Anda di halaman 1dari 35

TATA CARA

MERAWAT JENAZAH

OLEH: TAHARUDIN, S. Pd.I


Asrama Haji Palembang, Maret 2019
SETELAH RUH DICABUT
Apabila seseorang telah betul-betul meninggal dunia dengan tanda
hidung tampak lemas, telapak tangan dan kaki mengendor. Maka ada
beberapa hal yang sunnah untuk dilakukan:
 Memejamkan kedua matanya dengan membaca:


‫هللا عَلَ ْي ِه‬ ِ ‫هللا َوعَىَل ِمةَّل ِ َر ُس ْو ِل‬
ُ ‫هللا َص ىَّل‬ ِ ‫ب ِْس ِم‬
‫َو َس َمَّل‬
 Apabila sulit, maka tariklah kedua lengan dan kedua ibu jari
kakinya secara bersamaan, insyaAllah kedua matanya akan terpejam
dengan sendirinya.
 Mengikat dagunya dengan kain agak lebar ke atas kepala, agar
mulutnya tidak terbuka.
 Membakar atau menaburkan wewangian di sekitar mayyit, untuk
menghindari bau yang tidak sedap.
Melemaskan seluruh sendinya, walaupun harus
memakai minyak. Dengan cara melekukkan tangan pada
lengan, betis pada paha, paha pada perut, begitu juga
jari tangan dan kaki, supaya mudah dalam memandikan.
Melepaskan semua pakaian yang menempel pada
tubuhnya, baik suci atau najis. Kemudian tutupi
tubuhnya dengan kain yang tipis yang ujungnya
diletakkan di bawah kepala dan kedua kaki.
Meletakkan suatu benda di atas perut mayyit, dengan
dibujurkan dan diikat, yang beratnya kira-kira 54,300
gram.
Diletakkan pada tempat yang agak tinggi, agar tubuhnya
tidak segera membusuk.
Segera membayarkan hutang dan melaksanakan
wasiatnya, kalau memang situasinya memungkinkan.
TATA CARA MERAWAT
MAYYIT

MERAWAT MAYYIT MELIPUTI:


1) MEMANDIKAN
2) MENGKAFANI
3) MENSHOLATI
4) MENGUBURKAN
A. MEMANDIKAN
Batas minimal memandikan mayyit adalah menghilangkan najis dan
membasuh dengan air yang suci lagi mensucikan pada seluruh tubuhnya,
termasuk sesuatu yang nampak dari kemaluan wanita ketika duduk
jongkok dan bagian dalam kulupnya seorang pria yang belum dikhitan.
Namun apabila kulupnya tidak bisa dibuka, sehingga najis yang ada dibalik
kulup tersebut tidk bisa dibersihkan, maka menurut Imam Ibnu Hajar
mayyit tersebut ditayammumi kemudian dikafani, disholati dan
dikuburkan. Lebih afdhol mayyit ditayammumi terlebih dahulu, baru
kemudian dimandikan.
Tata Cara Mentayammumi Mayyit:
Memukulkan kedua telapak tangan pada debu dengan disertai niat:

‫ن ََويْ ُت التَّ َي ُّم َم َع ْن حَت ْ ِت ُقلْ َف ِة الْ َم ّي ِِت ِِهلل تَ َعاىَل‬


Niat ini harus tetap ada dalam hati, sampai tangan orang yang
mentayammumi mengusap wajah mayyit.
Memukulkan kedua tangan lagi pada debu untuk mengusap kedua tangan
mayyit. Tangan kiri untuk mengusap tangan kanan mayyit, tanggan kanan
untuk mengusap tangan kiri mayyit.
Debu harus merata pada muka kedua tangan mayyit.
Lebih baik mentayammumi terlebih dahulu, baru kemudian dimandikan.
CARA MEMANDIKAN MAYYIT

YANG LEBIH SEMPURNA
Berada di tempat yag sepi dan tertutup, tidak boleh masuk kecuali yang
memandikan dan yang membantunya. Menurut Imam Rouyani, wali
mayyit boleh ikut masuk walaupun tidak ikut memandikan.
 Membakar dupa atau wewangian untuk menghilangkan bau yang tidak
sedap.
 Mayyit diletakkan di tempat yang agak tinggi dengan ditelentangkan atau
mayyit dipangku tiga atau empat orang, kira-kira mayyit tidak terkena
percikan air. Haram hukumnya mayyit ditelungkupkan.
 Lebih baik memakai selang, agar airnya tidak putus-putus. Sehingga kalau
ada kotoran yang keluar langsung terbasuh.
• Mayyit ditutup dengan kain yang tipis.
• Mengunakan air yang dingin dan air asin asli (tidak dicampur garam), kecuali
suhu di tempat itu sangat dingin.
• Makruh hukumnya melihat anggota tubuh mayyit selain auratnya, kecuali
ada hajat, seperti untuk mengetahui meratanya air pada tubuh mayyit.
Sedangkan melihat aurat mayyit hukumnya haram, kecuali darurat dan atau
yang memandikan adalah suami/istri.
• Sunnah memakai alas tangan, namun ketika membersihkan auratnya wajib
menggunakan alas tangan.
• Sunnah menutup wajah mayyit dengan kain, kecuali yang sedang ihrom.
• Kemaluan dan dubur mayyit dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut
dengan kain yang telah dibasahi dengan air. Kemudian mengambil kain yang
lain yang dibasahi dengan air untuk membersihkan gigi mayyit, dengan cara
memasukkan jari telunjuk kiri ke dalam mulut mayyit.
• Tangan kiri orang yang memandikan mengurut perut mayyit secara
berulang-ulang, agar keluar kotoran yang diperut, dan apabila ada kotoran
yang keluar dari perut segera disiram dengan air yang banyak agar tidak
berbau.
• Sunnahnya mayyit diwudhui terlebih dahulu sebelum dimandikan,
sebagaimana wudhunya orang yang hidup. Orang yang mewudhui berniat
sebagai berikut:

‫ن ََويْ ُت الْ ُو ُض ْو َء الْ َم ْس ُن ْو َن ِله ََذا الْ َم ّي ِِت هلِل ِ تَ َعاىَل‬


• Kepala dan jenggot mayyit dibasuh dengan air yang dicampur dengan daun
bidara atau shampoo sekira tidak merubah kemutlakan air, kemudian rambut
dan jenggot mayyit sunnah hukumnya disisir secara perlahan supaya tidak
rontok.
• Apabila ada rambut yang rontok, maka harus dikumpulkan dan ketika
mengkafani dimasukkan ke dalam kain kafan supaya ikut dikebumikan.
• Kemudian mengguyurkan air yang sudah dicampur daun bidara/sabun, mulai
leher sampai telapak kaki yang sebelah kanan, menyusul kemudian bagian
depan sebelah kiri, lalu mayyit agak dimiringkan posisinya dengan menghadap
pada orang yang memandikan (lambung kiri di bawah) jangan sampai
telungkup.
• Kemudian mengguyurkan air yang jernih untuk membilas basuhan pertama,
dimulai dari kepala sampai telapak kaki.
• Kemudian mengguyur seluruh tubuh mayyit
dengan memakai air yang dicampur sedikit kapur
barus sekira tidak merubah kemutlakan air. Pad
saat basuhan ini, berniat sebagai berikut:

‫ن َ َويْ ُت الْ ُغ ْس َل ِله ََذا الْ َم ّي ِِت ِِهلل تَ َعاىَل‬


Dan apabila menghendaki yang lebih sempurna
lagi, maka mayyit bisa dimandikan sampai lima
kali, tujuh kali, dan atau sembilan kali, selain
kepala. Sedang kepala tidak sunnah diulang-ulang.
Keterangan
1) Dalam memandikan mayyit laki-laki, maka laki-laki juga yang
memandikannya. Demikian juga sebaliknya. Tidak boleh mayyit
perempuan dimandikan oleh laki-laki, kecuali ada hubungan mahrom
atau istrinya.
2) Tidak wajib memandikan lagi, ketika keluar sesuatu dari qubul atau
dubur mayyit walaupun yang mewajibkan mandi besar. Apabila keluar
najis, maka wajib membasuh najisnya saja.
3) Mayyit lawan jenis yang tidak memiliki mahrom tidak boleh
dimandikan. Akan tetapi wajib ditayammumi. Namun menurut Imam
Haromain tetap dimandikan dengan cara seluruh tubuhnya ditutup
dengan kain, dan tangan orang yang memandikan memakai alas dan
harus memejamkan mata.
B. MENGKAFANI
• Kain kapan minimal satu lapis yang bisa menutupi seluruh tubuh, atau tiga
lapis bagi mayyit yang tidak mempunyai hutang, atau mempunyai hutang tapi
sisa hartanya masih cukup untuk membeli tiga lapis kain, atau tidak cukup
namun orang yang menghutangi menyetujui, kecuali kalau dia berwasiat
ketika meninggal nanti cukup dikafani dengan kain satu lapis.
• Tiga lapis tersebut sunnahnya berwarna putih dan tidak baru. Apabila
ditambah, maka bagi mayyit laki-laki boleh ditambah menjadi lima lapis,
namun sebenarnya mayyit laki-laki cukup dikafani dengan tiga lapis dan
sunnah tidak ditambah.
URUTAN DALAM MENGKAFANI
•Qomis/Gamis (baju kurung yang bisa
menutup bagian leher sampai kaki).
•‘Imamah (sorban bentuk segi tiga) untuk
mayyit laki-laki. Kerudung untuk mayyit
perempuan
•Cawat
•Izar/Sarung (kain yang menutup antara pusat
sampai kaki.
•Sedangkan yang tiga lapis adalah kain yang
bisa menutup seluruh tubuh.
Penjelasan Tambahan Masalah Mengkafani
• Orang yang meninggal saat sedang ihrom, maka dibiarkan terbuka bagian
kepalanya, bagi laki-laki. Sedangkan bagi perempuan bagian wajahnya
dibiarkan terbuka.
• Hendaknya kain yang digunakan adalah kain yang bagus dan kuat.
• Setiap lapis kain kafan sunnah ditaburi kerikan/bubuk kayu cendana atau
dengan kapur barus.
• Kemudian mayyit diletakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan.
Tubuhnya ditaburi dengan kerikan/bubuk kayu cendana atau dengan kapur
barus. Kemudian kedua tangannya disedekapkan sebagaimana bersedekap
dalam sholat atau dibiarkan terbujur di samping lambungnya.
• Memberi kapas yang telah ditaburi kerikan/bubuk kayu
cendana atau kapur barus pada:
Kedua telinga
Dahi
Kedua mata
Hidung
Mulut
Kedua telapak tangan dan telapak kaki
Qubul/kemaluan (jangan sampai dimasukkan)
Dubur/anus
Kedua lutut
Semua luka-luka mayyit.
• Kedua pantat mayyit diikat dengan kuat, agar tidak ada sesuatu yang keluar.
• kain kafan dilipat dari arah bagian kiri ke kanan, lalu arah kanan ke kiri
• Lebihan kain pada bagian kepala disunnahkan lebih banyak dari pada bagian
kaki.
• Semua ikatan sunnah dilepas ketika mayyit telah diletakkan dalam kubur.
• Haram menulis ayat Al-Quran atau nama-nama yang diagungkan seperti lafaz
Allah/Asmaul Husna pada kain kafan , kecuali jika ditulis dengan minyak
wangi atau air yang kira-kira tulisannya bisa hilang sebelum mayyit
membusuk.
• Sunnah membuka kain kafan pada bagian pipi sebelah kanan yang kemudian
pipi mayyit yang sebelah kanan tersebut ditempelkan pada tanah.
C. SHOLAT JENAZAH
Syarat orang yang mensholati mayyit harus suci dari hadas, suci dari najis,
menutup aurat, dan syarat-syarat lainnya sebagaimana syarat sahnya sholat.
Di samping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum sholat
jenazah, antara lain:
1) Mayyit harus sudah dimandikan dan suci dari najis, baik di tubuh maupun
di kain kafannya. Apabila mayyit tidak mungkin dimandikan, misalnya
karena jatuh ke jurang, maka tidak boleh disholati. Namun menurut Imam
Asnawi tetap disholati, karena tujuan sholat jenazah adalah untuk
mendoakan mayyit. Apabila ada najis yang keluar sebelum disholati, maka
dibersihkan terlebih dahulu, baru dilaksanakan sholat jenazah.
2) Apabila najisnya keluar setelah disholati, maka sunnah untuk dibersihkan
manurut Imam Romli.
3) Mayyit harus berada di depan orang yang mensholati walaupun disholati
di kuburan.
4) Makruh hukumnya sholat jenazah sebelum mayyit dikafani.
5) Apabila mayyitnya laki-laki, sunnah membujurkannya ke arah selatan
(kepala mayyit berada di sebelah kiri orang yang mensholati). Sedangkan
imam dan atau orang yang sholat jenazah sendirian, berdiri sejajar
dengan pundak/bahu mayyit. Apabila mayyit perempuan maka sunnah
membujurkan ke arah utara (kepala mayyit posisinya di kanan imam),
sedangkan imam berada pada posisi sejajar dengan pinggul mayyit.
6) Sunnah melaksanakan sholat jenazah di masjid, dan apabila berjamaah
maka sunnah memperbanyak shof, dan shofnya dibuat ganjil.
7) Antara mayyit dan orang yang mensholati tidak ada penghalang.
Sedangkan keranda tidak dianggap penghalang selama tidak
dipaku/dikunci, kecuali apabila mayyit disholati di masjid, maka secara
mutlak keranda tidak dianggap penghalang, baik dipaku/dikunci ataupun
tidak.
RUKUN SHOLAT JENAZAH
A. NIAT.
B. BERDIRI BAGI YANG MAMPU
C. TAKBIR EMPAT KALI.
D. MEMBACA SURAT AL-FATIHAH SETELAH TAKBIR
PERTAMA.
E. MEMBACA SHOLAWAT NABI SETELAH TAKBIR KEDUA.
F. MEMBACA DOA UNTUK MAYYIT SETELAH TAKBIR
KETIGA.
G. MEMBACA SALAM SETELAH TAKBIR KEEMPAT.
‫‪LAFAZH NIAT SHOLAT JENAZAH‬‬
‫‪• Mayyit laki-laki‬‬
‫ُا َصىِّل عَىَل َه َذا الْ َم ّي ِِت َا ْرب َ َع تَ ْك ِبرْي َ ٍات فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِا َما ًما‪َ /‬مْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫‪• Mayyit perempuan‬‬
‫ُا َصىِّل عَىَل َه ِذ ِه الْ َم ِ ّي َت ِة َا ْرب َ َع تَ ْك ِبرْي َ ٍات فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِا َما ًما‪َ /‬مْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫)‪• Mayyit anak kecil laki-laki (belum baligh‬‬
‫الط ْف ِل َا ْرب َ َع تَ ْك ِبرْي َ ٍات فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِا َما ًما‪َ /‬مْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫ُا َصىِّل عَىَل َه َذا الْ َم ّي ِِت ِّ‬
‫)‪• Mayyit anak kecil perempuan (belum baligh‬‬
‫الط ْفةَل ِ َا ْرب َ َع تَ ْك ِبرْي َ ٍات فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِا َما ًما‪َ /‬مْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫ُا َصىِّل عَىَل َه َذا الْ َم ِ ّي َت ِة ِّ‬
‫‪• Mayyit banyak‬‬

‫ُا َصىِّل عَىَل َم ْن َحرَض َ ِم َن الْ َم ْوىَت فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِا َما ًما‪َ /‬مْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫‪• Mayyit campur muslim dan non muslim‬‬

‫الص َال ُة عَلَ ْي ِه ِم ْن َأ ْم َو ِات الْ ُم ْس ِل ِمنْي َ فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫ُا َصىِّل عَىَل َم ْن تَ ِص ُّح َّ‬
‫)‪• Niat sholat jenazah khusus bagi makmun (versi lain‬‬

‫ُا َصىِّل عَىَل َم ْن َصىَّل عَلَ ْي ِه ْااِل َما ُم فَ ْر َض ْال ِك َفاي َ ِة َمْأ ُم ْو ًما ِِهلل تَ َعاىَل‬
‫‪DOA SHOLAT JENAZAH SETELAH TAKBIR KETIGA‬‬
‫‪• MAYYIT LAKI-LAKI‬‬

‫َاللَّهُ َّم ا ْغ ِف ْرهَل ُ َو ْارمَح ْ ُه َوعَا ِف ِه َوا ْع ُف َع ْن ُه َواَ ْك ِر ْم نُ ُزهَل ُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخهَل ُ َوا ْغ ِسهْل ُ اِب الْ َما ِء‬
‫َوالثَّلْ ِج َوالْرَب َ ِد َون َ ِقّ ِه ِم َن الْ َخ َطااَي اَمَك يُنَقَّى الث َّْو ُب ْا َالبْ َي ُض ِم َن ادلَّ ن َ ِس َو َابْ ِدهْل ُ َد ًارا‬
‫َخرْي ً ا ِم ْن د َِار ِه َو َا ْه ًال َخرْي ً ا ِم ْن َأ ْههِل ِ َو َز ْو ًجا َخرْي ً ا ِم ْن َز ْو ِج ِه َو َا ْد ِخهْل ُ الْ َجنَّ َة َو َا ِع ْذ ُه‬
‫ِم ْن عَ َذ ِاب ال َقرْب ِ َو ِف ْتنَ ِت ِه َو ِم ْن عَ َذ ِاب النَّ ِار‪.‬‬
‫‪• MAYYIT PEREMPUAN‬‬

‫َاللَّهُ َّم ا ْغ ِف ْرلَهَا َو ْارمَح ْ هَا َوعَا ِفهَا َوا ْع ُف َعهْن َا َواَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهَا َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهَا َوا ْغ ِسلْهَا‬
‫اِب الْ َما ِء َوالثَّلْ ِج َوالْرَب َ ِد َون َ ِقّهَا ِم َن الْ َخ َطااَي اَمَك يُنَقَّى الث َّْو ُب ْا َالبْ َي ُض ِم َن ادلَّ ن َ ِس‬
‫َو َابْ ِدلْهَا َد ًارا َخرْي ً ا ِم ْن َد ِار َها َو َا ْه ًال َخرْي ً ا ِم ْن َأ ْه ِلهَا َو َز ْو ًجا َخرْي ً ا ِم ْن َز ْوهِج َ ا َو َا ْد ِخلْهَا‬
‫الْ َجنَّ َة َو َا ِع ْذ َها ِم ْن عَ َذ ِاب ال َقرْب ِ َو ِف ْتنَ ِت ِه َو ِم ْن عَ َذ ِاب النَّا ِر‪.‬‬
‫‪DOA KHUSUS MAYYIT ANAK KECIL‬‬
‫‪• ANAK KECIL LAKI-LAKI‬‬
‫• َاللَّهُ َّم ا ْج َعهْل ُ فَ َر ًطا ِ َالب َ َويْ ِه َو َسلَ ًفا َو ُذ ْخ ًرا َو ِع َظ ًة َوا ْع ِت َب ًارا َو َش ِف ْي ًعا َوثَ ِقّ ْل‬
‫ِب ِه َم َوا ِزْيهَن ُ َما َوَأفْ ِرغِ َّ‬
‫الصرْب َ عَىَل قُلُ ْوهِب ِ َما َو َال تَ ْف ِتهْن ُ َما ب َ ْعدَ ُه َو َال حَت ْ ِر ْمنَا‬
‫َأ ْج َر ُه‬
‫‪• ANAK KECIL PEREMPUAN‬‬
‫• َاللَّهُ َّم ا ْج َعلْهَا فَ َر ًطا ِ َالب َ َوهْي َا َو َسلَ ًفا َو ُذ ْخ ًرا َو ِع َظ ًة َوا ْع ِت َب ًارا َو َش ِف ْي ًعا َوثَ ِقّ ْل‬
‫الصرْب َ عَىَل قُلُ ْوهِب ِ َما َو َال تَ ْف ِتهْن ُ َما ب َ ْعدَ َها َو َال حَت ْ ِر ْمنَا‬
‫هِب َا َم َوا ِزْيهَن ُ َما َوَأفْ ِرغِ َّ‬
‫َأ ْج َر َها‬
‫‪DOA SHOLAT JENAZAH SETELAH TAKBIR‬‬
‫‪KEEMPAT‬‬
‫‪• MAYYIT LAKI-LAKI‬‬

‫• َاللَّهُ َّم َال حَت ْ ِر ْمنَا َأ ْج َر ُه َو َال تَ ْف ِتنَّا ب َ ْعدَ ُه َوا ْغ ِف ْرلَنَا َوهَل ُ َو ْخ َوا ِننَا‬
‫ِإِل‬
‫اذَّل ِ ْي َن َس َب ُق ْواَن اِب ْ يْ َم ِان َو َال جَت ْ َع ْل ىِف ُقلُ ْو ِبنَا ِغ ًّال ِلذَّل ِ ْي َن‬
‫ِ‬ ‫ِإل‬
‫َا َمنُ ْوا َربَّنَا ن ََّك َرُؤ ْو ٌف َرحمْي ٌ‪.‬‬
‫ِإ‬
‫‪• MAYYIT PEREMPUAN‬‬

‫• َاللَّهُ َّم َال حَت ْ ِر ْمنَا َأ ْج َر َها َو َال تَ ْف ِتنَّا ب َ ْعدَ َها َوا ْغ ِف ْرلَنَا َولَهَا‬
‫َو ْخ َوا ِننَا اذَّل ِ ْي َن َس َب ُق ْواَن اِب ْ يْ َم ِان َو َال جَت ْ َع ْل ىِف ُقلُ ْو ِبنَا ِغ ًّال‬
‫ِإل‬
‫ِلذَّل ِ ْي َن َا َمنُ ْوا َربَّنَا ن ََّك َرُؤ ْو ٌف َر ِحمْي ٌ‪.‬‬ ‫ِإِل‬
‫‪SHOLAWAT NABI‬‬

‫• َاللَّهُمَّ َص ِ ّل عَىَل َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّم ٍد َوعَىَل آ ِل َس ِ ّي ِداَن‬


‫ُم َح َّم ٍد‪ .‬اَمَك َص ل َّ ْي َت عَىَل َس ِ ّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ َوعَىَل آ ِل‬
‫ِإ‬
‫َس ِ ّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ ‪َ .‬واَب ِركْ عَىَل َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّم ٍد َوعَىَل آ ِل‬
‫ِإ‬
‫َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّم ٍد اَمَك اَب َر ْك َت عَىَل َس ِ ّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ َوعَىَل‬
‫ِإ‬
‫آ ِل َس ِ ّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ ىِف الْ َعال َ ِمنْي َ ن ََّك مَح ِ ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪.‬‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
D. MENGUBUR MAYYIT
• Setelah selesai disholati, mayyit sunnah segera dibawa ke pemakaman,
dengan posisi kepala berada di depan. Dipikul oleh laki-laki, makruh
hukumnya bagi perempuan ikut memikul. Sedangkan pengantar lebih
utama berjalan kaki di depan jenazah dengan jarak sekira menoleh ke
belakang masih bisa melihat jenazah.
• Bagi pengantar hendaknya tafakkur atas kematian, dan apa yang terjadi
setelah kematian. Namun apabila mereka berbicara urusan duniawi, maka
lebih baik berzikir. Pada umumnya zikir yang dibaca adalah kalimat: ‫اَل‬
ُ ‫ِا هَل َ ِا اَّل هللا‬
• Ketika mayyit sudah sampai di pemakaman, sunnah meletakkan keranda di
sebelah selatan.
Dalam menggali liang kubur ada dua macam:

a) Liang lahat (menggali dinding lubang kubur bagian barat ke bawah,


sekira cukup untuk membaringkan mayyit).

b) Liang cempuri (menggali bagian tengah kubur, kira-kira cukup untuk


membaringkan mayyit)

