Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alifio Adlin Enggarianto

NIM / Kelas : F1A020048 / B

Max Weber dan Metodologisnya: Individualisme Metodologis

 Biografi Max Weber


Karl Emil Maximillian Weber atau yang lebih dikenal sebagai Max Weber lahir di Effurt, Jerman
pada tanggal 21 April 1864. ia terlahir dari keluarga kelas menengah dan juga dari kedua
orangtua yang memiliki latar belakang berbeda. Ayah Weber seorang politikus kompromistis
yang disegani karena menjadi bagian dari kekuasaan politik yang mapan dan juga memiliki
kecenderungan terhadap kesenangan duniawi. Walaupun ayah Weber disegani oleh
masyarakat, ia sering kali melakukan kekerasan terhadap keluarganya. selanjutnya, Ibu Weber
adalah seorang protestan calvinisme yang terpelajar dan sangat religius. Meskipun suaminya
cenderung hidup dalam kesenangan duniawi, ia tidak banyak terlibat dalam gaya hidup
suaminya yang glamour. Perbedaan latar belakang kedua orangtuanya ini berpengaruh besar
pada orientasi intelektual dan perkembangan psikologis, sehingga pengaruh tersebut tertuang
dalam pemikiran-pemikiran, ide-ide, ajaran-ajaran, dan teori-teori yang dihasilkannya. Dalam
karya-karyanya pun terdapat ketegangan antara pikiran birokratis (yang mewakili sang ayah)
dan religiosistas (yang mewakili ibunya). Tidak hanya itu, situasi sosial dan politik di Jerman
pun mempengaruhi pemikiran Weber juga, yang mana situasi masyarakat Jerman saat itu
mengalami transisi dari agraris ke industrial perkotaan serta rasionalisasi semakin meningkat
dalam semua sisi kehidupan politik dan ekonomi. Kontribusinya terhadap sosiologi sangatlah
besar, hal itu dapat dilihat dari karyanya seperti Basic Sociological Terms, Objectivity in Social
Science, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, dan The Types of Legitimate
Domination. Tidak hanya karyanya yang memiliki kontribusi besar, pemikiran-pemikirannya
pun juga demikian. Salah satu pokok pikirannya yang paling masyhur ialah Verstehen, yang
mana pokok pikiran ini menjadi inti utama dari individualisme metodologis yang akan kita
bahas.

 Max Weber Tentang Sosiologi


Untuk memahami metodologis yang digunakan oleh Weber (individualisme metodologis), kita
perlu mengetahui pandangan Weber tentang sosiologi terlebih dahulu. Menurut Weber,
sosiologi adalah ilmu tentang Social interaction dan human social action yang tujuannya untuk
memahami subjective meaning tindakan individu serta untuk memahami realitas sosial sebagai
kumpulan individu dan tindakan-tindakan sosial. dengan kata lain, sosiologi adalah ilmu yang
berhubungan dengan pemahaman interpretatif dalam menganalisis dan mendeskripsikan
masyarakat, baik yang tampak maupun yang membatin. Analisis dan deskripsi tentang
masyarakat tersebut harus diinterpretasi sedemikian rupa agar penjelasan tentang individu
dan masyarakat yang dimaksud tidak keliru. Maka dari itu, fokus kajian sosiologi menurut
Weber adalah tindakan sosial yang memiliki subjective meaning bagi individu dan berbasis
rasionalitas.

Dari sini dapat kita pahami bahwa Weber mengungkapkan dua tujuan utama kerja sosiologis
yaitu sosiologi harus mengenalkan pemahaman dan interpretasi tindakan sosial dan di sisi lain
sosiologi harus menjelaskan proses dan konsekuensi dari tindakan sosial. kemudian, Weber
menekankan pentingnya beberapa features of action sebagai tipe dasar dari aksi dan orientasi
aksi (Prosch, 2004: 32).

Dalam definisi sosiologi yang dikemukakan oleh Weber, ada dua konsep yang membutuhkan
penjelasan lebih lanjut yakni pemahaman interpretatif atau yang dikenal sebagai verstehen dan
tindakan sosial (Raho, 2016: 6). Dengan demikian, perlu adanya penjelasan tentang verstehen
dan tindakan sosial.

 Pendekatan Verstehen
Verstehen merupakan salah satu kontribusi Weber yang paling terkenal dan paling
kontroversial untuk metodologi sosiologi kontemporer. Versthen adalah suatu metode
pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengitari
peristiwa sosial dan histori (Syukur, 2018: 75). Pendekatan verstehen mengacu pada
konsep empati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir
orang lain yang tindakannya hendak diperjelas. Menurut Weber, verstehen melibatkan
penelitian sistematis dan ketat daripada sekadar mendapatkan "perasaan" untuk teks
atau fenomena sosial (Ritzer, 2010: 117). Dan juga verstehen merupakan metode paling
tepat untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan
sosial. Dapat dikatakan pula verstehen sebagai alat ukur analisis tingkat makro, sebab
pencetus dari Vestehen itu sendiri yaitu Weber menggunakannya pada konteks tindakan
budaya dan sosial-struktural.

Pemahaman interpretatif atau verstehen telah mengajarkan kepada kita bahwa dunia
sosial berbeda dengan dunia alam. Hal itu dikarenakan dunia alam berdasarkan pada
fakta observable (faktor eksternal yang memengaruhi tetap), sedangkan dunia sosial
berdasarkan pada makna atau spritual world (banyak faktor eksternal yang dapat
memengaruhi).

