FASILITASI
Penyusunan Masterplan Kawasan Prioritas
RP2KPKPK
PENGANTA
R
“Bapak Presiden sangat berharap Pembangunan Kawasan Kumuh harus
bisa merubah wajah kampung tersebut”
Tujuan
1 2
Peserta memahami konsep, Peserta terampil memfasilitasi dan advokasi Pemda dalam penyusunan
prinsip dan tatacara masterplan penanganan kumuh yang berorientasi pada Gender
penyusunan master plan Equality, Disability and Social Inclusion (GEDSI), kebencanaan dan
kawasan prioritas sesuai livelihood yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai pihak
Peta Untuk Kertas Kerja
Siapkan peta skala Kawasan prioritas sebagai kertas kerja proses selanjutnya
(Ukuran A0). Lengkapi informasi delineasi permukiman kumuh, delineasi
Kawasan perencanaan, informasi fitur fisik, dan lain sebagainya.
Data Kawasan
Buatlah daftar data-data yang terkait dengan skala Kawasan, misalnya : Data
Tahap profil kumuh Kawasan, data/sejarah pergerakan permukiman, data
demografis, data kelompok rentan/ disabilitas, data lahan, data atau profil
Persiapan resiko bencana (jika ada), data kebijakan pemerintah daerah, dan
sebagainya.
Dokumen
Siapkan dokumen-dokumen yang akan membantu dan mendukung data dan
Analisa skala Kawasan, misalnya : RTRW, RDTR, RPLP, RP2KPKP/K, Kajian
Resiko Bencana, Hasil Studi, dan sebagainya.
Peralatan
Siapkan peralatan yang akan menunjang proses, misalkan Spidol besar dan
kecil, Post it besar dan kecil, Plastik, Selotif kertas dan plastic, dan lainnya.
Tahap
Kegiatan
Langkah 1. Melengkapi informasi pada peta kawasan
Mendapatkan gambaran situasi dan informasi dasar di Kawasan prioritas,
yang dituangkan ke dalam gambar kerja/peta kerja.
Desa Api-Api
5 RT Kumuh
9,99 Ha
Desa Wonokerto
Wetan
3 RT Kumuh
5,53 Ha
Keterangan:
Deliniasi Kawasan Wonokerto
Batas Adm Desa
Deliniasi Permukiman Kumuh
Desa Bebel
7 RT Kumuh
12,51 Ha
LITERATUR
Langkah 2. Manfaat memahami morfologi permukiman sebagai bahan informasi
Mengenali Kawasan Prioritas acuan
serta pertimbangan bagi pemerintah dalam merencanankan dan mengembangkan
kawasan
Morfologi sendiri berasal dari kata morf yang berarti bentuk, sehingga morfologi juga
Langkah 2.1 diartikan sebagai bentuk kenampakan fisik kawasan (James & Bound, 2009).
Sejarah Kawasan/Morfologi Permukiman Kawasan Seiring berkembangnya waktu memunculkan perubahan sosial, perubahan tersebut
terwujud dalam bentuk fisik kawasan. Produk perubahan sosial dalam fisik Kawasan dikenal
Untuk mengetahui pertumbuhan permukiman dan proses
perubahan hunian, serta sejarah sebagai pembentuk
dengan morfologi.
permukiman di Kawasan prioritas dari masa ke masa. Morfologi merupakan kenampakan fisik kawasan yang ditinjau dari stuktur yang
(Sumber data : Literatur atau kajian, hasil diskusi atau cerita membentuk bentuk kenampakan tertentu. Kenampakan fisik morfologi bukan hanya
penduduk, search google, dan lain sebagainya) bentuk melainkan adanya hubungan antar Kawasan (Dahal, Benner, & Lindquist, 2017).
Bentuk morfologi permukiman antara lain : konsentris, memanjang, gurita, tidak berpola,
linier bermanik, satelit, terbelah.
Langkah 2.1
Sejarah Kawasan/Morfologi Permukiman Kawasan
Untuk mengetahui pertumbuhan permukiman dan proses
perubahan hunian, serta sejarah sebagai pembentuk
permukiman di Kawasan prioritas dari masa ke masa.
(Sumber data : Literatur atau kajian, hasil diskusi atau cerita
penduduk, search google, dan lain sebagainya)
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas
No Langkah Proses Fasilitasi Output
Langkah 2.1
Sejarah Kawasan/Morfologi Permukiman Kawasan
Morfologi /sejarah permukiman .
Untuk mengetahui pertumbuhan permukiman dan proses Arsir di peta, permukiman yang pertama kali ada
perubahan hunian, serta sejarah sebagai pembentuk di Kawasan tersebut. Dan gali informasi sejarah
permukiman di Kawasan prioritas dari masa ke masa. pertama terbentuknya permukiman (khusus
(Sumber data : Literatur atau kajian, hasil diskusi atau cerita
sejarah jika ada atau memungkinkan)
penduduk, search google, dan lain sebagainya) Arsir di peta, pertumbuhan atau perkembangan
permukiman dari masa ke masa.
Tandai di peta, arah atau bentuk morfologi Peta dan deskripsi morfologi
kecenderungan pertumbuhan atau perkembangan permukiman, Bentuk morfologi
01 permukiman . permukiman, pendukung dan
Simpulkan bentuk morfologi permukimannya. penghambat permukiman.
Tuliskan di metaplan dan tempelkan di
peta/media kerja
Diskusikan kondisi pendukung dan penghambat
perkembangan permukiman. Tuliskan di metaplan
dan tempelkan di peta/media kerja.
KAWASAN Hasil Exercise
Fakta
Langkah 2. WONOKERTO Wonokerto Kulon menjadi ibukota kecamatan
Mengenali Kawasan Prioritas Data Masih ada sedekah laut. Sekarang tradisi sedekah laut bukan untuk dikultuskan tetapi
menjadi sarana mempererat tali silaturahmi warga masyarakat
Secara historis , seiring akhirnya Mata pencaharian masih sebagian besar sebagai nelayan
perang
DIPONEGORO banyak prajurit dan pengikut P. Permukiman linier, mengikuti jalan ke arah utara . Pertumbuhan nya di sepanjang jalan
Langkah 2.1 Diponegoro dari kawasan surokarto (solo) yang
mengungsi menghindar dari kejaran tentara
utama, dipinggir jalan ditempati bangunan komersial dan dibelakangnya ditempati
Sejarah Kawasan/ permukiman penduduk
penjajah Belanda Adanya banjir rob dan land subsidance
Morfologi Permukiman Awal ada tahun 1840 s/d 1850 Permukiman utara dekat laut tergenang dan
Secara alami penduudk berada di aliran sungai
Kawasan Sebagian besar, penduduknya pendatang
permukiman dan beberapa tempat aktivitas
Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi penduduk tergerus rob. Restoran,
dan bermata pencaharian sebagai nelayan
kebun melati, dsb
permukiman dan proses perubahan Sebagian wilayahnya rawa-rawa, tanah labil Analisa
Perubahan penggunaan lahan:
hunian, serta sejarah sebagai (alluvial muda)
Permukiman ke arah utara, mendekati arah laut 1. Perubahan Garis Pantai, Alur Sungai dan Muara Sungai
pembentuk permukiman di Kawasan 2. Perubahan Area Tambak
prioritas dari masa ke masa. (Sumber Tradisi sedekah laut sebelumnya sering disebut
sebagai nyadran laut . Pada masa lalu tradisi 3. Perubahan Area Permukiman
data : Literatur atau kajian, hasil 4. Perubahan Area Pertanian
sedekah laut lebih berfungsi sebagai sarana atau
diskusi atau cerita penduduk, search media mengkomunikasikan diri dengan alam
Permukiman terbentuk secara alami
google, dan lain sebagainya) Laut sebagai sumber penghidupan
dan penghuni alam gaib atau roh-roh nenek
Kehidupan masyarakat masih menjungjung tinggi tradisi budaya dan nilai-nilai sosial yang
moyang. Sedekah laut berfungsi untuk menjaga
kehidupan para nelayan demi demi keselamatan baik
Telah terjadi perubahan morfologi “Beting Gisik” sebagai tanggul alami pada periode 1978
hidup serta kemakmuran
– 2016. Perubahan morfologi pada “Beting Gisik”
Stuktur Ruang
Cermati dan baca RTRW/RDTR, kebijakan
pemerintah terkait struktur ruang.
Ploting atau tandai arahan struktur ruang yang ada di dalam
Kawasan prioritas.
03
Deskripsikan dalam metaplan, arahan struktur ruang yang
terdapat di Kawasan prioritas.
Diskusikan dampak atau konsekuensi struktur
ruang terhadap Kawasan, tuliskan di Metaplan.
Hasil Exercise
Langkah 2. Fakta
Mengenali Kawasan Prioritas Sebagai kawasan strategis MINAPOLITAN , akses yang
mendukung rusak (jalan rusak dan tergenang)
Rawanabrasi
Langkah 2.2 Tranportasi akses menuju TPI, menyebrang dengan
Positioning Kawasan Prioritas menggunakan kapal dengan cost penyebrangan cukup
mahal.
untuk mendapatkan gambaran dan informasi arahan Jalan produksi perkanan budidaya masih kondisi belum
memadai dan belum ada sistem irigasi yang mencukupi
kebijakan pemerintah daerah yang berdampak terhadap
Kendala Unit Produksi, Pengolahan, dan Pemasaran
Kawasan prioritas sesuai struktur ruang, pola ruang. Selain itu Kurangnya Pendampingan dan pembinaan oleh
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara kebijakan dengan pemerintah terhadap pelaku kegiatan minapolitan
fakta atau realitas saat ini yang terjadi. (sumber data: Saat ini kapal/perahu yang digunakan belum dilengkapi
dokumen RTRW, RDTR, Pengamatan Kondisi fakta lapangan) dengan sarana penyimpan ikan yang berpendingin yang
mengakibatkan kesegaran dan kualitas ikan hasil
tangkapan menjadi menurun ketika sampai di lokasi
pendaratan ikan.
Pemanfatan sebagai tambak air tawar maupun lahan
sawah akan membutuhkan sumber daya air yang cukup
Mangrove yang ditanam terhempas abrasi,
Dampak
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas Arah Pengembangan Perwilayahan Jawa Tengah, yaitu kawasan Petanglong adalah kawasan
perkotaan Pekalongan dan sekitarnya. Sektor unggulan dari wilayah ini adalah pertanian,
pariwisata, industri, dan perikanan dan PKL.
Langkah 2.2
Positioning Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran dan informasi arahan
kebijakan pemerintah daerah yang berdampak terhadap
Kawasan prioritas sesuai struktur ruang, pola ruang. Selain itu
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara kebijakan dengan
fakta atau realitas saat ini yang terjadi. (sumber data:
dokumen RTRW, RDTR, Pengamatan Kondisi fakta lapangan)
Hasil Exercise
Ada ketidaksesuaan pola ruang yang ada, seperti Sempadan pantai dan sempadan sungai ada beberapa
bangunan diatasnya (baik hunian, warung, fasum, dsb)
penduduk utara tanggul menempati kawasan rawan bencana yang berada di dekat laut.
Penduduk yang menempati di daerah-daerah rawan bencana maupun di lahan yang seharunya tidak boleh untuk
bangunan karena adanya kebutuhan untuk tempat tinggal.