 Apabila tanahnya keras, maka yang lebih utama liang lahat. Namun bila
tanahnya gembur, maka lebih baik/disunnahkan liang cempuri.
• Setelah mayyit diletakkan di dasar liang, posisi mayyit dimiringkan ke
kanan dengan menghadap kiblat. Semua ikatan dilepas. Kain kafan pada
pipi mayyit sebelah kanan dibuka, kemudian pipinya ditempelkan ke
tanah. Agar posisi mayyit tetap menghadap ke arah kiblat, maka kepala,
punggung, dan kakinya diganjal dengan bantalan dari tanah. Selanjutnya
mayyit ditutup dengan papan, agar tubuhnya tidak langsung tertimbun
tanah.
HAL-HAL YANG BERKAITAN
DENGAN PEMAKAMAN
Ketika menurunkan mayyit ke dalam liang kubur, sunnah membaca:

َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬ ِ ‫هللا َوعَىَل ِمةَّل ِ َر ُس ْو ِل‬


ُ ‫هللا َصىَّل‬ ِ ‫ب ِْس ِم‬
Sunnah mengambil tanah kuburan yang kemudian dibacakan surat Al-
Qodr, kemudian tanahnya dimasukkan ke dalam liang kubur. Faidahnya
agar mayyit tidak disiksa di dalam kubur.
Bagi yang berada dipinggir kubur, disunnahkan mengambil tanah dari
arah kepala mayyit sebanyak tiga kali dengan kedua tangannya, seraya
membaca:
‫‪• Kerukan pertama membaca:‬‬

‫ِمهْن َا َخلَ ْقنَامُك ْ‪ ،‬الَّلهُ َّم لَ ِقّنْ ُه ِع ْندَ َم ْسَئةَل ٍ ُح َّج َت ُه‬
‫‪• Kerukan kedua membaca:‬‬

‫َو ِفهْي َا ن ُ ِع ْي ُدمُك ْ‪ ،‬الَّلهُ َّم ا ْفتَ ْح َأبْ َو َاب ال َّس َما ِء ِل ُر ْو ِح ِه‬
‫‪• Kerukan ketiga membaca:‬‬

‫َو ِمهْن َا خُن ْ ِر ُجمُك ْ اَت َر ًة ُأ ْخ َرى‪ ،‬اللَّهُ َّم َج ِاف ااْل َ ْر َض‬
‫َع ْن َج ْن ِب ِه‬
• Setelah mayyit dimasukkan liang kubur (sebelum diuruk)
sebagian ulama berpendapat, sunnah diadzani dan
diiqomati. Hal itu karena diqiyaskan saat dilahirkan ke
dunia di sambut dengan adzan dan iqomah, demikian
juga sebaliknya ketika meninggalkan dunia ini dilepas
dengan adzan dan iqomah.
• Setelah mayyit selesai dikubur, sunnah untuk meletakkan
pelepah kurma yang masih segar atau bunga yang harum
semerbak. Begitu juga sunnah meletakkan
tanda/patok/nisan.
• Kemudian mayyit yang sudah baligh, sunnah dibacakan
talqin.
• Haram satu liang kubur digunakan mengubur dua orang mayyit
yang berlainan jenis, kecuali suami istri, atau ada hubungan
mahrom, maka hukumnya makruh. Hukum ini berlaku selama
tidak ada hajat, kalau yang meninggal orang banyak sementara
pemakaman sempit maka boleh.
• Seseorang yang mati di tengah lautan, maka boleh dikubur
dengan menenggelamkannya ke dalam laut dengan cara
memberi beban pada tubuh mayyit agar tidak terapung.
• Haram membangun makam dengan bentuk permanen, kecuali
tanah tersebut milik pribadi. Sebagian ulama berpendapat,
maqom nabi, orang mati syahid, dan orang sholih boleh
dibangun, agar diziarahi dan diambil berkahnya.
• Makruh menginjak atau duduk di atas makam orang Islam,
kecuali darurat.
‫جزامك هللا خري اجلزاء‬
‫والسالم عليمك ورمحة هللا وبركته‬

Anda mungkin juga menyukai