secara istilah, para ulama mendefinisikan Hadits Gharib sebagai
berikut:
ٍ ‫َما َي ْن َف ِر ُد ِب ِر َوا َي ِت ِه َر‬
‫او َوا ِح ٌد‬
“Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi saja.”
Maksudnya:
Periwayatan oleh seorang perawi itu bisa saja terjadi hanya pada satu
tingkatan perawi ataupun lebih. Atau bahkan pada setiap tingkatan.
Menurut Syaraf Mahmud al-Qudah:
Hadis Garib adalah hadis yang dalam periwayatannya
terdiri dari satu
orang perawi.
PEMBAGIAN HADIST GARIB

Adapun macam-macam hadist garib terbagi menjadi


dua yaitu:
1.Garib mutlaq
Garib mutlaq adalah hadis yang tidak diriwayatkan kecuali dari seorang
sahabat, maksudnya adalah seorang sahabat yang meriwayatkan (hadis) dari
Nabi saw. dan yang rajih adalah dia disebut dengan al-fard al-mutlaq, atau
disebut juga garib matan dan sanad
2.Garib Nisbiy
Hadis garib Nisbi adalah hadis yang perawinya menerima hadis dari
seorang perawi tertentu.
Hadis garib Nisbi adalah Hadis yang terjadi gharib di pertengahan
sanadnya.
Jika dianalisis maka dapatlah dikatakan bahwa garib nisbi adalah
penyendirian itu bukan pada perawi atau sanadnya, melainkan mengenai sifat atau
keadaan tertentu seorang periwayat, karena berbeda dengan periwayat lainnya.
Penyendirian seorang periwayat seperti ini, bisa terjadi pada keadilan dan kedabit-
annya atau pada tempat tinggal atau kota tertentu. Misalnya, hadis itu tidak
diriwayatkan oleh perawi yang siqah kecuali si Fulan. Maka, si Fulan berarti grib
dalam ke-siqah-annya dari perawi lainnya. Demikian juga hadis itu tidak
diriwayatkan oleh ahli Madinah kecuali si Fulan. Maka, si Fulan berarti garib
dalam meriwayatkan hadis tersebut dari penduduk Madinah. Demikian juga, hadis
itu tidak diriwayatkan penduduk kota lain kecuali pada kota tersebut. Maka,
periwayat kota tertentu itu menjadi garib dari periwayat kota lainnya.
CONTOH HADIST GARIB

ْ ‫ َف َمنْ َكا َن‬،‫ َوِإ َّن َما لِ ُك ِّل امْ ِرٍئ َما َن َوى‬،ِ‫ِإ َّن َما اَألعْ َما ُل ِبال ِّنيَّات‬
‫ت ِهجْ َر ُت ُه ِإلَى ُد ْن َيا يُصِ ي ُب َها َأ ْو ِإ َل>ى ا ْم َرَأ ٍة‬
َ ‫ َف ِهجْ َر ُت ُه ِإ َلى َما َه‬،‫َي ْن ِك ُح َها‬
‫اج َر ِإلَ ْي ِه‬

“Setiap amal tergantung pada niat. Setiap orang akan


memperoleh apa yang dia niatkan. Barangsiapa hijrah untuk
keuntungan dunia atau untuk menikahi seorang wanita, maka
hijrahnya sesuai dengan tujuan hijrahnya.”

Itulah contoh hadits gharib. Pada tingkatan shahabat, hadits itu


hanya diriwayatkan oleh seorang shahabat, yaitu Umar bin
Khatthab. Meskipun mungkin setelah itu diriwayatkan oleh
beberapa tabi’in.
Contoh hadist
garib mutlaq
"Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair telah menceritakan kepada kami, dia berkata,
“Sufyan telah menceritakan kepada kami, dia berkata, “Yahya bin Sa’id telah
menceritakan kepada kami, dia berkata, “Muhammad bin Ibrahim At-Taimi telah
mengabarkan kepada kami, bahwa dia mendengar Alqamah bin Waqqash Al-
Laitsi berkata,
"Aku mendengar Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu saat di atas mimbar
berkata, “Aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Amalan itu hanyalah tergantung
kepada niat. Dan setiap orang hanyalah mendapat (balasan) sesuai apa yang dia
niatkan.
Maka, siapa saja yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia dapatkan atau karena
wanita yang ingin dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan.”
[Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]
Contoh hadist
nisbiy
hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Az-Zuhri,

،ٌ‫ َفلَمَّا َن َز َع ُه َجا َءهُ َر ُجل‬،ٌ‫دَخ َل َمك َة َعا َم ْال َف ْت ِح َو َع َلى َرْأسِ ِه م ِْغ َفر‬
َ – ‫ْن َمالِكٍ َأن ال َّن ِبيَّ – صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫َعنْ َأ َن‬
ِ ‫سب‬
ُ‫ ا ْق ُتلُوه‬:‫ َف َقا َل‬،ِ‫ار ْال َكعْ َبة‬ ‫َأ‬
ِ ‫ ابْنُ َخ َط ٍل ُم َت َعلِّ ٌق ِب سْ َت‬:‫َف َقا َل‬

Dari Anas bin Malik bahwa Nabi ‫ ﷺ‬memasuki Makkah pada tahun Al-Fath (Tahun
pembebasan Mekah / Fathu Makkah) dan di atas kepalanya terdapat pelindung
kepala dari baja (mighfar)
Ketika beliau melepas mighfar-nya, datanglah seorang pria menghadap
beliau, lalu berkata, “Ibnu Khathal bergantungan di kain selubung Ka’bah.”
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Bunuh dia.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (1846), Muslim
(1357)]
Pada hadits ini hanya Malik sendiri yang menerima hadits tersebut dari Az-
Zuhri
KEDUDUKAN HADIST GARIB

[
Dalam kajian Hadis ditinjau dari segi kuantitas periwayatnya, maka kajian
Hadis ini dapat digolongkan kepada dua macam, yaitu mutawatir dan ahad.
Mutawatir dibagi lagi kepada dua macam, yaitu mutawatir lafzi dan mutawatir
ma‟nawi. Sedangkan ahad dibagi kepada tiga macam, yaitu: masyhur, „aziz dan
garib.
Jika ditinjau dari segi kualitas, hadis yang tergolong mutawatir tidak
diperlukan lagi untuk diteliti sebab sudah diyakini validitas dan
keorisinalitasannya oleh ulama hadis. Berbeda dengan hadis yang tergolong
ahad,
masih diperlukan penelitian jika ingin dijadikan sebagai sumber ajaran Islam.
Sebab, hanya hadis yang tergolong kualitas maqbul (yaitu yang berkualitas sahih
dan hasan) yang dapat digunakan sebagai hujjah. Sementara hadis garib
merupakan salah satu dari bagian hadis ahad
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai