Anda di halaman 1dari 10

TEORI MANAJEMEN LOGISTIK

UNTUK: ANT.I dan ATT.I


B. Perkembangan pelayanan jasa Logistik
1.Perkembangan sistem Transportasi Darat,Laut,Udara
a. Mulai 2005 perusahaan Logistik Internasional banyak berpe-
ran di Indonesia: APL Log.,CEVA,DHL, Evergreen,Federal Exp,
Gading Sari Av.,UPS. Juga asosiasi Perus. Nasional:Asperindo,
Asdeki, Gafeksi, ALI (Asos.Log.Ind.),Organda, ACRB (Air Cgo)

b. Juga Per.Pelay.Samudera dalam Global Liner: APL,NOL,Cosco,


Dongnama,Evergreen, Hanjin,M.L., NYK, TSK,Mitsui O.L. juga
bekerjasama dengan Sub Contractornya, dalam S.C.M.
c. Perus. Penerb,juga :S’pore A.L.,JAL,KLM juga sbg.pelayn.Log.
d. Pemerintah juga mendukung dengan SISTRANAS,SISLOGNAS
yg juga dijabarkan untuk tiap daerah dgn SISTRAWIL.
e. Pelabuhan laut kelas internasional perlancar pelayanan Log.:
S’pore,Malaysia, Hongkong, Amsterdam dll.
f. Fasilitas penunjang Log. disediakan di pel. Udara : S’pore,
Hongkong, Tokyo, Amsterdam, New York, Los Angeles.
g. Asosiasi para Fr.Fwd.:FIATA (di Zurich), juga berperan aktip,:
Schenker, DHL, Hellman, Panalpina, Nippon Express, UPS, dll.
2. Perkembangan Logistik Bisnis
a. Sesuai yang sudah dijelaskan diatas bahwa Sistem Logistik berkembang
terus. Zaman dulu masih ada keterbatasan sistem pergerakan dan sis-
tem penyimpanan, umumnya menghambat perpindahan / pengiriman pro-
duk/barang. Maka berarti sangat dibutuhkan adanya sistem logistik.
Dalam Logsitik juga tentu dibutuhkan pengetahuan bidang Pemasaran,
Keuangan, Produksi, Efisiennya Biaya dsb. sehingga akhirnya Logistik
menjadi ajang Bisnis . Berbagai bentuk usaha untuk meningkatkan hasil
bisnis, sehingga timbul berbagai jenis persaingan. Itulah makanya
akan dijelaskan, timbulnya beberapa permasalahan dan fenomena dari
bisnis logistik . Demikian juga sesuai timbulnya persaingan global,maka
setiap bisnis logistik berusaha untuk ditingkatkan, Maka nanti akan
dijelaskan juga , perkembangan bisnis logistik dalam hal Perkembangan
Logistik Terpadu dan Supply Chain Management.
b. Sebagai pendahuluan perlu dijelaskan juga bahwa untuk Perusahaan
Pelayaran juga, terutama Perusahaan Pelayaran besar yang jumlah
kapalnya juga banyak, pasti membutuhkan jumlah muatan yang banyak
pula. Maka mereka telah bekerja sama atau menunjuk sub kontraktor-
nya untuk menangani seluruh proses logistik angkutan muatan, untuk
menangani bidang Pemasaran Muatan, kerjasama dengan EMKL (JPT ke-
las C), juga berkoordinasi dengan Perusahaan Bongkar/Muat, dan bila
perlu memakai Brokerage Muatan atau bekerjasama dengan para Agen
Perusahaan Pelayaran. Hal ini juga telah disetujui dalam ICC, dengan
menggunakan dokumen Combidoc dari BIMCO.
C. Permasalahan dan Fenomena Logistik Nasional
Prestasi Logistik Nasional (Lognas) masih dibawah negara lain di ASEAN
maka beberapa peraturan Nasional/Internasional perlu di terapkan, a.l.:
KM.15/1997 (Sistranas), KM.56/1997 (Sistrawil), UU.17/2008 ( Pelaya-
ran ), PP.61/2009 ( Kepelabuhanan), RPJP,Sislognas,dll, terkait proses
angkutan: IMDG Code,ISM.Code,dll.
Di kawasan ASEAN saja, Logistik Nasional masih dibawah: S’pore,
Thailand dan Malaysia. Beberapa Fenomena Lognas , a.l.:
1. Tingkat Peringkat dan Biaya Logistik di Indonesia :
a. Tingkat Global Competitiveness Index (GCI) daya saing global menu-
rut World Economic Forum thn.2009, Indonesia di posisi 54 dari
131 negara (S’pore prkt.7, Malaysia: 21,Thailand:28, China: 29).
b. Tingkat Logistics Performance Index ( LPI ) Kinerja Logistik, menu-
rut World Bank Bank thn.2009, Indonesia di posisi ke 53 dari 150
negara ( S’pore posisi ke 6 , Malaysia: ke 23, China: ke 27)
c. Tingkat Domestic Logistics Cost (DLC), menurut World Bank th.2009,
Indonesia posisi ke 92 dari 150 negara yang telah disurvey
d. Biaya Log. 30 % harga barang, di negara lain : 10%-15% dari harga
barangnya, karena Indonesia negara kepulauan ( biaya antar pulau)
Hasil survey, rendahnya kinerja logistik nasional, karena a.l. :
a. Lama waktu pelayanan ekspor/impor dan hambatan operasi
b. Kuantitas/Kualitas infrastruktur masih perlu ditingkatkan
c. Ada pungutan tidak resmi  ekonomi biaya tinggi
d. Disparitas harga di daerah: terpencil, perbatasan, terluar.
e. Kapasitas dan jaringan pelayanan jasa lognas terbatas
f. Stock masih langka  fluktuasi harga saat hari raya.
g. Sarana prasarana logistik kurang memperlancar arus barang
h. Human Capital belum memenuhi persyaratan optimal
i. Biaya logistik tinggi karena angkutan antar pulau

2. Tingkat Efisiensi dalam Transportasi Laut :


a. Kinerja Pelabuhan efisiensinya rendah (Kemendag 17/8-2009)
1) Ef. Tinggi: S’pore, H.k.,USA, Kanada,Japan,New Z.,Australia.
2) Ef. Menengah: Malaysia, Taiwan,Thailand,Chilie,Mexico
3) Ef. Rendah: Rusia,China,Indonesia,Peru,Philipina,Vietnam.
b. Biaya / beban Transportasi tinggi :
1) Indonesia negara kepulauan, maka biaya tinggi, hal ini akan mempe-
ngaruhi harga menjadi tinggi tinggi, sehingga dapat mengakibatkan
barang yang diekspor kurang kompetitif harga jual di Luar Negeri,
bisa berdampak volume ekspor berkurang. Hal ini yang mempenga-
ruhi juga melemahnya kurs.
2) Prasarana Transp.(dermaga,jalan raya,terminal CY) kurang

3) Sarana : gudang,moda transp.,SIM, perlu dikembangkan

4) Dermaga Pelabuhan banyak kongestiBiaya tinggiFreight


tinggi, tidak kompetitif. Di Pelab.sibuk dan prosedur B&C per
lu direvisiDwelling Time tinggi, juga berdampak biaya

5) Sesuai prinsip ekonomi : Biaya operasi tinggi harga tinggi


Juga Pelayaran kalau dibebani biaya tinggi Freight tinggi
Maka untuk barang export,harga di luar negeri tinggidapat
menurunkan volume ekspor. Untuk barang Import, didalam
negeri harga tinggi, belum lagi biaya logistik yang tinggi.