Beberapa area yang hilang, seperti area kebun melati karena banjir rob yang menerus mengakibatkan tanaman
melati tidak tumbu lagi
Kawasan mangrove semakin berkurang
Dampak
Masyarakat membangun di kawasan lindung setempat yang status hak tanahnya tidak ada yang memiliki
maka, masyarakat tidak perlu membeli tanahnya tersebut
Terjadi bencana alam
meyebabkan menurunnya kualitas lingkungan,
Krisis pangan, wonokerto ada kawasan yang diperuntukan untuk kawasan ekonomi.
Hasil Exercise
Langkah 2. Adanya rencana pengembangan jalan lingkar Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota
Mengenali Kawasan Prioritas Pekalongan (PETANGLONG)
Dan adanya Sistem jaringan transportasi laut yatitu adanya pelabuhan
Sistem jaringan pengendalian banjir berupa sistem pengendalian daya rusak air yaitu tanggul
Langkah 2.2 dan long storage
Positioning Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran dan informasi arahan
kebijakan pemerintah daerah yang berdampak terhadap Dampak:
Kawasan prioritas sesuai struktur ruang, pola ruang. Selain itu 1. Menungjang
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara kebijakan dengan pertumbaha
fakta atau realitas saat ini yang terjadi. (sumber data: n ekonomi
dokumen RTRW, RDTR, Pengamatan Kondisi fakta lapangan) 2. menjadikan supply
barang lebih
mudah
3. Atasi banjir rob
4. Untuk mengeringkan
kawasan yang selama
ini selalu tergenang
rob
5. memisahkan antara
zona pemukiman
penduduk yang
kering dan zona
tambak yang
dibiarkan
tergenang
Hasil Exercise
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas
Langkah 2.2
Positioning Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran dan informasi arahan
kebijakan pemerintah daerah yang berdampak terhadap
Kawasan prioritas sesuai struktur ruang, pola ruang. Selain itu
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara kebijakan dengan Wonokerto menjadi bagian dari SWP
fakta atau realitas saat ini yang terjadi. (sumber data: Wiradesa dengan pusat pengembangan
dokumen RTRW, RDTR, Pengamatan Kondisi fakta lapangan) Kawasan Perkotaan Wiradesa
Dampak:
Wonokerto mendukung untuk
kawasan peyangga perikanan
Langkah 2.3
Data Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
K
Rata-rata Kondisi Jalan Lingkungan 23,78% e
a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 101,00 KK 6,63% 0 t
3. Kondisi Penyediaan Air Minum i
b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 1.327,00 KK 87,13% 5 d
Rata-rata Kondisi Penyediaan Air Minum 43,57% a
k
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 19,95 Ha 51,95% 3 t
e
4. Kondisi Drainase Lingkungan b. Ketidaktersediaan Drainase 4.634,00 Meter 38,05% 1
r
c. Kualitas Konstruksi Drainase 5.658,50 Meter 46,47% 1 s
e
Rata-rata Kondisi Drainase Lingkungan 45,49% d
i
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai a
Standar Teknis 487,00 KK 31,98% 1
5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah a
b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
579,00 KK 38,02% 1 n
LITERATUR
Langkah 2. Kesetaraan Gender adalah kesamaan peluang bagi perempuan, laki-laki, anak perempuan
Mengenali Kawasan Prioritas dan anak laki-laki.
Kesetaraan gender dapat dicapai pada saat perilaku, aspirasi dan kebutuhan perempuan
dan laki-laki yang berbeda sama-sama dihargai dan dipertimbangkan.
Langkah 2.3 Inklusi Sosial adalah proses untuk meningkatkan kemampuan, membuka kesempatan dan
Data Kawasan Prioritas mengembalikan martabat individu/kelompok yang sebelumnya dirugikan akibat atribut
identitas yang menghambat keterlibatan dan partisipasi aktif dalam masyarakat.
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang
Disabilitas dapat dialami siapapun. Di satu waktu tertentu dalam hidupnya, seseorang
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator dapat mengalami sebuah bentuk disabilitas, baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5) pengurus penyandang disabilitas.
Livelihood Kelompok-kelompok yang menjadi focus dalam perencanaan infrastruktur Aksesibilitas
Universal adalah Gender, Penyandang disabilitas, Usia, kelompok profesi, pendatang/asli,
2) Kajian GESI (Kesetaraan Gender dan tingkat pendapatan, etnis dan lain-lain.
Kembali lagi, fokus aksesibilitas universal sebenarnya bukan hanya pada penyandang
Inklusi Sosial) disabilitas saja, tetapi kepada semua kelompok rentan.
Sebelum memfasilitasi sesi ini, diharapkan korkot atau
Namun demikian, karena terdapat keterkaitan yang erat antara disabilitas dan kerentanan
fasilitator membaca terlebih dahulu materi terkait faktor – faktor lainnya, pada umumnya penerapan dan desain lingkungan yang aksesibel ini
dengan GESI mengacu terhadap kebutuhan penyandang disabilitas
Asumsi dasarnya adalah: apabila kebutuhan penyandang disabilitas bisa terpenuhi,
kebutuhan kelompok – kelompok lain akan terpenuhi juga (paling tidak kebutuhan
praktisnya)
Pelibatan penyandang disabilitas dan kelompok – kelompok rentan diperlukan pada setiap
fase proyek. Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan, Sosialiasi, dan
undangan perwakilan kelompok ke dalam proses pengambilan keputusan terkait proyek
infrastruktur.