 Tindakan Sosial
Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Weber medefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan
sosial serta antar hubungan sosial untuk mencapai penjelasan kausal. Untuk mencapai
kejelasan kausal tersebut perlu melalui pendekatan verstehen. Sekarang, kita akan
membahas fokus kajian sosiologi menurut Weber yaitu tindakan sosial. Tindakan sosial
adalah tindakan yang mempunyai makna subyektif. Pada dasarnya, individu berperilaku
karena diarahkan untuk memperoleh respon dari orang lain sehingga memiliki
implikasi sosial. Dengan kata lain, tindakan sosial berorientasi terhadap makna sosial.
Weber mengklasifikasi tindakan sosial ke dalam 4 tipe sebagai berikut:
1) Tindakan Rasional Instrumental, tipe tindakan sosial ini ditujukan ke arah nilai atau
tujuan yang bermanfaat dan berimplikasi pada kesesuaian antara tujuan dengan
cara.
2) Tindakan Rasionalitas Berbasis Nilai, tipe tindakan sosial ini berbasis nilai yang
ditentukan oleh keyakinan atau kesadaran penuh akan nilai etis, estetis, dan
religius.
3) Tindakan Afektif, tipe tindakan sosial ini ditandai dengan dominasi perasaan atau
emosi tanpa refleksi kesadaran. Tindakan afektif ini sifatnya spontan, tidak rasional
serta merupakan ekspresi emosional individu.
4) Tindakan Tradisional, tipe tindakan sosial ini merupakan tindakan yang dilakukan
karena kebiasaan atau tradisi yang berlaku di masyarakat tanpa menyadari
alasannya atau tujuannya.
Bahwasannya klasifikasi tindakan sosial di atas berdasarkan rasionalitasnya. Lalu,
Alasan Weber mengklasifikasikan tindakan sosial berdasar rasionalitas karena konsep
rasionalitas merupakan kunci analisa obyektif mengenai arti-arti subjektif. Weber juga
menyatakan bahwa semakin rasional tindakan sosial itu, maka semakin mudah untuk
dipahami (Ritzer, 2007; 40).

 Individualisme / Interpretivisme Metodologis


Pembahasan-pembahasan di atas memiliki kaitan yang erat dengan individualisme
metodologis, sebab metodologis ini menggunakan pendekatan verstehen yang tujuannya untuk
memahami arti-arti subjektif tindakan sosial. Dalam metodologis ini, masyarakat dinilai
berdasarkan orientasi individualnya. Bagi Weber, metodologis ini bertujuan memberikan
model pemahaman yang bersandar pada pengamatan tindakan sosial individu. Pengamatan
tersebut berguna untuk mengungkap makna di balik gagasan-gagasannya, motif psikisnya,
maupun nilai dan norma apa yang dikandung dalam batinnya. Tujuannya agar individu
diberikan peluang keluar dari kerangkeng totalitasi masyarakat. Dengan demikian,
Individualisme metodologis merupakan upaya untuk memahami makna, kekuatan sosial, yang
menggerakan tindakan individu atau kelompok. Kemudian, Individualime metodologis erat
kaitannya dengan metode penelitian kualitatif, sebab metodologis ini berupaya untuk
memahami subjek penelitian dari sudut pandang subjek, bukan dari bias peneliti (value-free).

Indiviualisme metodologis yang digunakan Weber ini ternyata memiliki perbedaan pandangan
dengan pemikiran Emile Durkheim dalam melihat dan menjelaskan masyarakat. penjelasan
terhadap perbedaan tersebut yaitu: dalam individualisme metodologis, masyarakat hanyalah
konsensus dari subjective meaning (rasionalitas) individu. Sedangkan dalam pemikiran
Durkheim, masyarakat sebagai sesuatu yang riil dan juga berada terlepas dari individu serta
bekerja menurut prinsipnya yang khas. Dengan demikian, individualisme metodologis bertolak
belakang dengan pemikiran Durkheim yang kental dengan nuansa positivisme.

kesimpulannya, Individualisme metodologis ini dibagun dari fokus cara pandang Weber. Weber
memandang bahwa setiap individu memiliki Subjective meaning dalam setiap tindakan sosial
mereka dan juga Weber menyatakan bahwa yang harus dipelajari sosiologi adalah tindakan
sosial yang didasarkan atas subjective meaning (rasionalitas) individu. Untuk memahami
tindakan sosial tersebut, Weber menggunakan pendekatan Verstehen. Oleh karena itu, metode
pendekatan dalam individualisme metodologis yaitu Verstehen. individualisme metodologis dan
Verstehen menjadi satu kesatuan, yang mana bisa dikatakan individualisme metodologis sama
dengan verstehen.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mianto Nugroho. (2016). Weber: ‘Nabi’ Etika Protestan, Bapak Verstehen. Jurnal Humaniora
Yayasan Bina Darma, 3(1), 057-066.

Bernard Raho, SVD. (2016). Sosiologi. Flores: Ledalero.

Prosch, Bernhard. (2004). Max Weber, Action, and Sociological Explanations: Methodological
Individualism In Sociology. Acta Univesitatis Carolinae, 1(14), 31-38.

Ritzer, George. (2007). Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan oleh
Alimandan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

------------------. (2010). Sociological Theory (8th edition). New York: McGraw-Hill.

Syukur, Muhammad. (2018). Dasar-Dasar Teori Sosiologi. Depok: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai