Anda di halaman 1dari 53

Analisis Hubungan

Biaya-Volume-Laba
Gerlan Haha Nusa, S.E., M.Acc., Ak., CA.
Bahan Kajian
Analisis Hubungan Biaya dan Hubungan Biaya-Volume-Laba:
1. Analisis impas
2. Teknik aljabar
3. Teknik grafik
4. Perhitungan rugi laba cob-coba
5. Margin keamanan
6. Asumsi dalam analisis impas
7. Persamaan biaya volume biaya
8. Perubahan komposisi produk
9. Grafik laba dan volume
10. Perencanaan laba dan pajak penghasilan
11. Analisis biaya volume laba dan ABC – perhitungan dan dampaknya
Visi dan Misi Prodi Akuntansi

VISI
“Menjadi Prodi Akuntansi yang Unggul dan Terdepan
dalam bidang teknologi informasi dan kewirausahaan di
di tingkat Nasional pada Tahun 2037 serta Mewarisi
Nilai-Nilai Kejuangan Jenderal Achmad Yani”
Visi dan Misi Prodi Akuntansi
MISI
1. Melaksanakan pendidikan akuntansi yang bermutu dan responsif untuk kemajuan teknologi
informasi dan kewirausahaan;
2. Melaksanakan kegiatan penelitian akuntansi yang unggul di bidang teknologi informasi dan
kewirausahaan untuk berkontribusi pada ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya bangsa dan
menghasilkan produk-produk inovasi berbasis teknologi;
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk implementasi ilmu akuntansi
berbasis teknologi informasi dan kewirausahaan yang berdaya guna dan berhasil guna;
4. Melakukan kerja sama ilmu akuntansi yang berkelanjutan dengan stakeholder untuk mewujudkan
daya saing global;
5. Menyelenggarakaan dan mengembangkan manajemen di pendidikan akuntansi yang baik dan
mandiri (Good University Governance);
6. Pendidikan akuntansi yang mendalami dan mengembangkan nilai-nilai kejuangan Jenderal
Achmad Yani untuk diterapkan oleh sivitas akademika dan pendukungnya
Pendahuluan
Analisis Impas
Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis hubungan antara biaya,
volume dan laba merupakan, digunakan salah satu alat bagi manajemen untuk
menyusun perencanaan laba.
Ada beberapa teknik dalam analisis impas:
1. Teknik Aljabar;
2. Teknik Grafik;
3. Teknik Perhitungan Laba
Teknik Aljabar

Impas ditentukan menggunakan persamaan aljabar


Penghasilan total = Biaya total
Penghasilan total = Biaya tetap total + Biaya variabel total
Jika:
Harga jual per unit =p
Unit yang dijual/diproduksi = X
Biaya tetap total =a
Biaya variabel total =b

pX = a + bX
Secara aljabar impas dinyatakan sbb:

a a
pX  (1) X  (2)
b p b
1
p
Kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan menjadi:

Biaya tetap total


Impas (Rp) 
Biaya variabel per unit
1
Harga jual per unit

Biaya tetap total


Impas (unit) 
Harga jual per unit - Biaya variabel per unit
Contoh 1:

Harga jual per unit Rp 30.000


Biaya variabel per unit Rp 16.500
Biaya tetap total per tahun Rp 148.500
Maka impas dapat dihitung sbb:

148.500
Impas (Rp)   Rp 330.000
16.500
1
30.000
148.500
Impas (unit)   11 unit
30.000  16.500
Agar perusahaan memperoleh impas maka harus menjual produknya sebanyak 11 unit
atau senilai Rp 330.000.
Rasio Margin Kontribusi:

Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah perbandingan antara


margin kontribusi (total penghasilan dikurangi total biaya variabel) dengan
total penghasilan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛𝑢𝑎𝑛𝑔=
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

𝑅𝑝30.000 − 𝑅𝑝16.500
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖= =45 %
𝑅𝑝30.000

𝑅𝑝 148.500
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑎𝑛𝑔= =330.000
45 %
Teknik Grafik
Titik impas merupakan pertemuan antara grafik penghasilan total dengan
grafik biaya total dalam satu bidang sumbu tegak (penjualan/biaya dalam
Rp) dan sumbu datar (volume penjualan/produksi dalam unit).
Sebelum membuat grafik terlebih dahulu dibuat perhitungan penghasilan
total pada berbagai tingkat volume kegiatan (penjualan/produksi)dalam
jarak kapasitas tertentu.
Contoh:
Harga jual per unit Rp 2.000
Biaya variabel per unit Rp 500
Biaya tetap total dalam jarak kapasitas 0-200 unit Rp 180.000
Volume Penjualan Biaya Tetap Biaya variabel
Biaya Total Laba (Rugi)
penjualan total total total
(unit) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

1 2 3 4 5 6
0 - 180.000 - 180.000 -180.000
40 80.000 180.000 20.000 200.000 -120.000
80 160.000 180.000 40.000 220.000 -60.000
120 240.000 180.000 60.000 240.000 0
160 320.000 180.000 80.000 260.000 60.000
200 400.000 180.000 100.000 280.000 120.000

Kolom 2= kolom1 x harga per unit


Kolom 4= kolom 1 x biaya variabel per unit
Kolom 5= kolom 3 + kolom 4
Kolom 6= kolom 2 – kolom 5
Penjualan Garis penghasilan
Rp 400.000 total

Daerah Garis biaya total


laba
Titik impas
Rp 240.000 Biaya variabel total

Rp 180.000

Daerah rugi
Biaya tetap total
Rp 80.000

0 40 120 200

Unit penjualan
• Garis penghasilan total dibuat dengan menarik sebuah garis yang
memotong titik-titik hubungan antara volume penjualan dalam unit
(kolom 1) dengan penjualan total (kolom 2).
• Garis biaya total dengan carai menarik garis yang memotong titik-titik
hubungan antara volume penjualan (kolom 1) dalam unit dengan biaya
dalam rupiah (kolom 5).
• Garis penghasilan total berpotongan dengan garis biaya total pada
sebuah titik yang disebut: TITIK IMPAS. Jarak antara garis penghasilan
total dengan garis biaya total di daerah sebelum titik impas disebut
daerah RUGI, sedangkan di atas titik impas disebut daerah LABA.
Grafik Laba per Unit (Unit Profit Graph
Grafik laba per unit digunakan untuk manajemen melihat seberapa jauh biaya tetap
mempengaruhi biaya per unit.
Sebelum membuat grafik, terlebih dahulu kita mencari total penghasilan per unit dan
biaya per unit pada berbagai tingkat volume kegiatan.
Tabel perhitungan penjualan per unit dan
biaya per unit
Keterangan:
(3) : Biaya tetap total / volume produksi
(5) : penjumlahan (3) + (4)
(6) : (2) – (5)
Grafik Laba per Unit (Unit Profit Graph

Grafik laba per unit


Teknik Perhitungan Rugi-Laba Coba-Coba
Impas ditentukan dengan cara membuat perhitungan rugi-laba untuk berbagai
tingkat volume kegiatan dengan cara coba-coba.
Volume Penjualan Biaya Tetap Biaya
Biaya Total Laba (Rugi)
penjualan total total variabel total
(Rp) (Rp)
Informasi:
(unit) (Rp) (Rp) (Rp)
- Harga jual per unit Rp 2.000
1 2 3 4 5 6
- Biaya variabel per unit Rp 500
0 - 180.000 - 180.000 -180.000
40 80.000 180.000 20.000 200.000 -120.000
- Biaya tetap total dalam jarak kapasitas 0-200 unit Rp
80 160.000 180.000 40.000 220.000 -60.000 180.000
120 240.000 180.000 60.000 240.000 0
160 320.000 180.000 80.000 260.000 60.000
200 400.000 180.000 100.000 280.000 120.000
Kita fokus pada volume produksi, maka kita akan
mendapatkan rugi-laba
Margin Keamanan (Margin of Safety)
Adalah selisih antara rencana penjualan (dalam unit atau satuan uang) dengan
impas (dalam unit atau satuan uang) penjualan