Langkah 2. LITERATUR
Mengenali Kawasan Prioritas Pada fase perencanaan kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses
perancangan, dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka;
Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentan sebagai klien/ pemilik
Langkah 2.3 infrastruktur
Data Kawasan Prioritas Ilustrasi Pergerakan kelompok rentan/disabilitas
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
Ancaman adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya
3) Kajian Pengurangan Resiko Bencana cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Ancaman ini bisa menimbulkan
memperoleh gambaran risiko bencana yang ada di bencana maupun tidak. Ancaman dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah
lokasi Kawasan prioritas. Pengukuran tidak perlu menimbulkan korban dan kerugian. Contoh ancaman: kebakaran, tanah longsor, gempa,
bersifat akademis dan rigid, namun dapat dilakukan
dengan observasi, wawancara pengalaman dan
kekeringan, banjir, dll.
persepsi masyarakat setempat. Bila relevan, dapat Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah
dikombinasikan dengan teknik atau metode atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
partisipatif yang biasa dilakukan (mis. PRA). Apabila Kapasitas adalah kombinasi dari semua sumber daya yang ada dalam suatu masyarakat
memungkinkan, dilengkapi yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak bencana
informasi/data/kajian dari maupun konsultasi dengan
dengan
lembaga yang menekuni kebencanaan
Jenis Kajian Jenis Ancaman
LITERATUR
Parameter/Indikator Banjir Kebakaran
Langkah 2. Kajian Ancaman
Mengenali Kawasan Prioritas
Sebaran lokasi sumber Dalam kawasan Dalam kawasan
ancaman dan jenis aktivitas Luar kawasan Luar kawasan
Langkah 2.3 Internal Internal
Jangkauan dampak ancaman
Data Kawasan Prioritas Eksternal Eksternal
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang Intensitas ancaman (1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi) (1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi)
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan Kajian Kerentanan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5) Sejarah bencana banjir
Potensi (pemodelan bencana banjir – cek Kepadatan bangunan
Livelihood Material bangunan (jenis atap)
Kerentanan fisik RTRW atau hasil riset)
Jarak dari sungai *) Material bangunan (jenis dinding)
3) Kajian Pengurangan Resiko Bencana
memperoleh gambaran risiko bencana yang ada di Keberadaan kelompok rentan mis:
Kepadatan penduduk balita, lansia, penyandang disabilitas
lokasi Kawasan prioritas. Pengukuran tidak perlu Keberadaan kelompok rentan mis: balita, (jiwa/RW atau jiwa/RT)
bersifat akademis dan rigid, namun dapat dilakukan lansia, penyandang disabilitas (jiwa/RW atau Sumber mata pencaharian
Kerentanan sosial ekonomi jiwa/RT)
dengan observasi, wawancara pengalaman dan Pendapatan
Sumber mata pencaharian Kemungkinan kehilangan atau
persepsi masyarakat setempat. Bila relevan, dapat Pendapatan
dikombinasikan dengan teknik atau metode kerusakan asset/properti
partisipatif yang biasa dilakukan (mis. PRA). Apabila
memungkinkan, dilengkapi
dengan informasi/data/kajian dari maupun konsultasi Kelembagaan
dengan lembaga yang menekuni kebencanaan Vegetasi
Ruang Kelembagaan,
terbuka (titik Lebar jalan
Kajian Kapasitas kumpul) Jarak dari sumber Air
spek lainnya sesua i konteks setempat (mis. Ruang Terbuka
drainase yang terintegrasi, embung, tanggul, Publik
biopori secara massal, ketinggian lantai
bangunan, adaptasi bangunan terhadap air,
dll)
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas No Langkah Proses Fasilitasi Output
Jenis Ancaman
Buatlah daftar jenis ancaman yang ada di Kawasan prioritas. Arsir di Peta, tulis di post it
atau metaplan, kemudian tempelkan ke peta kerja.
Langkah 2.3 (Jenis ancaman dapat bersumber dari RTRW, InaRisk Personal, atau Rencana
Daftar jenis
ancaman
Data Kawasan Prioritas 01 Penanggulangan Bencana; Pengalaman warga setempat; Konsultasi dengan BPBD, yang pernah
praktisi, atau akademisi terkait) terjadi
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang Lakukanlah pembahasan Ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk setiap jenis
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan ancaman (jenis bencana), secara series.
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5) Kajian Tingkat Ancaman
Livelihood Sebaran Lokasi Sumber Ancaman. Tandai di peta, lokasi- lokasi sumber ancaman.
Potensi Intensitas terjadinya ancaman bencana. Potensi intensitas banjir dinilai relatif Tingkat
02 satu sama lain (1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi). ancaman
3) Kajian Pengurangan Resiko Bencana Jangkauan Dampak Ancaman. Arsir perkiraan jangkauan.
Buat tabel rekap ancaman di Kawasan prioritas.
memperoleh gambaran risiko bencana yang ada di
lokasi Kawasan prioritas. Pengukuran tidak perlu
bersifat akademis dan rigid, namun dapat dilakukan
dengan observasi, wawancara pengalaman dan Jenis Intensitas (1/2/3) Lokasi Sumber Jangkauan Dampak Banjir Catatan Rekomendasi
persepsi masyarakat setempat. Bila relevan, dapat Ancaman Ancaman (internal/eksternal) untuk Mengelola Aktivitas
(internal/eksternal) yang Berpotensi menjadi
dikombinasikan dengan teknik atau metode Sumber Ancaman Banjir
partisipatif yang biasa dilakukan (mis. PRA). Apabila
memungkinkan, dilengkapi 3 (berlangsung >24 jam, daerah
Banjir Rob terdampak luas, frekuensi kejadian Tidak ada Tidak ada
dengan informasi/data/kajian dari maupun konsultasi sering)
dengan lembaga yang menekuni kebencanaan
Banjir Bandang 1 (berlangsung singkat, daerah Internal
(curah hujan) terdampak kecil) Eksternal dan
Eksternal
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas Banjir
Rob
Langkah 2.3
Data Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran isu dan
permasalahan yang ada di Kawasan
prioritas. Gambaran dan
permasalahan meliputi 1)
Permasalahan permukiman kumuh (7
Indikator kumuh); :2) GESI, 3) Risiko
Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
3) Kajian Pengurangan
Resiko Bencana Banjir
memperoleh gambaran risiko bencana
yang ada di lokasi Kawasan
prioritas.