6) Jumlah kapal nasional kurang Muatan exp./Imp.hanya 5%


diangkut kapal Nasional, 95 % diangkut kapal asing  bayar
Freight kekapal asing US$ 18 mly – US$ 20 mly per tahun
Maka RAPBN untuk TOL laut, meng up-grade 24 pelabuhan ,ka-
rena terjadi kongesti ( sebagian dari Rp.700 triliun (rencana ?)
realisasinya s/d 2019 baru 10 % ( hanya di Tg. Priok,sebagian)
3. Permasalahan Angkutan Laut lainnya
a. SK.Men.Keu no. 527/KMK.03/2003, Jasa Angkutan Umum tidak kena PPN,
tapi Angsuspel tetap kena PPN, maka pada bulan Maret 2006, terjadi
stop Operasi ribuan Angkutan P.K. di Tg. Priok / Tg.Emas/ Perak dan
Belawan. Akibatnya saat itu kerugian per hari mencapai Rp.200 milyar
( Kapal, PBM, Cargo Owner dan sarana angkutan laut lainnya mogok).
Akhirnya Pemerintah merevisi Keppres 4/1996. sehingga ada pembebasan
PPN untuk: Impor Kapal, pengadaan Spare Parts kapal, Sewa Kapal, Jasa
Pelabuhan dan Angsuspel lainnya.
b. Usaha Angkutan Laut umumnya perlu Investasi besar tapi Labanya umum-
nya kecil . Di Malaysia agar terangsang untuk Investasi bidang Pelayaran
tidak hanya pembebasan beberapa PPN tapi untuk Perusahaan Pelayaran
diberi keringanan dalam pembayaran Pajak Badan / pajak Usaha (pajak
terhadap Laba sebelum Pajak) PPH pasal 21, kurs dan bunga Bank ,dsb.
Maka di Malaysia, MDF(Maritime Dependance Factor terhadap GDP)keter
gantungan PDB dari hasil maritim mencapai 74 %, Di Indonesia 22%)
c, High Cost Economy pada sistem logistik nasional, hal tersebut tentu saja
berdampak tingginya biaya operasi Pelayaran dan biaya di Pelabuhan.
d. Congesty di Pelabuhan juga mengakibatkan Biaya Tetap Kapal
tinggi. Walaupun sudah ada alternatip Inland Clearance Depot
Cikarang, dijalan macet ,kapal delay (alternatif melalui rel K.A.
Program TOL Laut, terutama pengembangan 24 Pelabuhan sa-
ngat dibutuhkan. Tapi realisasi dari Rp.700 trilyun APBN, baru
10 % yang terealisasi.
e. Merak–Bakauhuni juga sering antri a.l.: Kpl Docking, 7 kpl.11-20 th.
18 kpl : 21-30 th .
Akibatnya distribusi barang lambat, Pengusaha angkutan rugi,komo-
diti rusak,toko tutup,harga barang tinggi. Perlu diatur keseimbangan
Supply / Demand : Demand sudah besar , tapi kebijakan Supply
perlu, antara lain: Revisi sistem operasi (jadual, PMS), Penambahan
armada/kapal, dan Penambahan Dermaga
4. Fenomena BBM, Sudah diterangkan bahwa berbagai usaha menang-
gulangi BBM: Mengurangi subsidi APBN dgn. Bio Diesel, Kekurangan
BBM (Crude Oil, butuh 1,4 juta barrel/hari, yang tersedia hanya 1 juta
barrel/hari), maka atas usulan DPR telah di Impor melalui subsidi Pe-
merintah (APBN). Pemerintah ikut mengatur harga, juga mengatur yg
bisa atau yg tidak bisa pakai BBM bersubsidi. Sesuai prinsip Logistik
yg penting harus diatur Supply tepat waktu,tepat tempat/jumlah/kuali-
tas (Pernah ada yg harganya=2 x harga normal, karena lambat supply)
5. Penyelenggara Logistik, kegiatan kritis,Kebijakan Logistik
a. Organisasi Penyelenggara proses logistik (Logistics Providers):
1) Manufaktur : Pabrik/Industri pembuat barang
2) Non Manufacture= perusahaan yg memproduksi jasa, misal-
perusahaan jasa transportasi , jasa penyimpanan dsb.
3) Profit making: perusahaan mencari Laba Usaha
4) Non profit making : Lembaga vital tapi tidak mencari keun-
tungan, misalnya Lembaga Negara, Kelurahan, Kementerian
Perhubungan, dsb.
b. Ada 4 kegiatan kritis dalam proses logistik: 1) Pengadaan/Pur-
chasing, Penyimpanan, Penanganan Material 4) Distribution.
Hal tersebut harus mendapat perhatian berlebih dalam proses
logistik, karena bisa menurunkan prestasi Logistik
c. Ada 2 kebijakan penting dalam Manajemen Logsitik
1) Perhatikan Prestasi Logistik :
a) Aviability : Kemampuan memenuhi kebutuhan material
atau produk yang baik dan tepat waktu/tempat/kualitas
b) Capability: Mampu mengantarkan cepat
c) Quality, dapat melksanakan logidtik dengan baik
2) Perhatikan biaya tetap efisien, walaupun harus memenuhi
prestasi Aviability,Capability dan Quality.
6. PENGARUH FENOMENA LOGISTIK TERHADAP BIAYA
a. Fenomena Log.  Biaya Tinggi pada Perus. Pelay., Pelab. dll.
1) Karena barang perlu diangkut antar pulau, maka biaya logistik juga tinggi.
Demikian juga sampai saat ini sering terjadi kongesti di beberapa pelabuhan
bahkan di pelabuhan-pelabuhan utama, juga mempertinggi biaya logistik
2) Fenomena Logistik  Biaya Operasional tinggi (transp, CY, Gd. dll)
3) Juga Per. Pelay. bersepakat Freight tinggi, walau Perfect Competition.
3) Dampaknya Pemilik Muatan juga naikkan harga jual barang, karena freight naik
5) Harga jual barang impor di D.N. tinggi, juga harga jual barang expor di luar
negeri tinggi  Permintaan barang export menurun.
b. Sesuai Ilmu Eklonomi Makro :
Nilai Expor (FOB ) US$……….
Nilai Impor (CFR) US$………. _
Neraca Perdagangan US$………. (Total masih positip, kecuali thd.RRT)
*Jasa (bersih) US$………. _
Neraca Transaksi Berjalan US$……….
Ket.: *Jasa termasuk Freight yg dibayarkan ke kapal asing jauh lebih besar dibanding
yang diterima kapal nasional, maka nilai jasa menjadi pengurang . Dulu tahun
1994-1997, malah sempat Neraca Transaksi Berjalan negatif. Alhamdulillah saat
ini N.T.B tersebut sudah positip. Dari NTB ini masih dikurangi lagi Neraca pem
bayaran karena kita juga masih mempunyai hutang ke luar negeri, dan bila pem-
bayaran keluar negeri meningkat maka berarti sisanya,yang disebut Cadangan
Devisa menurun  hal inilah yang sangat mempengaruhi nilai kurs melemah.
Kurs juga dipengaruhi Inflasi, tingkat bunga,Income dll.

Anda mungkin juga menyukai