PELAYARAN
UNTUK PROGRAM DIKLAT ANT/ATT I
DISUNTING OLEH:
Capt. Iskandar Zulkarnain M.Mar.
(BATAM)
2023
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : INTRODUCTION TO MARITIME ECONOMICS
BAB III : PERDAGANGAN SEBAGAI “ PROMOTING
SECTOR”
BAB IV : SISTEM INFORMASI MUATAN
BAB V : ANGKUTAN LAUT SEBAGAI “ SERVICING
SECTOR”
BAB VI : KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN
PELAYARAN
BAB VII : SISTEM CONTAINER
BAB VIII : PERANAN PELABUHAN PADA ANGKUTAN
LAUT
BAB IX : CAPITAL COST OF MARITIME TRANSPORT
CONTOH PERHITUNGAN
DAFTAR ISTILAH
JARINGAN PERDAGANGAN DUNIA MELALUI LAUT
BAB I :PENDAHULUAN
• Didalam IMO (INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION)
Model Course 7.01 untuk Master dan Chief Mate,
direkomendasikan bahwa materi pembelajaran bagi para
Nakhoda dan Mualim I perlu ditambahkan tentang “SHIPPING
ECONOMICS”.
• Bahan pustaka yang kami gunakan adalah
1. Maritime Economics, Professor Ma Shuo- World Maritime
University- MALMOE – 2007
2. Maritime Economics,Stopford M. Unwin Hyman Ltd, London
1997
3. Ekonomi Pelayaran, Engkos Kosasih SE,MM dan Capt
R.M. Situmorang SE,MM – BP3IP Jakarta 2004
• Ditambah pengalaman empiris selama tugas berlayar 12 tahun
sebagai Perwira kapal-kapal P.T. Djakarta Lloyd dan tugas
belajar pada Maritime Post Graduate Studies IMTA Den Helder
- The Netherlands.
MENGAPA PARA NAKHODA DAN PARA PERWIRA
PERLU MEMAHAMI TENTANG EKONOMI
PELAYARAN ?
• Perlu disadari bahwa sektor Perdagangan adalah
“PROMOTING SECTOR”, sementara angkutan laut
menjadi “ SERVICING SECTOR”, yang melayani
perdagangan itu.
• Pada “United Nations Conference on trade and
development” diperoleh fakta bahwa angkutan laut
mengangkut lebih 90 % atau 24.589 milyar ton per
tahun dari kegiatan perdagangan dunia dan gambaran
ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Sebagai
konsekuensi “safety and efficiency” merupakan dua sisi
coin yang saling berkaitan.
NAKHODA DAN PARA
PERWIRA KAPAL
1. Pada gilirannya para Nakhoda dan para perwira kapal khususnya di tingkat
tangggung jawab manajemen, dituntut untuk memahami tugas pokok dan
fungsinya masing-masing.
2. Sebagai ilustrasi, sebuah kapal semi container yang berangkat dari Jakarta
untuk memuat “Deli Tobacco” di Belawan tujuan Bremen, manakala kapal
tertunda berangkat dari Jakarta karena seorang perwira terlambat kembali
kekapal, dampaknya bukan hanya kepada masalah navigasi dan lainnya, tetapi
juga aspek kepercayaan pelanggan termasuk faktor ekonomi.
3. Ketika kapal di Belawan harus berlabuh jangkar 1 hari, karena menunggu
dermaga yang ditempati kapal lain (port congestion), masuk Suez Canal
terlambat convoy Northbound dari Port Taufic ke Port Said, dan setibanya kapal di
Weser Pilot untuk masuk sungai Weser lelang tembakau sudah berlangsung di
Bremen. Kapal terlambat, Shipper sangat dirugikan serta tidak percaya dan mau
lagi menggunakan Carrier tersebut, artinya kita kehilangan Customer , hanya oleh
sebab kecil yaitu keterlambatan perwira kembali ke kapal di Jakarta.
NAKHODA DAN PARA
PERWIRA KAPAL
4. Pada dasarnya pengangkutan barang melalui laut
mempunyai prinsip utama, dimana muatan dapat diserahkan
di pelabuhan tujuan tepat waktu dan dalam keadaan baik,
sebagaimana pada waktu dimuat di pelabuhan muat.
5. Manakala muatan dibongkar dalam keadaan rusak,
kurang atau hilang Consignee dapat mengajukan tuntutan
gantirugi (claim)
6. Mengingat resiko terhadap muatan cukup besar serta
melibatkan banyak pihak , maka penanganannya baik di
pelabuhan maupun selama pelayaran harus dilakukan
dengan baik dan benar.
SHIPPING SEBAGAI INDUSTRI
MARITIM
1. Shipping is “a detail industry”, not only in the many tasks
involved, but in the amount of information essential to carrying
out those tasks
2. It is also “ an industry in which the responsibility plays a
large part and this demand regulation”, although the basics
of regulation are provided by governments and some industrial
institutes, there is still a need for much self regulation in the
detail by the ship owner
3. It is also “a commercial industry” and this demands control ,
not only of what is done but of what is spent
4. It is “ a human industry” in which the people in ships have an
unusual and vital role. The way in which they work and live
together has a large bearing on the success or failure of
shipping companies.
SHIPPING ECONOMICS(IMO
MODEL COURSE 7.01)
• It is recommended that, at the discretion of the
Administration, the subject of shipping economics
should be included in the course of studies for
master and chief mate. The objective is to make
trainees aware of economic considerations in ship
management and how sound operational practices can
contribute to the economic success of a voyage.
• The following general objectives provide guidance on
topics which could be included. Matters of national or
regional interest regarding local trade and the operation
of shipping should be incorporated where appropriate.
SHIPPING ECONOMICS IMO
MODEL COURSE 7.01 (1)
• Outlines the main world seaborne trade routes in various commodities.
• Describes the main features of the following trades:
Tramp or general traders
Liner
Specialized (tanker, container, timber products etc)
Passengers (cruising, ferries)
• Describes the structure and organization of
Tramp companies
Liner companies
Tanker companies
Passenger companies
• Describes the demand and supply for transport of dry bulk cargoes
SHIPPING ECONOMICS (2)
• Describes the nature of liner trades, the supply of ships, with reference
to conferences,consortia and cartels, and the demand of services
• Describes the demand for and the supply of tanker tonnage
• Describes the division of a shipping company between capital and
labour.
• Describes the operation of the freight market with reference to the price
elasticity of supply and demand
• Explains how freight rates vary :
- Under free competition
- Under monopolistic competition : conferences,cartels, pooling
arrangements ,etc.
• Describes fluctuations in the freight market
.
CARTELS
ECONOMICS CONCERNS :
1. The allocation of a society’s resources among
alternative uses and the distribution of the society’s
output among individuals and groups at a point in
time
2. The ways in which allocation and distribution change
over time
3. The efficiencies and inefficiencies of economics
system
MARITIME ECONOMICS (1)
ECONOMICS CAN ALSO BE BROADLY DIVIDED INTO
TWO BRANCHES : Micro economics and Macro
economics, the difference between them is at the level of
aggregation used.
1. MICROECONOMICS, deals with the determination of
prices and quantities in individual markets and with the
relations among these markets
2. MACROECONOMICS, focuses on much broader
aggregates by looking at e.g. total number of people
employed, the total national output and consumption,
the balanced of trade of a country, every level of
prices and its changes.
MARITIME ECONOMICS (2)
• One may also conclude that microeconomics is
about the economic questions (e.g. allocation
od resources), of an industry , a sector, a firm,
a family or a person, whilst macroeconomics is
about the economic decision of a country, or a
region or the world.
• MARITIME TRANSPORT IS IN
TRANSPORTATION SECTORS, MARITIME
ECONOMICS THEREFORE BELONGS TO
THE SCOPE OF MICROECONOMICS
MARITIME TRANSPORT
MARKET
• Literally, a market is a physical place where
commodities are sold and bought. However in a
modern and extended sense, a market can be
defined as an area over which buyers and
sellers negotiate the exchange of a well-defined
commodity.
• It must be possible for buyers and sellers to
communicate with each other and to make
meaningful deals over the whole market.
PERKEMBANGAN INDUSTRI PELAYARAN
Sumber : Koji Sekimizu (Secretary General of IMO) on 7th Japan Maritime Forum, Tokyo 2010.
GATT =
General Agreement on
Tariffs and Trade
Mulai 1947
24
KEUNTUNGAN EKONOMI SUEZ
CANAL DAN PANAMA CANAL
1. SUEZ CANAL
Panjang perairan 101 mil menghubungkan Port Suez di Red Sea dan Port
Said di Mediterannean Sea, dibuka tahun 1869 ditutup pada waktu perang
dan dibuka kembali pada tahun 1975.
Dibandingkan jika melalui Cape Town (Afrika Selatan) penghematan jarak
dan Suez Canal bisa dilalui VLCC (ballast) sampai dengan 150.000 ton
DWT.
Route Via Cape Via Suez Penghematan
Pada tahun 2010, terdapat 5 kapal melalui Northern Sea Route dan 18
kapal melalui Northwest passage, sementara 1 kapal berlayar
“Circumpolar”
RECENT INTERNATIONAL
RULE DEVELOPMENT
• THE ICE CLASS RULES – GERMANISCHER
LLOYD, 9 SEPTEMBER 2011.
• DEVELOPMENT MILESTONES AND GL
(GERMANISHER LLOYD) CONTRIBUTION
• IMO GUIDELINES FOR SHIPS OPERATING IN
POLAR WATERS
• IACS ( INTERNATIONAL ASSOCIATION OF
CLASSIFICATION SOCIETIES) UNIFIED
REQUIREMENTS FOR POLAR CLASS SHIPS
BAB III : PERDAGANGAN
SEBAGAI PROMOTING SECTOR
MUATAN KAPAL TERDIRI DARI :
1. General cargo (dikapalkan kurang dari 2000-3000 ton dengan kapal
jenis multi purpose, Containers, RORO)
Loose cargo, containerized cargo, palletized cargo, pre-slung
cargo, liquid, refrigerated cargo, heavy and awk work loads.
IMO ISO
Classification Marine
Society Insurance
RATIFIKASI
INDONESIA
1. United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)
1982 diratifikasi berdasarkan U.U. no 17 tahun 1985
2. International Labour Organization (ILO) Convention no 185
concerning revising the Seafarer’s Identity Document
Convention,1958 diratifikasi berdasarkan U.U. no 1 tahun 2008
3. International Convention on Safety of Life At Sea (SOLAS)
1974 diratifikasi berdasarkan Keppres no 65 tahun 1980
4. International Convention on Standards of Training, Certification
and Watch keeping for Seafarers (STCW) 1978 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Amandemen 2010, diratifikasi
berdasarkan Keppres no 60 tahun 1986
5. International Convention on Marine Pollution Prevention 1973
Protocol 1978 diratifikasi berdasarkan Keppres no 46 tahun
1986
KONVENSI UNCTAD
(UNITED NATIONS CONFERENCE ON
TRADE AND DEVELOPMENT)
2. SUPPLY
a. Word fleet
b. Ship building output
c. Scrapping & losses
d. Fleet performance
e. Operating environment
PETA KEKUATAN ARMADA
DUNIA(2010)
1. BULK CARGO
a. Oil tanker diatas 60.000 DWT (39%)
b. Combined carriers ( 6%)
c. Bulk carriers diatas 40.000 DWT (23%)
d. Type kapal lain (32%)
1 USA 11 10
2 JEPANG 17 3
3 EROPA 35 17
4 Negara maju lainnya 4 13
5 Amerika Latin 5 13
6 AFRIKA 6 11
7 Timur Tengah 7 16
8 ASIA 12 10
Faktor ketergantungan terhadap
industri maritim
Besarnya peranan industri maritim dalam ekonomi
suatu negara dapat dinyatakan dengan 2 (dua)
kriteria, yaitu “ Ukuran Perdagangan luar negeri
(seaborne trade in value)” negara itu, dan
perdagangan regional (GDP), dengan rumus sebagai
berikut:
3. Pengangkutan PENUMPANG
Resiko kerugian penumpang misalnya kecelakaan di kapal yang
menyebabkan cidera atau kematian , hal ini mewajibkan pengangkut
memberikan pertanggungan jawab atau ganti rugi sesuai dengan
syarat-syarat dalam pengangkutan penumpang.
4. Kecelakaan crew
Resiko kecelakaan crew berupa biaya pengobatan, apabila sampai
terjadi kematian akan menimbulkan biaya pengurusan jenazah,
santunan pada ahli waris, disamping kerugian lainnya seperti operasi
kapal yang tertunda.
5. Pencemaran
Sanksi-sanksi dari pemerintah negara yang dikunjungi jika terjadi
pencemaran di laut atau di pelabuhan yang disebabkan oleh kebocoron
tangki atau pembuangan limbah/sampah/kotoran yang dapat
menimbulkan polusi di wilayah suatu negara.
BAB V : ANGKUTAN LAUT SEBAGAI
SERVICING SECTOR
PENGERTIAN
1. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di
perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta
perlindungan lingkungan maritim
2. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan
kepulauan dan perairan pedalamannya.
3. Angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau
memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan
kapal.
4. Angkutan laut khusus adalah kegiatan angkutan untuk melayani
kepentingan usaha sendiri dalam menunjang usaha pokoknya
5. Angkutan laut pelayaran rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat
tradisional dan mempunyai karakteristik tersendiri untuk
melaksanakan angkutan di perairan dengan menggunakan kapal
layar, kapal layar bermotor, dan/atau kapal motor sederhana
berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu.
ANGKUTAN LAUT SEBAGAI
SERVICING SECTOR
6. Pelayaran Perintis adalah pelayanan angkutan di perairan pada
trayek-trayek yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk melayani
daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan
perairan karena belum memberikan manfaat komersial
7. Angkutan multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan
paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1
(satu) kontrak yang menggunakan dokumen angkutan multimoda
dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan
multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan
barang tersebut.
8. Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan
dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak
kapal dan kesehatan penumpang , status hukum kapal, manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan
manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.
ANGKUTAN DI PERAIRAN
JENIS ANGKUTAN DI PERAIRAN TERDIRI ATAS
1. ANGKUTAN LAUT
a. Angkutan laut dalam negeri, dilakukan oleh perusahaan
angkutan nasional dgn kapal Indonesia dan awak kapal WNI
b. Angkutan laut luar negeri,angkutan laut dari dan ke luar negeri
dilakukan perusahaan angkutan laut nasional dan asing dengan
kapal bendera Indonesia dan/atau asing
c. Angkuatn laut khusus, dilakukan oleh badan usaha untuk
menunjang usaha pokok untuk kepentingan sendiri dengan
menggunakan kapal Indonesia dan awak kapal WNI
d. Angkutan laut pelayaran rakyat, usaha rakyat yang bersifat
tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di
perairan mempunyai peranan penting dan karakteristik
tersendiri. Dilakukan oleh orang perseorangan WNI atau badan
usaha dengan kapal Indonesia yang memenuhi persyaratan
kelaiklautan, diawaki oleh WNI.
ANGKUTAN DI PERAIRAN (2)
2. ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
a. Kegiatan ASD ( Angkutan Sungai dan Danau) didalam
negeri dilakukan oleh orang perseorangan WNI atau
badan usaha dengan menggunakan kapal
berbendera Indonesia serta diawaki oleh WNI
b. Kegiatan ASD antara negara Indonesia dan negara
tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara
Pemerintah RI dan Negara tetangga yang
bersangkutan
c. ASD yang dilakukan antara 2 negara hanya dapat
dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/atau
kapal berbendera negara yang bersangkutan.
ANGKUTAN DI PERAIRAN (3)
3. ANGKUTAN PENYEBERANGAN
a.AP (Angkutan Penyeberangan) didalam negeri
dilakukan oleh badan usaha dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia yang
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta
diawaki oleh awak kapal WNI
b.AP antara RI dan negara tetangga dilakukan
berdasarkan perjanjian antara RI dengan negara
yang bersangkutan.
c. AP yang dilakukan antara 2 negara hanya dapat
dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan
kapal berbendera negara yang bersangkutan
JENIS PERUSAHAAN PELAYARAN
1. BERDASARKAN WILAYAH
a. Pelayaran lokal: terbatas pada radius 200 mil di dalam satu
atau dua propinsi di Indonesia
b. Pelayaran pantai : meliputi seluruh wilayah perairan di
Indonesia, sering disebut pelayaran Interinsulair(Pelayaran
antar pulau Nusantara)
c. Pelayaran Samudera : Beroperasi di perairan Internasional
antara dua negara atau lebih membawa muatan impor/ekspor
d. Pelayaran rakyat : dengan kapal kecil mengangkut muatan dari
pedalaman yang tidak terjangkau kapal besar, dengan diberi
dispensasi oleh Pemerintah
e. Pelayaran Perintis : merupakan penugasan dari Pemerintah
untuk membuka trayek ke daerah minus
f. Pelayaran Cross trading : melayani angkutan antar negara di
luar negeri.
PERUSAHAAN PELAYARAN
2. BERDASARKAN SIFAT USAHA/OPERASI
a. Pelayaran tetap (Liner Service)
Jalur pelayaran tetap dan teratur, menyinggahi pelabuhan
yang telah ditetapkan sebelumnya dengan frekwensi yang
tetap dan memiliki “ sailing schedule” tertentu.
Jika shipper membatalkan suatu schedule tanpa mengganti
kapalnya, maka pemilik muatan yang telah “booking”bisa
menuntut ganti rugi , sebaliknya pemilik muatan yang
membatalkan bookingnya , wajib membayar “dead freight”.
Menawarkan “ freight rate” (daftar tarif) yang telah
ditetapkan dan berlaku umum,pada pelayaran Samudera
freight ditetapkan melalui Conference (ditetapkan bersama
dalam suatu Conference)
Perusahaan harus mempunyai peraturan dan syarat-
syarat, jika ada pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti
rugi
KEUNTUNGAN/KERUGIAN LINER
SERVICE
KEUNTUNGAN
1. Memenuhi kebutuhan pelanggan yang butuh liner service
2. Mempunyai pelanggan(customer) tetap
3. Mudah dilakukan perencanaan, kemungkinan untung rugi lebih
mudah diperhitungkan.
KERUGIAN
4. Liner membutuhkan organisasi yang besar, ada unit usaha, armada,
keuangan dan administrasi
5. Harus “ balanced trade” terutama untuk container, untuk mencegah
repositioning/shifting muatan
6. Harus mempunyai armada yang besar, misalnya untuk USA LINER
Service sedikitnya 5 kapal, yaitu 1 di USA dan 1 di Indonesia, 1
dalam pelayaran ke USA dan 1 pelayaran ke Indonesia, sementara 1
kapal Dock.
JENIS-JENIS LINER SERVICE
1. END TO END LINER SERVICE
Jenis ini paling sering dipakai di Afrika Timur dan Eropa
Barat
LINER SERVICE
2. HUB-SPOKE LINER SERVICE
Jenis ini untuk kegiatan transhipment, kapal tidak
perlu singgah di semua pelabuhan
LINER SERVICE
3. PENDULUM LINER SERVICE
Jenis ini merupakan gabungan dari dua End to End,
kapal melayani 2 atau 3 market
KONSEP PENDULUM
NUSANTARA
• Sebagai wacana, di Indonesia pernah ada konsep
angkutan laut Liner yang disebut”: PENDULUM
NUSANTARA” yang melayani angkutan
menggunakan kapak-kapal secara berkesinambungan
dari Sabang sampai Merauke
• Konsep ini didasari kepada keinginan luhur untuk
menyatukan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dimana route kapal diatur agar
angkutan kapal bergantian mengayun bagaikan
pendulum dari ujung barat ke ujung timur atau
sebaliknya.
LINER SERVICE
4. DOUBLE DIPPING LINER SERVICE
Jenis mencari keuntungan dengan cara menghubungkan
route”inter continental” dengan route “ regional trade”
LINER SERVICE
5. TRIANGLE LINER SERVICE
Merupakan gabungan dari 3 End to End service,
misalnya dari Asia Tenggara dan Australia serta Jepang
LINER SERVICE
6. ROUND THE WORLD LINER SERVICE
Melayani route Container dari Asia, North America dan Eropa, dari
pengalaman selama ini sangat menguntungkan .
ROUND THE WORLD SERVICE
• P.T. DJAKARTA LLOYD di tahun 1965an pernah
melayani pelayaran Round The World ini dengan K.M.
Djatimulia, kapal berlayar dari pelabuhan2 Asia
melalui Samudera Hindia via terusan Suez masuk
pelabuhan2 di Eropa Barat dan dilanjutkan melalui
Samudera Atlantik ke pelabuhan2 Pantai Timur USA
dan via terusan Panama masuk Samudera Pasifik ke
pelabuhan2 pantai Barat USA
• Sebagai perusahaan yang merupakan BUMN ( Badan
Usaha Milik Negara), kapal-kapal P.T. Djakarta Lloyd
melayani route ini sebagai “ kapal bendera” yang
membawa nama harum Indonesia.
PELAYARAN TRAMPER
b. Pelayaran tramper
1. Pelayaran bebas yang tidak terikat ketentuan formal,
tidak punya jalur tetap, kapal dapat berlayar kemana
saja.
2. Membawa muatan apa saja dan sering membawa
muatan sejenis (homogen)
3. Tidak punya jadual yang diumumkan sebelumnya
4. Syarat pengangkutan dan uang tambang (freight
rate) merupakan hasil permufakatan kedua belah
pihak.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
TRAMPER
KEUNTUNGAN
1. Hanya menyinggahi pelabuhan yang mempunyai muatan cukup
2. Kurangnya pelabuhan yang disinggahi, maka biaya pelabuhan
akan rendah
3. Organisasi perusahaan sederhana, yang penting ada unit
armada
KERUGIAN
4. Tidak mudah mendapatkan muatan karena tidak ada pelanggan
tetap
5. Ada kemungkinan berlayar dalam keadaan kosong menuju
pelabuhan muat atau tidak memperoleh muatan balik.
PELAYARAN KHUSUS
c. Pelayaran Khusus
1. Pelayaran yang tidak termasuk dalam LINER dan
TRAMPER, mengangkut barang khusus
2. Termasuk dalam pelayaran khusus
Pelayaran lepas pantai
Angkutan minyak atau LNG
Pelayaran wisata laut
Pelayaran khusus mengangkut barang industri
seperti angkutan pupuk, batubara, semen, log
dan lain-lain.
PELAYARAN FEEDER
d. PELAYARAN FEEDER
1.Feeder service adalah suatu pelayaran yang melayani
angkutan antara pelabuhan pedalaman dan pelabuhan
pengumpul
2.Pada umumnya feeder service merupakan LINER yang
secara teratur harus melayani MOTHER VESSEL
3.Jenis feeder service
DEDICATED feeder, kegiatannya hanya melayani mother
vessel tertentu atau feeder tersebut milik mother vessel
tertentu.
COMMON feeder, kegiatannya tidak terikat kepada
mother vessel tertentu, freight dari common feeder
merupakan komponen freight yang terpisah.
BERDASARKAN MUATANNYA
3. BERDASARKAN MUATANNYA
- Angkutan General cargo
- Angkutan Full Container /Semi
Container/RORO/LASH
- Angkutan Bulk cargo: liquid cargo dan dry cargo
- Angkutan ternak
- Angkutan Heavy Lift
- Angkutan barang dingin
- Angkutan mobil
- Angkutan penumpang
BAB VI. KEGIATAN USAHA
PERUSAHAAN PELAYARAN
1. USAHA POKOK PELAYARAN
Perusahaan mengoperasikan kapalnya sbb:
a. DI OPERASIKAN SENDIRI
Pemilik kapal menjadi operator kapal
menetapkan trayek, schedule, rencana produksi, crewing dan
pemeliharaan armada
memperoleh seluruh pendapatan freight dan membiayai biaya
operasi.
Bila kapal milik tidak cukup, dapat mencarter kapal pihak ketiga. Biaya
pengoperasian dibiayai oleh Perusahaan, sedangkan biaya tetap (fixed
cost) pembebanannya tergantung pada Bareboat charter atau Time
Charter
b. DISEWAKAN/DICHARTERKAN
Kepada pihak ketiga, dimana pemilik kapal akan menerima pendapatan
charter dan membiayai beberapa jenis biaya sesuai perjanjian charter (
Charter party)
KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN
c. KERJASAMA OPERASI ANTAR PERUSAHAAN
1). Consortium (Aliansi)
Suatu bentuk kerjasama antar beberapa perusahaan, masing2 anggota
consortium menyewakan kapalnya, lalu madsing2 anggota dapat
menyewa kembali sebagian ruangan untuk menempatkan sejumlah
Container jumlahnya sesuai “Slot allocation” Misalnya perusahaan A,B,C
dan D membentuk consortium, perusahaan A sharenya 20%, berarti A
dapat menempatkan muatannya kapal A,B,C dan D 20 % dari kapasitas
masing2 kapal. Jika kapasitas B 1000 Teus maka A dapat menempatkan
200 Teus dikapal B. Kapal B jika sharenya 30%, maka kapal B hanya bisa
mengisi 300 Teus.
2.) Operasi Underwing
Misalnya perusahaan A mempnuyai sejumlah muatan yang tidak
tertampung dikapalnya, perusahaan itu bisa memuatnya dikapal
perusahaan lain, dengan B/L perusahaan A dan untuk itu perusahaan A
mendapat komisi yang didasarkan % dari net freifgt, atau komisi dari
revenue ton atau komisi secara lumpsum per voyage.
KERJASAMA OPERASI
3). BENTUK KERJASAMA OPERASI LAINNYA
a. Kapal perusahaan A di charter perusahaan B, A diberi
kesempatan menempatkan sejumlah muatannya, persyaratan
B harus menunjuk A sebagai General Agent di negara asal A
b. Perusahaan A menyewa ruang kapal perusahaan B dgn cara
“space charter”,B harus menjunjuk A sebagai General Agent di
negara A, sebaliknya A menunjuk B sebagai General Agent
dinegara B
c. Kapal perusahaan A dioperasikan dan dibiayai oleh
perusahaan B, dengan “profit sharing” misalnya 60 : 40 atau
50 : 50.
d. Penyewaan kapal dengan “ hire purchase”, Perusahaan A
menyewakan kapalnya dengan “ bare boat charter”ke
perusahaan B dan setelah sekian tahun kapal tersebut
menjadi milik B
KERJASAMA OPERASI
e. Penyewaan kapal dengan “ sale and lease back”, misal
pembuatan kapal dibiayai oleh Bank A lalu bekerjasama
dengan B dimana B menjadi penyewa selama sekian
tahun , kemudian sisa harga kapal (nilai residu) dibeli
oleh perusahaan B atau digteruslkan dengan sewa
ditambah bunga.
f. FREIGHT CONFERENCE adalah persekutuan
perusahaan pelayaran samudra untuk bekerjasama
mengatur : - penetapan tarif angkutan samudera,
pembagian alokasi muatan diantara para anggota
conference, syarat2 dan perjanjian pengangkutan yang
dikehendaki untuk diterapkan dalam trayek pelayaran .
JASAGETRI
1. Pada tahun 70 an pada masa jayanya angkutan log
dari Indonesia ke Jepang/Korea ,dibuat pengaturan
penggabungan operasi beberapa perusahaan di
Indonesia yang disebut Jasagetri ( Jakarta Lloyd,
Samudera Indonesia, Gesuri Lloyd, Trikora Lloyd),
mereka hanya mengangkut muatan general cargo dari
Jepang ke Indonesia.
2. Sebaliknya kapal –kapal pengangkut kayu gelondong
hanya beroperasi mengangkut log ke Jepang, jadi
manakala mereka mengangkut general cargo dari
Jepang ke Indonesia, wajib menggunakan bendera
salah satu dari anggota Jasagetri tersebut.
USAHA KEAGENAN
2. USAHA KEAGENAN
Perusahaan pelayaran juga dapat bertindak sebagai Agent
perusahaan pelayaran lain,untuk melayani kapal2 nya :
a. Port Information, cargo prospect dan informasi lainnya
b. Ship husbanding( port&custom clearance, imigrasi, kesehatan
pelabuhan) dan mengurus surat2 /dokumen kapal.
c. Pengoperasian kapal (traffic,bunker, repair,maintenance, survey,
certification,pengawakan)
d. Berusaha memperoleh muatan sekaligus melaksanakan
handling muatan keluar/masuk
e. Melaksanakan freight collection,adm disbursement twermasujk
tanggung jawabnya(rekening koran/general statement of
account)
f. Melayani pemantauan petikemas milik principal
KOMISI AGEN
Untuk jasa2nya Agent mendapat komisi:
1. Call fee (fee untuk non komersial)
2. Booking commission, dan handling commission
untuk muatan
3. Komisi lainnya untuk freight collection, monitoring
container dsbnya.
Untuk 1) dan 2) sering diberikan secara lumpsum 4 – 5
% dari freight untuk muatan keluar (outward cargo) dan
2 - 2,5 % dari freight untuk muatan masuk (inward
cargo). Yang menjadi beban Agent adalah “overhead”,
sedangkan “sales cost” dan “ biaya disbursement
menjadi bedan Principal.
USAHA LAIN-LAIN
3. USAHA LAIN-LAIN
Usaha sampingan lain yang dapat dilakukan oleh
perusahaan, adalah:
a. Di anak perusahaan : usaha bongkar muat, usaha
perbengkelan kapal, usaha forwarding
b. Di Cabang2 dalam negeri: EMKL, Jasa
transportasi, Depo container, transhipment, sub
agency, penyewaan alat muat/bongkar, angkutan
bandar dan lainnya.
PENGELOLAAN KAPAL YANG
DIOPERASIKAN SENDIRI
1. Dimulai dengan cabang/agent mencari muatan
(canvassing)
2. Disetiap pelabuhan dilakukan hal yang sama, dengan
membayar biaya pelabuhan, biaya muat, biaya agent,
biaya container
3. Kapal disiapkan crew, pemeliharaan, perbekalan, asuransi
termasuk docking kapal dan bahan bakar
4. Sampai dipelabuhan tujuan muatan disampaikan kepada
consignee, biaya agent dan jika perlu biaya transhipment
5. Biaya untuk Kantor Pusat dan cabang
6. Pengelolaan bidang hukum, umum, personalia, penelitian
dan pengembangan, claim dan asuransi, pembinaan
hubungan eksternal
ORGANISASI PERUSAHAAN
PELAYARAN
1. Sistem Direktorat
Untuk Perusahaan Pelayaran yang mempunyai lebih dari 4000
orang, selain Direktur Utama dilengkapi dengan 4 Direktorat
a. Direktorat Armada
b. Direktorat Usaha/Operasi
c. Direktorat Keuangan
d. Direktorat Personalia/Umum
2. Sistem General Manajer
Seorang General Manager langsung membawahi Manajer
Pemasaran,. Operasi, Armada, Personalia,Keuangan dll
3. Perusahaan yang kapalnya di charterkan
Pada Time charter masalah perawatan, crew, asuransi ditangani
oleh pemilik kapal, maka organisasi armada harus kuat
ORGANISASI PERUSAHAAN
PELAYARAN
4. Perusahaan Pelayaran yang mencharter kapal
lain
Tidak diperlukan staf Armada tetapi organisasi
pemasaran, traffic, keuangan dan personalia
diperlukan staf yang cukup.
5. Perusahaan yang hanya menjadi Keagenan cukup
banyak, yang harus kuat adalah organisasi
Pemasaran dan Operasi sedangkan fungsi lainnya
cukup beberapa staf, untuk clearance dan pelayanan
kebutuhan kapal harus dilayani dengan baik.
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT ARMADA
1. Menyusun anggaran dan realisasi BTK ( Biaya Tetap Kapal)
2. Menetapkan “repair list” mengawasi docking , mengawasi repair,
survey dan maintenance, supply spare parts, stores/bunkers,
perbekalan
3. Menyelenggarakan survey oleh Biro Klasifikasi, Underwriter
surveyor, Keselamatan Kerja, Inspeksi Keselamatan Pelayaran
/Syahbandar, PSC ( Port State Control) dll
4. Mengurus sertifikat ( Classification maupun Statutory certificates),
dokumen kapal, kelaiklautan dan anti polusi.
5. Mengelola pengawakan, mutasi, kelengkapan dokumen, kenaikan
jabatan dan pangkat, diklat , jika perlu bekerjasama dengan Serikat
buruh
6. Mengurus asuransi kapal dan abknya , dokumen untuk proses
claim ( Statement of damage, Note of protest, Ship’s accident report ,
Average Mentioning form, Extract of Deck/Engine Log book, Survey
report, Bill of repair dsbnya)
DIREKTORAT ARMADA
7. Mengeluarkan Instruksi/Edaran yang menyangkut Armada
8. Memeriksa laporan2 dari kapal (Copy Log book, Kisah kapal,
Laporan kecelakaan dan kerusakan, Despatch report, Voyage
report, data Continuous survey list, Daftar Inventaris barang, Paint
report dll )
9. Mengatur implementasi ketentuan IMO (STCW dan ISM Code)
dengan SMS nya secara konsisten dengan DOC dan SMC
10.Koordinasi dengan bidang lain seperti Bidang Usaha / Operasi,
Keuangan, Umum / Personalia / Cabang / Agent serta pihak
eksternal lainnya, sehingga terpelihara operasi secara terpadu.
Pendapatan
3. Uang Charter Uang Charter Freight
milik kapal
Biaya kapal,
Penyusutan biaya crew,
4. Beban milik Semua biaya operasi
Asuransi depresiasi,
premi asuransi
Beban Semua biaya Biaya Variabel Ada despatch dan
5.
pencharter operasi Asuransi P & I demurage
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIATUR DALAM
PELAYARAN DAN DI PELABUHAN
4) Biaya tetap
- Biaya tetap kapal
- Beban Container(pemeliharaan/sewa)
- Premi asuransi (kapal, P& I)
- Beban penyusutan ( kapal dan kantor)
- Beban Overhead (gaji peg darat,telpon,air,listrik,
gedung dll)
- --------------------------------------------------------------------
- Total biaya tetap
5) Rugi/laba perusahaan = 3) – 4)
TUGAS UNIT PEMASARAN
1. Memberikan analisa potensi pasar (market analysis)
2. Mengumpulkan data pasar , menetapkan langkah
penjajagan dan strategi dalam meningkatkan “ market
share”
3. Memantau gerak arus barang (commodity movement)
serta mengikuti kebijakan ekonomi disetiap negara
yang menjadi wilayah pemasaran
4. Memperhitungkan faktor persaingan, tingkat freight,
perkembangan perdagangan pada trayek tersebut.
PELAKSANAAN MARKETING
Sebelum terjun ke pasar perlu analisa
1. Kekuatan pasar yang kita kuasai
2. Kekuatan pasar pesaing
3. Ruang lingkup para langganan, apakah pasar tersebut
merupakan kekuatan pelanggan kita
4. Tingkat uang tambang (freight)
5. Muatan yang menjadi “ Primadona”
6. Untuk muatan balik, perlu diselidiki jenis muatan yang
sedang dibutuhkan oleh pasar
Setelah diketahui kekuatan pasar kita, lalu disusun strategi
sesuai kebutuhan pasar. Ketepatan schedule, menjaga agar
muatan tidk rusak dan pelayanan yang baik perlu diperhatikan,
karena sangat berpengaruh terhadap pelanggan/citra
perusahaan.
CARGO BOOKING
• Cargo booking dilaporkan 3 minggu hingga 1 minggu
kapal tiba, biasanya “close booking” 2 hari sebelum
kapal tiba/sebelum muat, sehingga dapat dipastikan
jumlah muatan yang akan dimuat.
• Dalam menghadapi persaingan tajam, pemberian SX
(Sales cost langsung) sangat mempengaruhi
kesuksesan meraih muatan. Harus diatur mana yang
dapat diberikan langsung atau yang seizin Kantor
Pusat, sehingga tidak kaku tetapi terkontrol
PENENTUAN UANG TAMBANG
1. Imbalan jasa transportasi berupa uang tambang (freight), yaitu per ton
weight (berat) atau per ton measurement (volume)
2. Jika stowage factor (SF) kurang dari 40 cft/ton, digunakan per ton weight,
sebaliknya jika SF lebih dari 40 cft/ton, digunakan per measurement
weight.
3. Batas 40 cft/ton weight ini disebut Measurement ton
MC + IC + Os + Ls
TU = = Rp atau US$ per ton
Cs
BEBERAPA ISTILAH FREIGHT
1. Freight forward : freight dibayar dipelabuhan tujuan (jika tidak
disebutkan dibayar dimana)
2. Fright collect: freight dibayar dipelabuhan tujuan
3. Freight prepaid: dibayar dipelabuhan muat
4. Freight at risk: Jika kapal rusak dan muatan tidak sampai maka
freight tidak dibayar
5. Advanced freight: dalam voyage charter ada uang muka (20-25%),
sisanya mdibayar dipelabuhan tujuan
6. Gross freight: Freight tanpa potongan premi asuransi, bunga, komisi
7. Earned freight : Freight pasti dibayar walaupun barang tidak sampai
8. Distance freight: Penambahan freight karena kapal perlu pindah
tempat ( misal karena air beku)
9. Dead freight: Kalau penyewa kapal tidak memenuhi ruangan kapal
sesuai janjinya
10. Back freight: Jika carrier gagal menyerahkan muatan karena suatu
hal yang bukan kesalahan carrier, terpaksa muatan dibawa kembali .
Freight untuk Container
FREIGHT UNTUK CONTAINER
1. Tarif “BOX RATE” dengan tidak melihat isinya, berat atau
volumenya, dihitung per unit Container, tergantung dari
besarnya box , sebagai contoh :
Menurut data September 2002
Tarif ke USA 20’ = 2850 US $
40’ = 4050 US $
Tarif ke Eropa 20’ = 1900 US $
40’= 2500 US $
2. Tarif “FREIGHT TON”, berdasarkan volume artau berat
tergantung mana yang lebih menguntungkan, sebagai contoh :
Freight untuk Container
Sebuah container 20’ akan diisi muatan 20 karton,
masing2 beratnya 600 kg atau volume = 1,2 m3, tarif
freightnya per ton US $ 85,- atu per m3= US $ 55,-
Cara menentukan freightnya:
Bila diukur volume, freightnya= 20x1,2m3x US$55/m3=
US $ 1320,-
Bila diukur berat, freightnya= 20 x (600x1,016) x US $
85,-/ton = US $ 1004,- ( 1 L/T= 1016 kg)
Maka berdasarkan perhitungan diatas tarif petikemas
tersebut = US $ 1320,- perboxnya.
Freight berdasarkan pola
operasi
Muatan breakbulk sesuai Term of Shipment
1. Untuk Term Liner dimana Perusahaan Pelayaran bertanggung jawab
pembiayaannya from tackle di pelabuhan muat s/d tackle dipelabuhan
tujuan , maka dalam menentukan freight harus memperhitungkan
biaya STEVEDORING (muat& bongkar), tapi tidak perlu
memperhitungkan biaya Cargodoring, Receiviong/Delivery dan
Penumpukan, karena hal itu menjadi beban Shipper. Perlu
diperhatikan tarif dari pesaing, jangan lebih tinggi.
2. Untuk term of shipment (FIOST), biasanya pada pola usaha Tramper
atau Voyage charter, dimana biaya Stevedoring juga ditangani oleh
Pemilik muatan (cargo owner),tidak perlu diperhitungkan pada freight.
Freight berdasarkan pola
operasi
Agar tidak rugi perlum dicheck sbb :
(Total biaya operasi+ Laba)per voyage
Tarif UT = ----------------------------------------------------------
Ton/Teus muatan x mil (jarak) layar per voyage
Catatan : Untuk term LIFO dan FILO dapat di interpolasi dari butir 1)
dan 2) diatas.
Sehubungan dengan term of trade, Perusahaan pelayaran harus
tahu kepada siapa penagihan freight. Misalnya untuk term Ex works
atau FOB, maka yang membayar freight adalsh Consignee atau
freight collect, kalau term C&F atau CIF, maka yg membayar freight
adalah Shipper atau Freight Prepaid (dibayar dipelabuhan muat).
Muatan dalam petikemas
1. Pada pola FCL (Full Container Load)
a. Jika CY-CY maka beban Terminal Handling Charge
THC) atau Cargodoring (Angkutan dari penumpukan /
CY ke samping kapal dipelabuhan muat atau sebaliknya
dari samping kapal ke CY dipelabuhan tujuan) ditambah
beban Stevedoring (muat & bongkar) menjadi beban
Perusahaan Pelayaran (Harus diperhitungkan dalam tarif
freight). Untuk biaya sewa container kosong biasanya
dari Shipper (SOC=Shipper Owned Container), namun
perlu diperhitungkan bila container kosong dari
Pers.pelayaran atau (COC= Carrier Owned Container).