Tujuannya adalah memberikan informasi mengenai seberapa jauh realisasi penjualan


dapat turun dari rencana penjualan agar perusahaan tidak rugi.
Margin Keamanan
Contoh:
Rencana penjualan: Rp. 300.000
Impas penjualan: Rp. 240.000
Margin keamanan: Rp. 300.000 – Rp. 240.000 = Rp. 60.000 MAKSIMUM
PENURUNAN
PENJUALAN
Bila dinyatakan dalam presentase:

Maka rasio margin keamanan:


Asumsi Dalam Analisis Impas
Asumsi-asumsi analisis impas:
1. Harga jual per unit tidak berubah-ubah pada berbagai volume penjualan.
2. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang relatif konstan.
3. Biaya dapat dipisahkan dalam biaya tetap dan biaya variabel
4. Jumlah perubahan persediaan awal dan persediaan akhir tidak berarti.
5. Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, komposisi produk yang
dijual dianggap tidak berubah.

Jika salah satu asumsi berubah, maka akan mempengaruhi posisi impas, dan pada akhir akan
mempengaruhi pula laba perusahaan
Persamaan Biaya-Volume-Laba
(Cost-Volume-Profit)
Analisis hubungan biaya-volume-laba terhadap perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi laba dapat dibuat dengan persamaan C-V-P sbb:

Total Penghasilan = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel + Laba

Persamaan di atas sebenarnya berasal dari persamaan aljabar:


pX = a + bX + c
Dalam hal ini c adalah laba
Contoh: penentuan impas dengan menggunakan persamaan biaya-volume-laba
adalah sbb:
Jika diketahui harga jual per unit Rp 2.000, total biaya tetap Rp.40.000, biaya
variabel perunit Rp.1500, maka :
Rp 2.000 X = Rp 40.000 + Rp 1.500 X + 0
500 X = Rp 40.000
X = 80 unit

Apabila perusahaan menginginkan laba Rp 30.000 jika harga jual dan biaya tidak
berubah, volume penjualan produk harus sebesar:
Rp 2.000 X = Rp 40.000 + Rp 1.500 X + Rp 30.000
500 X = Rp 70.000
X = 140 unit
Analisis B-V-L Terhadap Perubahan
Harga Jual Per Unit
Perubahan harga jual akan mempengaruhi Volume penjualan dan laba perusahaan.

Contoh: jika perusahaan berencana menaikkan harga dari Rp 2.000 per unit menjadi Rp 2.500
jika volume penjualan tetap yaitu 140 unit, total biaya tetap Rp.40.000, biaya variabel perunit
Rp.1.500 maka akan mempengaruhi laba dari Rp 30.000 menjadi:
Rp 2.500 (140) = Rp 40.000 + Rp 1.500 (140) + c
Rp 350.000 = Rp 250.000 + c
c = Rp 350.000 - Rp 250.000
c = Rp 100.000
Dengan biaya dan volume penjualan tetap, adanya kenaikan harga jual 25% akan berakibat
terhadap kenaikan laba sebesar Rp 70.000 atau 2,33 kali (dari 30.000 menjadi 100.000)
Analisis B-V-L Terhadap Perubahan
Harga Jual Per Unit
Lanjutan:
Jika perusahaan ingin laba tetap, maka:
2500 X = 40.000 + 1500 X + 30.000
1000 X = 70.000
X = 70 unit

Bahwa kenaikan harga jual sebesar 25%, maka penurunan jumlah unit yang dijual adalah 50%
(70 unit)
Analisis B-V-L Terhadap Perubahan
Volume Penjualan
Perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan dan total biaya.

Contoh: jika perusahaan menetapkan penjualan sebanyak 175 unit dengan harga jual tetap Rp
2.000 per unit, total biaya tetap Rp. 40.000, biaya variabel per unit Rp.1500 maka akan
mempengaruhi laba dan total biaya menjadi:
Rp 2.000 (175) = Rp 40.000 + Rp 1.500 (175) + c
Rp 350.000 = Rp 302.500 + c
c = Rp 350.000 - Rp 302.500
c = Rp 47.500
Dengan harga jual tetap, adanya kenaikan volume penjualan dari 140 menjadi 175 (naik 25%)
unit akan berakibat terhadap kenaikan laba Rp 17.500 dari Rp 30.000 menjadi Rp 47.500 atau
58,3%.
Analisis B-V-L Terhadap Perubahan
Volume Penjualan
Menghitung menggunakan margin kontribusi:
Rp. 500 x 35 = Rp 17.500

Keterangan
(harga jual per unit) Rp. 2000 – (biaya variabel per unit) Rp 1500 = Rp 500

Kenaikan volume penjualan:


175 unit – 140 unit = 35 unit
Analisis B-V-L Terhadap Perubahan
Volume Penjualan
Menghitung menggunakan analisi rasio laba-volume:
Analisis C-V-P Terhadap Perubahan
Biaya Variabel Per Unit
Perubahan biaya variabel per unit akan mempengaruhi laba perusahaan dan total
biaya.

Contoh: jika biaya variabel naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.600, sementara harga
jual per unit, total biaya tetap dan volume penjualan tetap, maka akan
mempengaruhi laba dan total biaya menjadi:
Rp 2.000 (140) = Rp 40.000 + Rp 1.600 (140) + c
Rp 280.000 = Rp 264.000 + c
c = Rp 280.000 - Rp 264.000
c = Rp 16.000
Adanya kenaikan biaya variabel per unit dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.600 per unit akan
menyebabkan penurunan laba Rp 14.000 dari Rp 30.000 menjadi Rp 16.000.
Analisis C-V-P Terhadap Perubahan
Biaya Variabel Per Unit
Perubahan margin kontribusi dari akibat perubahan biaya variabel per unit yang awalnya
adalah Rp 500 (seperti slide sebelumnya pada perubahan volume penjualan), menjadi:
Harga jual per unit – Rp 2000 (-) biaya variabel per unit – Rp 1600 = Rp 400

Rasio margin kontribusi pun berubah (25%)


menjadi:
Analisis C-V-P Terhadap Perubahan
Biaya Variabel Per Unit
Titik impas sebelum biaya variabel per unit naik:
Rp 40.000 / 25% = Rp. 160.000 menjadi 40.000 / 20% = Rp. 200.000 (titik impas dengan satuan
uang)
160.000 / 2000 = 80 unit menjadi 200.000 / 2000 = 100 unit (dengan unit penjualan)
(lihat slide sebelumnya bagian c = 0).
Analisis C-V-P Terhadap Perubahan
Total Biaya Tetap
Perubahan total biaya tetap akan mempengaruhi laba perusahaan dan total biaya
tetapi tidak mempengaruhi rasio margin kontribusi namun impasnya berubah (baik
satuan uang dan unit).

Contoh: jika total biaya tetap naik dari Rp 40.000 menjadi Rp 50.000, sementara
harga jual per unit, total biaya variabel dan volume penjualan tetap, maka akan
mempengaruhi laba dan total biaya menjadi:
Rp 2.000 (140) = Rp 50.000 + Rp 1.500 (140) + c
Rp 280.000 = Rp 260.000 + c
c = Rp 280.000 - Rp 260.000
c = Rp 20.000
Adanya kenaikan total biaya tetap dari Rp 40.000 menjadi Rp 50.000 akan
menyebabkan penurunan laba Rp 10.000 dari Rp 30.000 menjadi Rp 20.000.
Perubahan Komposisi Produk
Perubahan komposisi produk dapat mempengaruhi hubungan B-V-L.
Contoh:
Ada 3 macam produk K,L,M
Total biaya tetap: Rp. 297.000
Harga per unit dan biaya variabel per unit disajikan sebagai berikut:
Perubahan Komposisi Produk
Komposisi produk yang terjual:
K = 11.000 unit
L = 8.750 unit
M = 16.000 unit
Maka laba impas adalah sebagai berikut:
Perubahan Komposisi Produk
Jika terjadi perubahan (produk yang terjual):
K = turun 50%
L = naik 30%
M = naik 20%
Maka komposisi yang terjual terhadap
perhitungan laba dan impas
Perubahan Komposisi Produk
Bagi perusahaan yang menjual lebih dari 1 macam produk, yang perlu diperhatikan
adalah pengaruh perubahan komposisi produk yang dijual terhadap rasio margin
kontribusi.
Jika komposisi perubahan produk berakibat:
Naik/turun rasio margin kontribusi maka laba naik/turun – searah
Naik/turun rasio margin kontribusi maka impas turun/naik - sebaliknya