Pengukuran tidak perlu bersifat
akademis dan rigid, namun dapat
dilakukan dengan
observasi, wawancara pengalaman
dan persepsi masyarakat setempat.
Bila relevan, dapat dikombinasikan
dengan teknik atau metode
partisipatif yang
dilakukan (mis.biasaPRA). Apabila
memungkinkan, dilengkapi dengan
informasi/data/kajian
dari
konsultasi dengan lembagamaupun
yang menekuni kebencanaan
Hasil Exercise
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas Jenis Ancaman Banjir
1. Tingkat Ancaman
Langkah 2.3 Jenis Intensitas (1/2/3) Lokasi Sumber Jangkauan Dampak Catatan Rekomendasi
Data Kawasan Prioritas Ancaman Ancaman Banjir untuk Mengelola
(internal/ekst (internal/eksternal) Aktivitas yang
untuk mendapatkan gambaran isu dan e rnal) Berpotensi menjadi
permasalahan yang ada di Kawasan Sumber Ancaman Banjir
prioritas. Gambaran dan
permasalahan meliputi 1) Banjir Rob 3 (berlangsung >24 jam, daerah Internal Internal fasilitas
Permasalahan permukiman kumuh (7 terdampak luas, frekuensi penanggulangan
Indikator kumuh); :2) GESI, 3) Risiko kejadian sering) banjir dan rob
Bencana; 4) Status Lahan dan 5) Penyempurnaan
Livelihood Sistem Banjir dan Rob
3) Kajian Pengurangan
Banjir Bandang 1 Internal dan Internal dan Perlu penataan sistem
Resiko Bencana (curah hujan) Eksternal Eksternal drainase permukiman
memperoleh gambaran risiko bencana yang dan normalisasi saluran
ada di lokasi Kawasan prioritas. PHBS – Tidak ada
Pengukuran tidak perlu bersifat kebiasaan membuang
sampah di
akademis dan rigid, namun dapat sungai/saluran
dilakukan dengan
observasi,
wawancara pengalaman dan persepsi
masyarakat setempat. Bila relevan,
dapat dikombinasikan dengan teknik Nilai ancaman banjir rob tinggi. Mengganggu kehidupan manusia, meningkatkan kerugian dan kerusukan lingkungan. Artinya
atau metode partisipatif yang biasa
segala pembangunan dan aktivitas yang ada di wilayah dengan ancaman tinggi perlu dikurangi dan perlu meningkatkan
dilakukan (mis. PRA). Apabila
memungkinkan, dilengkapi dengan
kesadaran masyarakat di wilayah tersebut untuk menghadapi ancaman yang ada.
informasi/data/kajian
dari
konsultasi dengan lembagamaupun
yang menekuni kebencanaan
Hasil Exercise
Langkah 2.3 Apabila skor kapasitas rendah menunjukkan bahwa masyarakat belum memiliki kemampuan
Data Kawasan Prioritas mengantisipasi adanya bencana. Artinya risiko bencana tidak dapat dikurangi. Jadi perlu ditingkatkan lagi
untuk
kapasitasnya.
untuk mendapatkan gambaran isu dan
permasalahan yang ada di Kawasan
prioritas. Gambaran dan Kawasan Bencana Jenis Kapasitas Nilai Kapasitas Catatan
permasalahan meliputi 1) (1 = rendah; 3
= tinggi)
Permasalahan permukiman kumuh (7
Indikator kumuh); :2) GESI, 3) Risiko Wonokerto Banjir Rob Terlayani 3 Karang tararuna
Bencana; 4) Status Lahan dan 5) Utara lembaga/komunitas desa devisi
Livelihood Tanggul yang berkapasitas kebencanaan
dalam penanggulangan Komunitas
3) Kajian Pengurangan bencana banjir Peduli
Resiko Bencana Wonokerto
Greenpeace
memperoleh gambaran risiko bencana yang
wonokerto
ada di lokasi Kawasan prioritas. Rescue
Pengukuran tidak perlu bersifat Elang
akademis dan rigid, namun dapat pendowo
dilakukan dengan
observasi, wawancara pengalaman
dan persepsi masyarakat setempat. Vegetasi dengan 1
Bila relevan, dapat dikombinasikan daya resap tinggi
dengan teknik atau metode
partisipatif yang
dilakukan (mis.biasaPRA). Apabila Ruang terbuka dan di 1 (tidak ada) Terdekat ada di Masjid
memungkinkan, dilengkapi dengan dataran tinggi (selatan tanggul) dan
informasi/data/kajian jembatan tanggul
dari
konsultasi dengan lembagamaupun
yang menekuni kebencanaan Aspek lainnya
Hasil Exercise
Resiko Bencana 1 Banjir dan Rob • Mengaktifkan pompa air • Pembuatan jalur evakuasiyang • membentuk masyarakat tangguhbanjir
memperoleh gambaran risiko bencana yang pada masing-masing dilengkapi dengan • membentuk kelompok dapur umum
wilayah saat air guiding block sehingga apabila banjir datang
ada di lokasi Kawasan prioritas. sedang pada • Pemberian material dengan sudah tersedia sukarelawan
Pengukuran tidak perlu bersifat volumetinggi paving sehingga air masihtetap • mengadakan sosialisasi manajemenresiko
akademis dan rigid, namun dapat • Menjaga kelestarian dapat meresap ke dalam banjir
hutan mangrove dan tanah
dilakukan dengan menanam pohon • Perhitungan elevasi yang baik. • Adaptasi Masyarakat
observasi, wawancara pengalaman bakau di kawasan yang • Pemeliharaan infrastruktur • Pembangunan Sistem Peringatan Dini
dan persepsi masyarakat setempat. telah rusak. drainase agar • Lakukan Edukasi Bencana.
• PHBS – Tidak ada meminimalisir terjadinya • Lakukan Simulasi Latihan Penanganan
Bila relevan, dapat dikombinasikan kebiasaan endapan . Bencana secara Berkala dan Teraturuntuk
dengan teknik atau metode membuang sampah • Rekayasa teknologi Mengingatkan Masyarakat Agar Siap
partisipatif yang
dilakukan (mis.biasaPRA). Apabila di sungai/saluran untuk tanagani banjir Menghadapi Bencana
memungkinkan, dilengkapi dengan rob
• Penyempurnaan Sistem
informasi/data/kajian Banjir dan Rob
dari
konsultasi dengan lembagamaupun
yang menekuni kebencanaan
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas No Langkah Proses Fasilitasi Output
Identifikasi status kepemilikan lahan (Bidang tanah terdaftar, bidang tanah belum terdaftar)
Langkah 2.3 Arsir di peta kerja, status kepemilikan lahan di Kawasan prioritas (masyarakat, negara,
Peta
bbws dan sebagainya.
Data Kawasan Prioritas Identifikasi perumahan atau permukiman yang berada di lahan negara atau kepemilikan
badan/lembaga. Tandai atau arsir di peta kerja. lahan dan
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang 01 Identifikasi kepemilikan lahan yang kemungkinan terkena dampak dari rencana rekomendasi
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan pembangunan infrastruktur. Arsir di peta dan tuliskan di metaplan, kemudian pengadaan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator tempelkan di peta kerja. lahan
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5) Diskusi rekomendasi pengadaan lahan untuk rencana penanganan permukiman kumuh.
Livelihood
Langkah 2. Sempadan
Mengenali Kawasan Prioritas pantai, lahan
yang ada untuk
Langkah 2.3 bangunan ada
Data Kawasan Prioritas yang dengan
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang status belum
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan terdaftar
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
Segmen api-api
4) Kajian Status Lahan masih banyak yang
Mendapatkan identifikasi kepemilikan lahan dan belum terdaftar
dampaknya dalam perencanaan pembangunan di
lokasi skala Kawasan prioritas.
Referensi :
Melibatkan institusi ATR-BPN Setempat. Kawasan
Bidang tanah terdaftar adalah : bidang tanah yang
sudah memiliki aspek hukum yang diterbitkan oleh wonokerto Status
ATR-BPN. lahannya: terdaftar,
Bidang tanah belum terdaftar adalah bidang tanah
yang sedang dalam proses pembuatan sertifikat belum terdaftar
lahan. dan unsur geografi
Sebagian masih ada
yang belum
terdaftar
Hasil Exercise
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas
Langkah 2.3
Data Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
Analisa
Pengembangan kehidupan masyarakat yang masih mungkin dilakukan.
03 Kebutuhan fisik dan sosial dalam mendukung pengembangan kehidupan.
Hambatan dan kekuatan dalam pengembangan kehidupan masyarakat.
Tuliskan dalam metaplan, kemudian tempel di peta kerja.
Hasil Exercise
Langkah 2.
Mengenali Kawasan Prioritas
Langkah 2.3
Data Kawasan Prioritas
untuk mendapatkan gambaran isu dan permasalahan yang
ada di Kawasan prioritas. Gambaran dan permasalahan
meliputi : 1) Permasalahan permukiman kumuh (7 Indikator
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Status Lahan dan 5)
Livelihood
5) Kajian Livelihood
Mendapatkan gambaran pengembangan penghidupan
masyarakat di lokasi Kawasan prioritas
Wonokerto
Kulon
Perikanan
nelayan Api-Api
81% Nelayan
57%
Hasil Exercise
Langkah 2. DATA FAKTA ANALISA PENANGANAN
Mengenali Kawasan Prioritas Mata Pencaharian Rata-rata perempuan bekerja Keahlian/ keterampilan Pembentukan kelompok-
1. Api-api sebagai penjual ikan, buruh batik perempuan pesisir masih kelompoknelayan
Nelayan 57% Kelompok rentan lainnya tidak lemah/ rendah Pemberian keterampilan
Perdagangan dan bekerja/ dirumah saja Terbatasnya akses/ ruang Adanya pendampingan
Langkah 2.3 jasa 25%
Pertanian 12%
gerak bagi perempuan untuk
bekerja
intensif
Pembangunan TPI berserta
1. TPI
Data Kawasan Prioritas Industri pabrik 3% Kondisi TPI tidak layak Aktivitas beli ikan di TPI srprasnya
2. Bebel Akses tergenang rob menurun Permodalan yang memihak
Nelayan 52% 2. Nelayan Konidis alam utara tanggul nelayan
untuk mendapatkan gambaran isu dan Perdagangan dan jasa Belum ada akses – bencana rob semakin Penyediaan sarpras
permasalahan yang ada di Kawasan 33% permodalan tinggi sehingga jalan diversifikasi ikan s.d
Industri pabrik 1% Pabrik es-cold storage maupun TPI tenggelam pemarannya
prioritas. Gambaran dan permasalahan Pertanian 2% tidak Tidak ada lembaga Pembangunan sistem irigasi
meliputi : 1) Permasalahan 3. Wonokerto kulon ada keuangan yang berpihak tambak
Perikanan 3. Perdagangan dan Jasa pada nelayan Penyediaan sarpras tambak
permukiman kumuh (7 Indikator nelayan 81% Belum ada prasarana cold Pelatihan pembuatan pakan
Olahan hasil ikan
kumuh); 2) GESI, 3) Risiko Bencana; 4) Perdagangan dan jasa masih sederhana storige ikan
16% Dijual dipasar Tidak ada media/ tempat Pelatihan budidaya ikan
Status Lahan dan 5) Livelihood Industri pabrik 1% penyimpanan hasil Pengurugan tanah
4. Petani tambak dan sawah
Aparat 1% Alih fungsi lahan air laut olahan ikan Pengomposan dan
1. Wonokerto wetan menjadi air payau Belum punya keterampilan penataan irigasi pertanan
5) Kajian Livelihood Nelayan 54%
Perdagangan jasa
Masih mengandung garam untuk diversifikasi olahan
ikan
Penyediaan
infrastruktur
(tambak selatan tanggul)
Mendapatkan gambaran 28% Sistem irigasi tambak Budidaya tambak terkendala pendukung wisata yang
Industri 9% belum air memadai
pengembangan penghidupan Pegawai 5% ada Tidak ada jalan produksi
masyarakat lokasi Kawasan Sumber aktivitas: Saluran irigasi pertanian ke tambak
Tambak belum ada Belum ada bantuan bibit
di prioritas Pasarikan Bibit dan pakan mahal Jalan produksi
TPI 5. Wisata pantai pertanian belum ada
Pelabuhan Sebelum rob yang sering,
Pasar pendapatan pengelola wisata
tradisional tinggi begitu juga sebelum
Laut lepas pandemic covid
Wisata pantai Akses tergenang rob, jam-jam
tertentu dan tidak bisa
dipastikan pengunjung bisa
datang ke wisata
No Langkah Proses Fasilitasi Output
Isu Srategis diperoleh dari dokumen RP2KPKP/K di bagian kebijakan dan atau hasil diskusi
Langkah 2. kajian sebelumnya – Kesimpulan atau Analisa
Sejarah/morfologi kawasan Isu-isu
Mengenali Kawasan Prioritas Position Kawasan (Pola Ruang dan struktur ruang) Strategis
Kekumuhan/Profil Kumuh berdasarkan
01 GESI hasil kajian-
Lahan kajian
Langkah 2.4 Kebencanaan
Isu Strategis Kawasan Livelihood
Mengenali Kawasan Prioritas 1 POSITIONING Adanya ketidak sesuaian pola ruang ( adanya tanggul laut sehingga
terjadi perubahan tata ruang )
Sarana dan prasarana belum mendukung kawasan strategis
MINAPOLITAN “SIWO TIRTO”
Langkah 2.4
Isu Strategis Kawasan 2 MORFOLOGI Secara historis , masyarakat nya merupakan pelarian dari pasukan Pangeran Diponegoro
Secara alami penduudk berada di aliran sungai
Sebagian besar, penduduknya pendatang dan bermata pencaharian sebagai nelayan
Mendapatkan isu-isu strategis hasil analisa kajian-kajian Mata pencaharian penduduk :
sebelumnya dan menjadi bahan untuk penyusunan konsep Api-api: dominan tambak, nelayan, petani
Kawasan Wonokerto: Tambak, nelayan
Sebagian wilayahnya rawa-rawa, tanah
labil (alluvial muda)
5 KEBENCANAAN Jenis bencana yang ada: Banjir, banjir rob, penyakit, kebakaran
Masih ada permukiman di utara tanggul
Belum terkoneksinya sistem drainase dari tersier-sekunder-primer
ROB menurunkan kualitas hunian dan permukiman serta kesehatan masyarakat
Kemampuan dan kesadaran masih minim akan pentingnya mitigasi bencana kebakaran
KEBAKARAN
Kesadaran penyediaan apar di masyarakat masih rendah
JALAN
Terjadinya banjir, jalan menjadi rusak dan jalan tenggelam
DRAINASE
Penanganan drainase tidak seiring dengan infrastruktur jalan
Drainase tidak terkondisi dari Hulu sampai Hilir
Kurangnya pemeliharaan
AIR BERSIH
PDAM belum mampu melayani kebutuhan air minum
Adanya kebijakan pengendalian pengambilan air bawah tanah, subsidi pasang
PDAM bagi MBR
Analisis SWOT adalah alat yang sangat sederhana, namun sangat membantu untuk
mengembangkan Kawasan prioritas, apakah akan membangun kawasan atau
Langkah 3. mengembangkan kawasan lebih baik lagi.
Menyusun Konsep Kawasan SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman).
Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) adalah berasal dari internal Kawasan.
Langkah 3.1 hal-hal yang dapat kita kontrol dan dapat berubah
Analisis SWOT Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) adalah hal eksternal yang mempengaruhi
kawasan atau hal-hal yang terjadi di tingkat Kota. kita dapat memanfaatkan peluang dan
Mendeskripsikan aspek yang menjadi focus permasalahan
melindungi dari ancaman, tetapi kita tidak dapat mengubahnya.
kekumuhan Kawasan dengan melihat dari sisi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, sehingga terumuskan
strategi penyelesaiannya
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan
No Langkah Proses Fasilitasi Output
Mengelompokkan Isu kedalam SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Langkah 3.1
Analisis SWOT 01 Data, fakta dan Isu-isu strategi yang di dapatkan, ditulis dalam metaplan kemudian
dikelompokkan sesuai dengan aspek kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman). Buat
Kuadran SWOT, Tempel dan kelompokkan dalam Kuadran SWOT.
Mendeskripsikan aspek yang menjadi focus permasalahan
kekumuhan Kawasan dengan melihat dari sisi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, sehingga terumuskan Menyusun strategi menjawab Faktor Eksternal dan Internal
strategi penyelesaiannya
Setelah data, fakta dan isu isu disusun di dalam kuadran SWOT, Kemudian melakukan
pembahasan stategi teknis dengan metode / alat analisis SWOT.
Langkah 1. . Diskusikan dan menganalisis bagaimana menggunakan kekuatan itu untuk Analisis
memanfaatkan peluang). Tuliskan pendapat strategi teknis peserta di metaplan dan SWOT dan
tempel di Kuadran SWOT. Deskripsinya
Langkah 2. Diskusikan dan menganalisis bagaimana kekuatan Kawasan bisa
menuntaskan ancaman yang ada di Kawasan. Tuliskan pendapat strategi teknis peserta
02 di metaplan dan tempel di Kuadran SWOT.