Juga biaya penumpukan di CY, Receiving & Delivery
menjadi beban Shipper atau Freight Forwarding (jangan
diperhitungkan sebagai komponen freight)
Muatan dalam peti kemas
b. Untuk pola Tramper atau Voyage charter, seringb
pengapalannya dalam bentuk FIO (semua biaya
cargodoring atau THC dan stevedoring ditangani
langsung oleh cargo owner), sehingga freightnya hanya
kecil, belum lagi kalau container kosong dari Cargo
owner (SOC). Dalam suatu kasus freight dari Surabaya
ke Makassar dengan FIO dan container kosong SOC,
freightnya hanya Rp. 800.000,- per Teu, sedangkan
kalau FCL dengan CY to CY dan container kosong
COC freightnya mencapai Rp 2 juta/Teu.
c. Untuk penagihan / pembebanan freight apakah Shipper,
Consignee atau Freight Forwarding, perlu
memperhatikan Term of Tradenya (Incoterms 2000)
OWNERS REPRESENTATIVE
1. Perusahaan Pelayaran dapat menempatkan perwakilan di luar
negeri, biasanya mencakup wilayah kerja untuk beberapa negara
misalnya HAMBURG untuk negara2 Eropa, NEW YORK untuk
pelabuhan di pantai Barat atau pantai Timur Amerika
2. Cakupan kegiatan O/R hanya terbatas pada aspek administratif,
misalnya :
a. Memonitor kegiatan di negara2 yang berada diwilayahnya.
b. Memberikan informasi ke Pusat, tentang situasi perkembangan
ekonomi, perubahan peraturan dll
c. Mengawasi biaya2 yang dikelola para Agent
3. Tidak diperbolehkan menangani kegiatan operasional,spt
d. Canvassing/mencari muatan ke Shipper/Consignee/Freight
Forwarding
e. Mengurus handling muatan langsung pada PBM/EMKL
f. Menerbitkan dokumen muatan dan dokumen kapal
OWNER’S SURVEYOR
1. Ikut mengendalikan dan mengawasi survey, repair dan
maintenance yang diselenggarakan diatas kapal
2. Memantau dan evaluasi penyelenggaraan Planned
Maintenance System
3. Memantau masa berlakunya sertifikat2 Class, Sertifikat
Pemerintah dan DPNKK
4. Bila kapal docking, selama docking harus mengawasi
pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari yang
dsirencanakan.
5. Memantau dan mengawasi pelaksanaan dari permintaan kapal
mengenai survey, repair, maintenance, supply store dan spare
parts.
6. Melayani surveyor BiroKlasifikasi, DPNKK ( Keselamatan Kerja)
, Underwriter surveyor
7. Melaksanakan tugas lain dari Direktur Armada
BAB VII. SISTEM CONTAINER
Pengertian Container (peti kemas) ditinjau menurut pengamatan
dari darat dan dari kapal, adalah sebagai berikut :
a. Dry Port
Pelabuhan darat di pedalaman/hinterland berfungsi sama sekaligus
menunjang Pelabuhan laut yaitu memproses containerised cargo baik untuk
tujuan impor atau ekspor.
b. Angkutan Pedalaman
c. Intermodal Transport
1. CY dan CFS
a. CY (Container Yard)
Lapangan penumpukan Container yang akan dimuat di
bongkar ke/dari kapal.
CY dilengkapi dengan alat-alat muat/bongkar/susun Container
antara lain :
1) Gantry Cranes
2) Truck with Side Lift
3) Truck with Top Lift
4) Mobile Gantry Crans
5) Forklift Truck
6) Straddle Carrier
7) Three High Container Stacker
b. CFS ( Container Freight Station)
Tempat pengisian muatan ke dalam Container (Stuffing).
Container yang akan dikirim atau telah dimuati penuh di
gudang shipper (FCL) atau Container yang diturunkan dari
kapal dengan muatan tujuan satu Consignee(FCL) tidak
melalui CFS
-Deliverydi CFS
CFS -Stevedoring
-Trucking ke gudang
-Haulage full di CFS
-Lift off full di CFS
-Stripping di CFS
-Receiving di CFS
-Shifting MT
-Lift on MT
-Haulage ke MT Depo
-lIft off di MT Depo
Biaya gerakan Container Impor
2. Biaya Penanganan Container
a. Kondisi CY/FCL
IMPORTIR EKSPORTIR
1. Lift on full di CY 1. Lift on Empty di Depo/CY
2. Haulage full dari CY ke 2. Haulage MT dari Depo/CY
Gudang Importir ke Gudang Eksportir
3. Haulage MT dari Gudang 3. Haulage full dari Gudang
Importir ke Depo/CY Eksportir ke CY
4. Lift off Empty ke Depo/CY 4. Lift off full di CY
b. Kondisi CFS/LCL
IMPORTIR EKSPORTIR
Jenis B/L ini digunakan hanya bagi pengapalan FCL to FCL, baik yang diurus
oleh shipper sendiri (atau wakilnya) maupun yang dikerjakan oleh Freight
Forwarder, yang mengapalkan satu peti kemas FCL atau lebih.
Seperti yang telah diuraikan, Freight Forwarder yang mengerjakan Cargo
consolidation di luar pelabuhan (di Private CFS), mengubah
(mentransformasikan) muatan LCL menjadi FCL dan dia bertindak sebagai
shipper yang menerima Ocean B/L dari carrier, sementara shipper yang
sebenarnya justru tidak dilihat oleh carrier.
Jenis B/L ini digunakan bagi pengapalan LCL yang dibawa sendiri oleh
shipper ke kantor agen pengangkut, bukannya diserahkan kepada Freight
Forwarder di luar pelabuhan.
3) Combined Transport B/L
Jenis B/L ini digunakan bagi pengapalan Door to door Service, dalam mana
pengangkutan, dilaksanakan oleh beberapa perusahaan pengangkutan secara
terpadu, berdasarkan Multi-modal Transportation System dan Inter-modal
Transportation System dan di dalam pengangkutan itu hanya dikeluarkan satu
dokumen pengangkutan yaitu Combined Transport B/L tersebut dan pemilik
muatan hanya berhubungan dengan satu pengangkut.
Multi-modal Transportation System adalah sistem transportasi terpadu yang
melibatkan beberapa jenis sarana transportasi yang masing-masing
mempunyai ciri tersendiri, berbeda satu dari lainnya, sedangkan Inter-modal
Transportation System adalah sistem transportasi terpadu yang
diselenggarakan dalam keserasian, kecepatan dan akurasi kerjasama antara
satu sector carrier kepada sector carrier lainnya, dengan tujuan utama
kecepatan dan keselamatan perjalanan muatan.
1) General Manifest
Manifest ini mencantumkan keterangan tentang muatan berdasarkan
banyaknya B/L yang mempunyai pelabuhan pemuatan dan pelabuhan
tujuan berbeda-beda.
2) Special manifest
Yaitu manifest mengenai muatan berdasarkan B/L yang pelabuhan tujuannya
sama.
3) Provisional Manifest
5) Stowage Plan
Pada masa ini sistem leasing merupakan cara penggunaan peti kemas yang
terpenting dalam lalu lintas angkutan laut modern di seluruh dunia yang sudah
didominasi oleh sistem angkutan peti kemas.
Pada masa awal perkembangan sistem angkutan peti kemas memang terdapat
keengganan pada perusahaan-perusahaan pelayaran untuk memasukkan peti
kemasnya ke dalam pool pengelolaan peti kemas; perusahaan tersebut lebih
suka menggunakan peti kemas miliknya sendiri untuk pengangkutan yang
menggunakan kapal mereka.
Hal tersebut, yaitu : mengoperasikan peti kemas milik sendiri, lebih banyak
didasarkan kepada beberapa alasan atau pertimbangan sebagai berikut :
1) Adanya rasa kebanggaan pada perusahaan pelayaran bila menggunakan
peti kemas miliknya sendiri;
2) Kekawatiran tidak tersedianya peti kemas saat diperlukan dan keengganan
memberi kesempatan kepada saingannya untuk memperoleh keuntungan
dari penyediaan peti kemas bagi perusahaan pelayaran yang
memerlukannya;
3) Terdapat masalah kepemilikan, pembiayaan, asuransi dan kerugian yang
berkaitan dengan hal tersebut, kalau perusahaan pelayaran memanfaatkan
peti kemas milik perusahaan lainnya;
4) Pemeliharaan dan reparasi peti kemas pada saat dibutuhkan dapat
menimbulkan hambatan.
Peti kemas kosong yang diambil oleh eksportir untuk diisi barang ekspor
(stuffing) dan peti kemas impor yang di tarik dari Container Yard untuk di-
stripping di gudang importir tidak dikenakan sewa kalau peti kemas tersebut
berada di tangan eksportir atau importir selama 3 (tiga) hari.
Kalau peti kemas dikembalikan ke CY/DEC setelah tiga hari, maka eksportir
atau importir dikenakan sewa harian untuk waktu yang melebihi tiga hari.
Tata cara penyewaan dan penyelenggaraan peti kemas atas dasar persetujuan
Container Leasing Agreement antara Container Operator dengan Ocean
Carrier dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Lessor menyerahkan peti kemas kepada lessee dalam keadaan wear and
tear (dalam keadaan apa adanya) dan sebaliknya;
2. Lessee harus mengembalikan peti kemas dalam keadaan yang sama
melalui depo atau agen;
3. Sewa peti kemas dibayar atas dasar masa persewaan dikalikan
tarip sewa per hari, atau menurut perjanjian persewaan jangka
panjang;
4. Pembayaran sewa dilakukan 10 hari setelah diterimanya faktur
penagihan dan kalau terlambat akan dikenakan denda sesuai
ketentuan atau seperti disepakati oleh kedua belah pihak;
5. Biaya-biaya yang terkait antara lain biaya pengambilan dan biaya
pengembalian (pick up and or drop off charges) serta handling
charges menjadi tanggungan penyewa;
6. Bila terjadi kerusakan selama peti kemas berada di tangan lessee
dan sesuai hasil pemerikasaan surveyor, biaya perbaikannya
menjadi tanggungan lessee;
7. Sewa peti kemas dihitung sejak saat surveyor menyatakan bahwa
peti kemas berada dalam keadaan baik dan berakhir setelah peti
kemas diperiksa kembali oleh surveyor di depo atau agen atau
setelah selesai perbaikan, jika peti kemas mengalami kerusakan;.
8. Lessee berjani tak akan menggunakan peti kemas untuk
pengangkutan muatan cair atau muatan padat yang bersifat
corrosive sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada peti kemas,
kecuali jenis peti kemas tertentu.
9. Lessee bertanggung jawab mengganti peti kemas yang hilang (untuk
itu sebaiknya lessee menutup asuransi);
10.Lessee berjanji tidak akan mengubah konstruksi, nama ataupun
warna peti kemas karena alasan apapun;
11.Kalau lessee jatuh bangkrut, lessor akan menarik kembali peti
kemas yang disewakan kepada lessee tersebut;
12.Salah satu pihak dapat membatalkan perjanjian dengan memberikan
pemberitahuan 30 hari di muka, atau batalnya perjanjian berlaku
efektif setelah peti kemas diserahkan kembali ke depo atau agen
yang ditunjuk.
13.Kalau terjadi sengketa, selisih paham atau kekeliruan, diselesaikan
secara musyawarah; kalau mengalami kegagalan, dapat ditunjuk
seorang arbiter yang disetujui oleh kedua belah pihak.
BAB VIII .PERANAN PELABUHAN PADA
ANGKUTAN LAUT
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau
perairan dengan batas2 tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik/turun penumpang, dan/atau
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
( Ports are place where ships can anchor, berth , load and discharge
cargo, ports are also seen by many as the interface between sea
and land transport, ports have two basic functions on ship and cargo
side. However, even loading and discharging have long been widely
recognized as the major of ports, but the most fundamental function
of a port is to provide ships with a safe anchoring and berthing place.
In other words, ports are first of all built to accommodate ships).
Pelabuhan ditinjau dari
aspek kegiatan
1. Pelabuhan yang melayani
a. Angkutan laut, disebut pelabuhan laut
b. Angkutan sungai dan danau, disebut pelabuhan sungai dan
danau
c. Angkutan penyeberangan, disebut pelabuhan penyeberangan
2. Peranan pelabuhan sebagai
d. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya
e. Pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan
internasional
f. Tempat kegiatan alih moda transportasi
g. Penunjang kegiatan industri dan perdagangan
h. Tempat distribusi, konsolidasi dan produksi
Pelabuhan ditinjau dari
aspek kegiatan
3. Fungsi pelabuhan diarahkan pada pelayanan
a. Kegiatan pemerintahan
b. Kegiatan jasa kepelabuhan
c. Kegiatan jasa kawasan
d. Kegiatan penunjang pelabuhan
4. Pelabuhan diklasifikasikan dgn memperhatikan
e. Fasilitas pelabuhan
f. Operasional pelabuhan
g. Peran dan fungsi pelabuhan
5.Jenis pelabuhan terdiri dari
h. Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan
umum
i. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk kepentingan sendiri
guna menunjang kegiatan tertentu.
Pelabuhan ditinjau dari aspek
fasilitas
1. Fasilitas pokok
a. Fasilitas pokok : dermaga, Gudang Lini 1, lapangan
penumpukan Lini 1, terminal penumpang, terminal peti
kemas, terminal Ro-Ro, Fasilitas gudang untukl barang
berbahaya dan beracun (B3), Fasilitas penampungan dan
pengolahan limbah, Fasilitas bunker, Fasilitas pemadam
kebakaran, Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dan Sarana Bantu Nvigasi Pelayaran (SBNP)
b. Fasilitas penunjang : Kawasan perkantoran, Fasilitas pos
dan telekomunikasi, Fasilitas pariwisata dan perhotelan,
Instalasi air bersih dan listrik
Pelabuhan ditinjau dari
aspek fasilitas
Fasilitas penunjang: Jaringan jalan dan rel kereta api, Jaringan air
limbah, drainasi dan sampah, Areal pengembangan pelabuhan,
Tempat tunggu kendaraan bermotor, kawasan industri, Fasilitas
umum lainnya ( peribatan, taman, tempat rekreasi, olah raga, jalur
hijau dan kesehatan)
2. Fasilitas perairan untuk kegiatan
a. Fasilitas pokok : Alur pelayaran, Perairan tempat berlabuh, kolam
pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal,
perairan tempat alih muat kapal, perairan untuk kapal yang
mengangkut barang berbahaya, perairan untuk karantina,
perairan alur penghubung intra pelabuhan, perairan pandu dan
perairan untuk kapal Pemerintah
Pelabuhan ditinjau dari
aspek fasilitas
b. Fasilitas penunjang : Perairan untuk pengembangan
pelabuhan jangka panjang, Perairan untuk fasilitas
pembangunan dan pemeliharaan kapal, perairan
tempat uji coba kapal(percobaan berlayar), perairan
tempat kapal mati, perairan untuk keperluan darurat,
perairan untuk kegiatan rekreasi ( wisata air)
Pembagian kegiatan pelabuhan
1. Economic activities
Perdagangan LN, perdagangan DN, Industri, Perbankan,
Asuransi, Transportasi ,sistem& prosedur
2. Legal aspects
Port clearance, Custom clearance, Imigrasi / kesehatan,
keamanan pelabuhan, tenaga kerja, pelabuhan khusus,
administrasi pelayanan
3. Terminal operation\s
Penguasa pelabuhan, operasi terminal, peti kemas,
pemanduan, teknik pelabuhan, shipping business dan port
management
BASIC PORT FUNCTION
1. The function of a port can be broadly divided into two
categories of services : The navigational services to ships
and handling services to cargo.
2. These two kinds of services are quite independent in the
sense that the provision of one type of services is not directly
related to or affected by that of the other.
3. For example, how the pilotage service is provided does
not necessarily depend on what type of cargo handling
service offered. On the other hand, the charges of the two
services are also separated from each other
4. Most of the services to ships are charged according to
the size of the ship, whilst the services to cargo are charged
based on the quantity of cargo handled
FUNGSI DASAR PENGOPERASIAN
PELABUHAN
BASIC PORT FUNCTION
1. Ship operation : various activities of cargo loading and
discharge using either shore-based cranes or ship’s gears.
2. Transfer operation : the movement of cargo between the
quayside and the storage area
3. Storage operation : consists of the provision of storage
facilities and the management of the warehouses and
yards.
4. Gate operation : is critical because this is where the
registration of cargo takes place. This can be done in a
different fashion, fast in computer based or slowly and
manually. Customs procedure is also part of gate
operation, which in many places is the bottleneck to the
cargo and container flow.
DWELL TIME OR
TURNAROUND TIME
• Despite all the differences between two types of a port
services to ship and cargo respectively and the
differences amongst various port authorities, there is a
common point which THE TIME SPENT BY SHIPS AS
WELL AS CARGO IN PORT. Such a time is called
”dwell time or turnaround time “ which can be broadly
defined as the period between the moment when a ship
or cargo enters the port and the moment when it leaves
the port.
RATA-RATA PENANGANAN
MUATAN
BROKERS, AGENTS AND
FREIGHT FORWARDER
1. Ship brokers : A broker is some one who acts between
two parties for a definitive task, this may include the need of
buying/selling a ship, or chartering out a ship for a voyage
or for period of time or having bunker provisions at ports.
Although there are many different kinds of ship brokering
activities, two main types of shipbrokers should be identified
and examined specifically, they are sale/purchase brokers
and chartering brokers.
2. Shipping Agents : A port Agent is generally appointed by
the shipowner to represent the owner at the port of call, the
port agent is widely used in tramp shipping, the agent
should assist the master in all respect in his contacts with
local authorities and in loading, discharging matters.
FREIGHT FORWARDER
3. Freight forwarder : Like shipping agents represent
shipowners, freight forwarder represent shippers ,
however in the absence of an internationally
accepted definition the term of freight forwarder is
sometimes confusing. Because a freight forwarder
may act on behalf of his principal but he can also act
for his own account, we should these two kinds of
freight forwarder by using different names. We call
those who act on behalf of an exporter/importer as
forwarding agents and those who act in their own
name as “ Non-Vessel-Operating Common Carriers
(NVOCC) or in some case as “ Multimodal Transport
Operators (MTO).
TERM OF TRADE & TERM OF
SHIPMENT
BATAS PENYERAHAN BARANG/KOMODITAS DARI
SHIPPER (Pengirim barang) SAMPAI CONSIGNEE (Penerima
barang)
TERM PERDAGANGAN
1. FAS ( FREE ALONGSIDE SHIP)
Biaya-biaya sampai barang berada di samping kapal
menjadi beban penjual. Jadi harga jual barang (Yang
diterima penjual) = harga barang + laba + pajak ekspor+
biaya-biaya sampai berada didermaga (saming kapal)
2. FOB (FREE ON BOARD)
Sampai dengan barang diterima dikapal, menjadi beban
penjual, jadi yang diterima penjual = FAS+ biaya muat dan
stowage
TERM OF TRADE
Komponen hargo FOB dapat dirinci sbb :
a. Harga pembelian lokal, biaya pembelian, biaya angkut
sampai digudang exportir atau harga bahan baku dan
biaya produksi (bila diproduksi sendiri)
b. Biaya pengepakan, merk dagang, kemasan,
penimbunan di gudang
c. Biaya pengapalan termasuk sewa gudang dsbnya
sampai muatan di susun (stowage) dikapal
d. Biaya provisi bank(jika dibiayai kredit bank) pungutan
MPO/pajak ekspor,pungutan2 dan biaya lainnya
sampai pengeluaran2 kecilpun harus diperhitungkan.
e. Laba bagi eksportir
TERM OF TRADE
3. C & F ( Cost & Freight)
Sampai dengan uang tambang (freight) adalah
tanggungan penjual, jadi yang diterima penjual = FOB
+ Freight
4. CIF ( Cost, Insurance and Freight)
Sampai dengan biaya freight dan premi Asuransi
menjadi tanggungan penjual, Jadi yang diterima
penjual= C & F + Premi Asuransi atau FOB + Freight+
Premi Asuransi.
TERM OF SHIPMENT
SYARAT-SYARAT ANGKUTAN:
a. LINER TERMS
Tanggung jawab pengangkut “ form tackle to tackle” artinya sejak
diangkut dari samping kapal di pelabuhan muat s/d diturunkan
disamping kapal di pelabuhan tujuan. Jadi biaya muat dipelabuhan
muat dan biaya bpngkar dipelabuhan tujuan dan biaya transhipment
(jika ada) harus diperhitungkan menjadi beban perusahaan
pelayaran
b. FIOS ( FREE IN AND OUT AND STOWAGE)
Tanggung jawab/beban pemilik barang sampai muatan dimuat
(termasuk pemadatan/stowage) diatas kapal dipelabuhan muat atau
mulai barang masih dikapal /dalam palka dipelabuhan tujuan. Jadi
biaya muat/bongkar tidak diperhitungkan menjadi beban perusahaan
pelayaran
TERM OF SHIPMENT
c. FIOST (Sama dengan butir b diatas, tetapi untuk
muatan curah ditambah TRIMMED (meratakan muatan)
diatas kapal.
d. FILO ( FREE IN LINER OUT)
Di pelabuhan muat, perusahaan pelayaran tidak
tanggung jawab/ tidak dibebani biaya muat, tapi
dipelabuhan tujuan bertanggung jawab/dibebani biaya
bongkar.
e. LIFO (LINER IN FREE OUT)
Di pelabuhan muat bertanggung jawab/dibebani biaya
muat dan stowage, tapi dipelabuhan tujuan tidak
tanggung jawab /dibebani biaya bongkar.
BAB IX .CAPITAL COST OF
MARITIME TRANSPORT
1. How much does it cost to build a new ship? This is a difficult
question, not because prices vary enormously according to
the type of the ship to be built, but because the price of
ships fluctuates over time. The world shipbuilding prices are
very much influenced or led by Japanese and Korean
yards as they actually produce a high proportion of the
world’s total new merchant ship tonnage.
2. The biggest influence on the price of a new ship is the
demand of that type of ship at the tome of ordering.
3. Ships normally need 1 to 2 years to be built and the freight
market may have gone through unpredictable changes
during that period of time
THE SPECIFIC
CHARACTERISTICS
The specific characteristics of a vessel haven direct
impacts on the price, there are b5 variables
1. Vessel size
2. Vessel type
3. Method of propulsion
4. Configuration
5. Level of specialist equipment
A double hull for example, would add about 15 per cent to
the (single hull) tanker new building price.
SHIP FINANCING
ARRANGEMENTS
1. The amount of funds needed for the fleet development is
generally huge. This is because the existing tonnage also needs
to be replaced, as a ship normally has a service life of about 25
to 30 years. Therefore each year about 3 to 4 percent of the
existing fleet need to be replaced. This factor should be added to
the net world tonnage growth, which has been maintained at
about 3 percent for the last number of years to have the size of
the demand of new ships to be constructed by the worlds
shipbuilding industry each year.
2. Over-aging is not only a cause of safety problems, it is also a
major economic concern to the shipping industry at large. Whilst
the world container fleet is relatively young with average ship’s
age of around 10 years, the situation of tankers and bulk carriers
is much older. So it is estimated that the investment needed in
building new ships would be in the region of US $ 20 billion per
year.
PRICE OF SECOND-HAND SHIPS
1. To buy a new ship, a shipping company has to be financially
strong. Not only because he has to pay, out of his pocket,
the 20% or so of the ship’s price as the down payment, but
especially , because the interest and debt payment can
constitute an extremely heavy burden particularly when the
freight market is bad. To reduce such a burden, the ship
owner may wish to turn to the second-hand ship market.
2. A shipping company interested in the purchase of a second-
hand ship may have other incentives. It may do so just in
order to gain direct and quick access to tonnage to meet a
transport requirements.
3. The buying of a second-hand vessel is not an easy task. No
yard credit is available . The buyer has normally to rely on
his own capital reserves or to seek commercial bank’s help.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
KAPAL BARU DAN KAPAL BEKAS
CAPITOL
OWNER OWNER OWNER OWNER
COSTS
OPERATION
CHARTERER OWNER OWNER OWNER
COSTS
VOYAGE
CHARTERER CHARTERER OWNER OWNER
COST
CONTOH PERHITUNGAN