Perubahan tiap rasio margin kontribusi


Grafik Laba dan Volume (Profit-
Volume Graph)

Rugi maksimum saat berada di sebelah kiri


titik impas dan laba disebelah kanan titik
impas
Perencanaan Laba dan Pajak
Penghasilan
Perhitungan laba sebelum memperhitungkan pajak penghasilan disebut dengan istilah EBIT (Earning Before
Income Tax) dan setelah dihitung pajak penghasilannya disebut EAT (Earning After Tax).

Bila laba yang diinginkan adalah laba setelah pajak, perlu disesuaikan dahulu laba setelah pajak dan
sebelum pajak. (hanya untuk perhitungan analisis hubungan B-V-L)

Contoh:
Margin kontribusi per unit Rp. 1000
Biaya tetap Rp. 30.000.000
Tarif pajak 25%
Jumlah unit yang terjual (laba setelah pajak) Rp. 15.000.000
Perencanaan Laba dan Pajak
Penghasilan
Jawab laba sebelum pajak yang dinginkan:

𝑅𝑝 15.000 .000
=Rp . 20.000 .000
1 −25 %
Jumlah unit yang harus terjual dengan laba setelah pajak Rp. 15.000.000 adalah:
Perencanaan Laba dan Pajak
Penghasilan
Jadi untuk perhitungan laba setelah pajak Rp. 15.000.000 adalah sebagai berikut:

Margin kontribusi (50.000 x 1000) = 50.000.000


Biaya tetap = 30.000.000 (-)

Laba sebelum pajak (Ebit) = 20.000.000


Pajak penghasilan (25% x 20.000.000) = 5.000.000 (-)

Laba setelah Pajak (EAT) = 15.000.000


Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Sistem Activity Based Costing (ABC) biaya dikategorikan berdasarkan unit dan non-unit

Biaya dalam ABC ada yang berpengaruh terhadap unit dan ada yang tidak berpengaruh terhadap unit.

Contoh dalam perusahaan (khususnya perusahaan manufaktur), biaya dikategorikan dalam 3 variabel:
1. Pemicu aktivitas tingkat unit: unit yang terjual
2. Pemicu aktivitas tingkat batch: jumlah setup
3. Pemicu aktivitas tingkat produk: jam enjinering

Persamaan biaya ABC:


Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Laba operasi diperoleh dari

Atau dapat ditulis persamaannya menjadi berikut:

Jika menggunakan pendekatan margin kontribusi (pada titik impas/ laba operasi sama dengan nol),
persamaannya adalah:
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh implementasi:
Perusahaan menginginkan laba sebelum pajak sebesar Rp. 2.000.000
Data-data yang dibutuhkan sebagai berikut:
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh menggunakan analisis hubungan B-V-L

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡 =¿ ¿
(2.000 .000 + 10.000 .000 )
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
(2000 − 1000 )
12.000 .000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡 = =12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
1000
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh menggunakan persamaan ABC

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎=𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙𝑢𝑛𝑖𝑡𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h𝑢𝑛𝑖𝑡 )+(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝)+(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑒𝑛𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑥 𝑗𝑎𝑚𝑒𝑛𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)


Total biaya =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎= 𝑅𝑝 10.000 .000


Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh menggunakan persamaan ABC

[𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡𝑘𝑎𝑛+𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝐴𝐵𝐶+( 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝 ) +( 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑒𝑛𝑗𝑖𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑗𝑎𝑚𝑒𝑛𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 ) ]


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡=
(h𝑎𝑟𝑔𝑎−𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙𝑢𝑛𝑖𝑡)

[ 2.000 .000+5.000 .000+ ( 100.000 𝑥 20 ) + ( 3000 𝑥 1000 ) ]


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡=
(2000 − 1000)
12.000 .000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡 = =12.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
1000
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Dari kedua contoh implementasi tadi

Persamaan:
Perhitungan analisis B-V-L dengan perhitungan ABC memperoleh hasil sama yakni jumlah unit yang harus terjual adalah
12.000 unit

Perbedaan:
Dalam mengidentifikasi perilaku biaya terhadap perhitungan unit impas. Hal ini akan mempengaruhi pada penentuan
laba rugi operasinya.
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Penjelasan lebih lanjut tentang perbedaan dari kedua pendekatan:

1. Biaya tetap konvesional terdiri dari biaya variabel berdasarkan non-unit ditambah biaya yang memang tetap terhadap
pemicu aktivitas, sedangkan ABC biaya variabel berdasarkan non unit dijabarkan lebih detail dengan mengkaitkan
tingkat tertentu dari masing-masing pemicu aktivitas
2. Apabila ada perubahan pada tingkat pemicu aktivitas (jumlah unit setup dan jumlah jam enjinering) maka hasil unit
(12.000 unit) yang hasilkan akan berbeda sekali
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh bila ada perubahan unit yang dihasilkan (B-V-L konvesional):
Jumlah 12.000 unit tidak dapat terpenuhi, sehingga direksi memutuskan untuk mengurangi jumlah unit menjadi 10.000

Titik impas yang diperoleh:


𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡=
(h𝑎𝑟𝑔𝑎 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡)
10.000.000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡= =8.333 𝑢𝑛𝑖𝑡
(2000 − 800)
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh bila ada perubahan unit yang dihasilkan (B-V-L konvesional):
Laba yang diperoleh jika 10.000 unit dapat terjual:

Penjualan (Rp 2000 x 10.000) Rp 20.000.000


Dikurangi: beban variabel (800 x 10.000) Rp 8.000.000
Marjin kontribusi Rp 12.000.000
Dikurangi: beban tetap Rp 10.000.000
Laba operasi Rp 2.000.000
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh bila ada perubahan unit yang dihasilkan (Sistem ABC):
1. Peningkatan biaya per setup dari Rp. 100.000 menjadi Rp. 160.000
2. Peningkatan jam enjinering dari 1000 jam menjadi 1400 jam

Persamaan total biaya:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎=5.0 0.0 0+(80 𝑥𝑢𝑛𝑖𝑡)+(160.0 0𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝)+(30 0𝑥140 )


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎=12.400 .000
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh bila ada perubahan unit yang dihasilkan (Sistem ABC):
1. Peningkatan biaya per setup dari Rp. 100.000 menjadi Rp. 160.000
2. Peningkatan jam enjinering dari 1000 jam menjadi 1400 jam

Titik impas:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎=5.0 0.0 0+(80 𝑥𝑢𝑛𝑖𝑡)+(160.0 0𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h𝑠𝑒𝑡𝑢𝑝)+(30 0𝑥140 )


12.400 .000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑢𝑛𝑖𝑡= =10.333 𝑢𝑛𝑖𝑡
2000 − 800
Analisis B-V-L dan ABC:
Perhitungan dan Dampaknya
Terhadap Keputusan Stratejik
Contoh bila ada perubahan unit yang dihasilkan (Sistem ABC):
Laba yang diperoleh jika 10.000 unit dapat terjual:

Penjualan (Rp 2000 x 10.000) Rp 20.000.000


Dikurangi: beban variabel (800 x 10.000) Rp 8.000.000
Marjin kontribusi Rp 12.000.000
Dikurangi: beban tetap berdasarkan non-unit: Rp 7.400.000
Setup (160.000 x 20) = 3.200.000
Dukungan teknis (3000 x 1400) = 4.200.000
Marjin yang dapat ditelusuri Rp 4.600.000
Dikurangi: biaya tetap Rp 5000.000
Rugi operasi (Rp 400.000)

Anda mungkin juga menyukai