Langkah 3. Diskusikan dan menganalisis bagaimana peluang eksternal Kawasan dapat
membantu mengatasi kelemahan internal. Tuliskan pendapat strategi teknis peserta di
metaplan dan tempel di Kuadran SWOT.
Langkah 4. Diskusikan dan menganalisis bagaimana meminimalkan kelemahan Kawasan
sehingga dapat menghindari ancaman. Tuliskan pendapat strategi teknis peserta di
metaplan dan tempel di Kuadran SWOT
Hasil Exercise
PENDEKATAN PEMBUATAN KONSEP
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan
Core Goals (Tujuan Inti)
Langkah 3.2 Expected Benefit
Tujuan utama yang ingin dicapai dari proses
Perumusan Konsep Kawasan perencanaan, tujuan ini
positioning utama dari sebuah rencana yang
menggambarkan
Mendefinisikan gagasan atau ide yang sesuai dengan kondisi Basic dihasilkan dari kondisi, karakteristik, kebijakan,
Need potensi dan permasalahan yang dimiliki
eksisting atau mengacu kepada dokumen perencanan terkait, Basic Need
sehingga memberikan karakteristik kuat kepada Kawasan Basic
tersebut. Need Strategic Concept (Konsep Strategi)
Pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Basic gagasan, perencanaan, dan eksekusi dari sebuah
Strategic Strategic
perencanaan dalam kurun waktu
Expected Benefit
Expected Benefit
Need Concept
Concept
Core Basic
Goals Basic Need (Kebutuhan Dasar)
Need
Basic Kebutuhan dasar merupakan unsur-unsur yang
Need dibutuhkan dari sebuat konsep strategi yang
Strategic bertujuan untuk keberhasilan pencapaian strategi
yang diterapkan
Concept
Menyusun Strategi
Konsep
02 Diskusi bersama dengan peserta dan hasil diskusi dituliskan dalam metaplan Strategi
Pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi Kawasan
dari sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu.
Mengajak Masyarakat Wonokerto untuk berperan dalam pengembangan kawasan dengan memanfaatkan potensi
kawasan wonokerto untuk melihat masa depan yang lebih baik
1 2 3 4 5 6 7
Strategic Concept
1. Peningkatan 1. Peningkatan jalan 1. Penataan saluran 1. Pemberdayaan 1. Kampung Nila Salin 1. Wisata Pantai 1. Penataan kawasan
kualitas jalan dan ekonomi dan buangan masyarakat 2. Sistem irigasi 2. Wisata air tanggul ekonomi terpadu KI
drainase produksi “kawasan 2. Hutan mangrove 3. Pusat pengolahan ikan SURYAN
2. Pembangunan 2. Pembangunan bantaran kali dan wisata susur 2. Penataan kawasan
drainase Pasar Ikan dan pojok” mangrove ekonomi terpadu
3. Peningkatan jalan IPAL • Normalisasi 3. Goa cemara sepanjang mrican
produksi 3. Revitalisasi pasar saluran 4. Edukasi budidaya
4. Penyediaan air desa • Pembangunan perikanan
bersih 4. Sport center talud/senderen 5. Pengembangan
Basic Need
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan
Langkah 3.3
Penyusunan Spasial Konsep Kawasan
Memberikan visual lengkap terkait dengan gagasan atau ide
yang telah disusun pada rumusan konsep
Hasil Exercise
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan
Langkah 3.3
Penyusunan Spasial Konsep Kawasan
Memberikan visual lengkap terkait dengan gagasan atau ide
yang telah disusun pada rumusan konsep
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan
No Langkah Proses Fasilitasi Output
Langkah 3.4 Buat Matriks kebutuhan penanganan Kawasan prioritas/ segmentasi Kawasan, memuat :
Penyusunan Matriks Kebutuhan Penanganan 01 Jenis Kegiatan, Volume, satuan, nilai biaya, tahun penanganan, sumber pendanaan dan
instansi/ lembaga pelaksana Matriks
Memberikan gambaran lengkap seluruh kegiatan Kebutuhan
penanganan, volume, nilai biaya, tahun pendananan dan Penanganan
sumber pendanaan sebagai instrument kolaborasi Kawasan
penanganan permukiman kumuh Tuangkan dasar dalam matriks kebutuhan penanganan Kawasan
02 kebutuhan
prioritas/segmentasi.
Contoh
Langkah 3. HargaSatuan Total Biaya Tahun Sumber
No Aspek/Jenis Kegiatan Satuan Volume Instansi Pelaksana
Menyusun Konsep Kawasan (Rp) (Rp) Penanganan Pendanaan
Langkah 3.5 Melakukan diskusi untuk Menyusun materik rekomendasi desain yang bersumber dari
Rekomendasi Desain 01 matrik kebutuhanan penanganan Kawasan priotitas.
Matriks
Memberikan masukan terkait dengan jenis konstruksi dan Rekomendas
jenis material yang akan digunakan serta justifikasinya i Desain
sebagai masukkan awal dalam proses penyusunan desain
Tuangkan kedalam matrik rekomendasi desain item kegiatan yang akan ditangani, jenis
yang mempertimbangkan prinsip Aksesibilitas Universal dan 02 konstruksi dan jenis material yang akan digunakan beserta justifikasinya.
Pengurangan Risiko Bencana
Contoh
Langkah 3.
Menyusun Konsep Kawasan Jenis Detail Sub Jenis Justifikasi Pemilihan Justifikasi Pemilihan
Komponen Kegiatan Konstruksi Konstruksi Terpilih Jenis Material Material Terpilih
Sumur Bor
Sumur Bor Dalam
IPAL
IPAL Komunal Komunal Bio
Filter
Dst………..
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
JL. PATTIMURA NO. 20, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN, INDONESIA - 12110