Anda di halaman 1dari 8

TEORI MAX WEBER

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Rezqyana Cahyani C10120043


2. Dadang Agus Rusmana C10120045
3. Ni Wayan Desya Putri C10120055
4. Sari C10120065
5. I Kadek Andre Dwiane C10120092
6. Brigita Damayanti Saranlay C10120097
7. Fraisye Febri Ntohina C10120054
8. Ni Putu Lidya Febriana C10120102
9. Mohamad Yusril s Kunut C10120109
10. Adryan Bagus C10120119
11. Ahmad Musafir C10120142
12. Marcella Chrysan Parengkuan C10120156
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tata hidup masyarakat luas. Interaksi social dalam
masyarakat, juga sebab-musabab sebuah fenomena social terjadi, merupakan objek kajian sosiologi.

Max Weber, yang merupakan salah satu tokoh awal sosiologi modern, menjelaskan sosiologi sebagai ilmu
yang berusaha memahami tindakan social yang terjadi dalam masyarakat untuk mencari penjelasan
bagaimana tindakan tersebut berjalan dan efeknya bagi masyarakat luas

Resqyana
1. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi berkembang dan mulai terkenal pada abad-19. Tepatnya pada 1830-an, ilmuan social
berkebangsaan Prancis, Auguste Comte, menerbitkan buku berjudul Cours De Philosophie Positive.

Melalui buku tersebut, Auguste Comte memperkenalkan istilah sosiologi. Sosiologi berasal dari
dua kata latin, yakni socios yang berarti masyarakat dan logos yang berarti ilmu.

Ada beberapa nama tokoh sosiologi pada awal perkembangannya yang ikut membentuk dasar
sosiologi, misalnya Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. Tokoh-tokoh
sosiologi ini sering disebut sebagai peletak dasar ilmu sosiologi.

Yusril
2. Max Weber dan Sosiologi

Maximiliam Weber, atau dikenal dengan Max Weber, merupakan seorang tokoh perkembangan ilmu
sosiologi. Pemikirannya tentang sosiologi ikut membentuk ilmu sosiologi menjadi seperti sekarang ini.

Dilahirkan di Erfrut Jerman pada 21 April 1864, Weber kemudian tumbuh menjadi salah satu peletak
dasar ilmu sosiologi. Salah satu pemikiran terkenal Weber adalah hubungan agama dengan tata kehidupan
masyarakat.

Weber memahami sosiologi sebagai ilmu yang menitikberatkan pada penjelasan sebab-akibat sebuah
fenomena social dapat terjadi. Hal tersebut membuat penelitian sosiologi yang dilakukan oleh Weber erat
dengan bidang ilmu sejarah.

Bagi Weber, sosiologi bertugas untuk mengisi ruang kosong dalam studi sejarah. Bila sejarah berusaha
mencari penjelasan atas sebuah peristiwa penting dalam peradaban sebuah masyarakat, sosiologi bagi Weber
mengisi ruang kosong berupa penjelasan hubungan persitiwa tersebut dengan perubahan social yang terjadi.

Lidya
3. Weber tentang Kelas dan Status Sosial

Kelas Sosial dirumuskan sebagai sekumpulan orang yang memiliki taraf ekonomi yang serupa. Orang-
orang yang tidak diklasifikasikan dalam sebuah kelas tidak terkait satu sama lain. Sebuah kelas social, menurut
Weber, dapat dilihat dari hal-hal seperti kekayaan, pendapatan, atau pekerjaan sekumpulan orang tersebut.

Sifat kelas social yang tidak terkait tersebut berbeda dengan sifat status siosal yang dijelaskan weber
sebagai sebuah komunitas orang yang memiliki dominasi disebuah masyarakat. Orang-orang yang masuk dalam
statsi social yang sama umumnya terkait satu sama lain. Status social yang dimaksudkan Weber misalnya
seperti bangsawan. Bangsawan memiliki dominasi dalam masyarakat dan mereka berkaitan satu sama lain.

Marcella
4. Weber tentang Tindakan Sosial

Bagi Weber, objek utama sosiologi adalah tindakan social yang terjadi dimasyarakat. Tindakan sosial
merupakan semua tindakan manusia yang memiliki makna subyektif dibaliknya.

Dilansir dari buku Glosari Teori Sosial (2011) yang ditulis M. Taufiq Rahman, Weber memberikan tiga
karakteristik untuk menyebut sebuah tindakan dapat disebut tindakan social, yaitu :
Perilaku tersebut mempunyai makna subjektif.
Perilaku tersebut mempengaruhi perilaku-perilaku orang lain.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh perilaku-perilaku orang lain.

Sari
Disisi lain Weber membagi tindakan social dalam empat jenis tipe yang berbeda, yaitu :

1. Tindakan Rasional / tindakan instrumental


Tindakan ini mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh rasionalitas sang aktor demi
mencapai tujuan tertentu, seperti transaksi ekonomi.
2. Tindakan Berorientasi Nilai
Tindakan ini mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh kepercayaan terhadap nilai-nilai
tertentu, seperti berdoa bersama yang dilandasi oleh nilai agama.
3. Tindakan Afektif
Mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh perasaan seorang individu, misalnya orang yang
menangis setelah mengetahui peristiwa korban kecelakaan.
4. Tindakan Tradisional
Mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh tradisi atau yang dilakukan berulang-ulang sejak
zaman dulu, misalnya upacara keagamaan yang dilakukan karena sudah terbiasa melakukannya.
Andre
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai