Anda di halaman 1dari 59

OLEH

Drs BAMBANG WISNU HANDOYO

BANTUL, 19 JUNI 2012


UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 33/2004

PP PP PP PP

PERMENDAGRI 13/2006

PERMENDAGRI 59/2007
UU 32/2004
Pasal 222 PP 58/2005 PERMENDAGRI 21/2011
Pasal 237
Omnibus PERMENDAGRI 55/2008
Regulation

PERMENDAGRI 37/2012
Pemerintahan
PERDA ???
Daerah
PERGUB/PERGUB ????
Pemerintah Pedoman Pedoman
Rincian
Renstra KL Renja - KL RKA-KL
Pusat APBN

Pedoman Diacu

Pedoman Dijabar Pedoman


RPJP RPJM
kan RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

Pedoman Dijabar Pedoman


RPJP RPJM RKP
kan RAPBD APBD
Daerah Daerah Daerah

Pedoman Diacu

Pedoman Pedoman
Pemerintah Renstra Renja - RKA - Rincian
Daerah SKPD SKPD SKPD APBD

Planning Budgeting
SKEDUL PERENCANAAN & PENGANGGARAN
Pembahasan & Kesepakaan
KUA antara KDH dgn DPRD (Juni)
Pembahasan dan Kesepakatan
Penetapan RKPD 6 PPAS antara KDH dgn DPRD
(Mei)
5 7 (Juni)
Musrenbang Penyusunan RKA-SKPD &
Kab/Kota RAPBD (Juli-September)
4 8
(Maret)

Forum SKPD
Pembahasan dan
Penyusunan Renja
3 9 persetujuan Rancangan
SKPD Kab/Kota APBD dgn DPRD
(Maret) Oktober-November)

Musrenbang
Kecamatan
2 10 Evaluasi Rancangan
Perda APBD
(Februari) (Desember)
Musrenbang Desa Penetapan Perda APBD
(Januari) 1 11
(Desember)

Pelaksanaan APBD 13 12 Penyusunan DPA SKPD


Desember)
Januari thn berikutnya
SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD & APBN
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)

RPJMD RPJM

5 tahun 5 tahun
Renstra
SKPD
5 tahun
1 tahun 1 tahun

Renja
RKPD RKP
SKPD
1 tahun 1 tahun
Dibahas
bersama
KUA PPAS DPRD

NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN


DPRD DGN KDH

PEDOMAN
RKA-SKPD PENYUSUNAN
RKA-SKPD

TAPD

RAPERDA
1 tahun
APBD
ANATOMI APBD
meliputi

• BELANJA YANG DIARAHKAN


• BELANJA YANG BERSIFAT WAJIB DAN
MENGIKAT
• BELANJA YANG DITENTUKAN PROSENTASE
OLEH UU/PERATURAN LAINNYA
• BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM
• BELANJA LAINNYA
BELANJA YG DIARAHKAN BELANJA YG BERSIFAT WAJIB
/ MENGIKAT

• DAK • BELANJA PEGAWAI


• DBH-DR • BELANJA BUNGA
• DBH CUKAI TEMBAKAU • KEGIATAN DPA-L
• DANA BOS • DUKUNGAN PROGRAM
• DANA INSENTIF DAERAH PRIORITAS NASIONAL ( spt
• DANA PENYESUAIAN PENDAMPINGAN DAK, e-
•BANTUAN KEUANGAN KTP)
YG BERSIFAT KHUSUS
BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI
PER UU/PERATURAN LAINNYA
• FUNGSI PENDIDIKAN 20 % DARI TOTAL BELANJA
• URUSAN KESEHATAN 10 % DARI TOTAL BELANJA
DILUAR GAJI
• ADD 10 % DARI DANA PERIMBANGAN
• DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA
• BANTUAN PARPOL
• INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK
• BELANJA MODAL SEKURANGNYA 29 % dr BLJ DAERAH

BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI


PER UU/PERATURAN LAINNYA
• 26 URUSAN WAJIB DIKAITKAN DENGAN URUSAN YANG
(DILUAR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENJADI KEWENANGAN SESUAI
TUGAS DAN FUNGSI SKPD
• 8 URUSAN PILIHAN
 BELANJA HIBAH

 BELANJA BANTUAN
YA SOSIAL
INN
L A  BELANJA BANTUAN
NJA KEUANGAN
E LA
B  BELANJA TIDAK
TERDUGA
 BELANJA SUBSIDI
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013
RKP 2013

RKPD 2013

KUA/PPAS

APBD
o KUA dan PPAS kabupaten/kota berpedoman pada RKPD
kabupaten/kota Tahun 2013 yang telah disinkronisasikan
dengan RKP Tahun 2013 dan RKPD provinsi Tahun 2013.
PRINSIP PENYUSUNAN APBD
 sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
 tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal;
 transparan;
 melibatkan partisipasi masyarakat;
 memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
 tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah
lainnya.
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD

PENDAPATAN DAERAH
merupakan perkiraan yang terukur, rasional dan memiliki
kepastian dasar hukum penerimaannya.

BELANJA DAERAH
untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan.
pelaksanaan urusan wajib berdasarkan SPM yang telah
ditetapkan.

PEMBIAYAAN DAERAH
menutup defisit atau memanfaatkan surplus
Lanjutan ….

Pendapatan daerah yang bersumber dari bankeu, baik yang bersifat


umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemprov atau
pemerintah kab/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima
bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi
bantuan.
Dalam hal penetapan APBD penerima bantuan mendahului penetapan
APBD pemberi bantuan, maka penganggaran bankeu pada APBD
penerima bantuan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan perkada tentang penjabaran APBD penerima bantuan
dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD untuk bantuan yang
bersifat khusus, dan persetujuan DPRD untuk bankeu yang bersifat
umum, untuk selanjutnya ditampung dalam P-APBD penerima
bantuan.
Dalam hal bankeu diterima setelah P-APBD TA 2013, maka bankeu
ditampung dalam LRA pemprov atau pemerintah kab/kota penerima
bantuan.
BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

o Disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah


pegawai dan belanja pegawai dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan
tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas.
o Untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai
formasi pegawai tahun 2013.
o Memperhitungkan acress yang besarnya maksimum
2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok
dan tunjangan.
Lanjutan ….

o Penyediaan dana askes berpedoman pada PP


28/2003, Keputusan Bersama Menkes dan
Mendagri No138/MENKES/PB/II/2009 dan
Nomor 12/2009.
o Penganggaran TP-PNSD, memperhatikan
amanat Pasal 63 ayat (2) PP 58/2005 dan Pasal
39 Permendagri 13/2006, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan
Permendagri 21/2011.
Lanjutan ….

BELANJA BUNGA

Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bunga


pinjaman supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD TA 2013.

BELANJA SUBSIDI
Hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
dari hasil produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya
terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan
menyangkut hajat hidup orang banyak. Sebelum belanja subsidi
tersebut dianggarkan dalam APBD harus terlebih dahulu dilakukan
pengkajian agar diketahui besaran subsidi yang akan diberikan, tepat
sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan ….
BELANJA HIBAH DAN BANSOS

Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,


pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan
evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial mempedomani
perkada yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan di bidang hibah dan bantuan sosial.

BELANJA BAGI HASIL


Penganggaran dana bagi hasil mempedomani UU 28/2009. Tata
cara penganggarannya memperhitungkan rencana pendapatan
pajak daerah dan retribusi daerah pada TA 2013, pelampauan
target TA 2012 yang belum direalisasikan ditampung dalam P-
APBD TA 2013.
Lanjutan ….

BELANJA BANTUAN KEUANGAN


• Pemprov atau pemerintah kab/kota dapat menganggarkan bankeu
kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada desa dengan
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi
dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.
• Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat
khusus.
• Bantuan keuangan kepada parpol berpedoman pada peraturan
perundang-undangan di bidang bankeu kepada parpol.
• Pemerintah kab/kota menganggarkan bankeu kepada pemerintah desa
paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterimanya kecuali
DAK sesuai Pasal 68 PP 72/2005.
Lanjutan ….

BELANJA TIDAK TERDUGA

Penganggaran BTT dilakukan secara rasional dengan


mempertimbangkan realisasi TA 2011 dan kemungkinan adanya
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,
diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. BTT merupakan
belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau
tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap
darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana
sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan
pada TA 2013, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya.
Lanjutan ….
BELANJA LANGSUNG

o Penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan


asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran
program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu
pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan.
Dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan
PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan
dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan.
Dalam satu kegiatan tidak diperkenankan hanya diuraikan ke dalam jenis
belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja
honorarium Non PNSD.
Lanjutan ….

o Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak


ketiga/masyarakat hanya diperkenankan untuk
penganggaran hadiah pada kegiatan yang bersifat
perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran A.VIII.a.1
Permendagri 13/2006 sebagaimana diubah beberapa
kali, terakhir dengan Permendagri 21/2011.
Lanjutan ….

o Penganggaran untuk pengadaan barang (termasuk berupa aset


tetap) yang akan diserahkan/dijual kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan
pada jenis belanja barang dan jasa.
o Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan
kerja dan studi banding, dilakukan secara selektif, frekuensi dan
jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari
perjalanan dinas sehingga relevan dengan substansi kebijakan
pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding
dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus
penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada
Inpres 11/2005 dan Permendagri 11/2011.
Lanjutan ….

o Penganggaran untuk menghadiri diklat, bintek/sejenisnya


yang terkait dengan pengembangan SDM Pimpinan dan
Anggota DPRD serta pejabat/staf pemda, yang tempat
penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan sangat
selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi
dan kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari
kehadiran dalam diklat, bintek/sejenisnya guna pencapaian
efektifitas penggunaan anggaran daerah.
Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan dan
Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota berpedoman
pada Permendagri 57/2011.
Lanjutan ….

o Jumlah belanja modal sekurang-kurangnya 29% dari


belanja daerah sesuai amanat Perpres 5/2010.
o Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik
daerah berpedoman pada Permendagri 17/2007 dan
memperhatikan standar barang berdasarkan Permendagri
7/2006, sebagaimana diubah dengan Permendagri 11/2007.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan
bangunan milik daerah memperhatikan Perpres 73/2011.
PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

o Penganggaran SiLPA didasarkan pada penghitungan yang


cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan
realisasi anggaran TA 2012 dalam rangka menghindari
kemungkinan adanya pengeluaran pada TA 2013 yang tidak
dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang
direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud harus diuraikan
pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA TA 2012.
o Masa penghapusan piutang PBB-P2 sebagai konsekuensi
pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi PAD, berpedoman
pada UU 28/2009.
Lanjutan ….
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
o Penyertaan modal pemda pada BUMN/BUMD dan/atau
badan usaha lainnya ditetapkan dengan perda tentang
penyertaan modal. Dalam rangka pemenuhan kewajiban
yang telah tercantum dalam perda, tidak perlu perda
tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal
belum melebihi jumlah yang telah ditetapkan pada perda
tentang penyertaan modal. Dalam hal akan menambah
melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah, dilakukan perubahan perda
tentang penyertaan modal.
Lanjutan ….
o Dalam rangka penguatan struktur permodalan PDAM, bagian laba
bersih PDAM yang layanannya belum mencapai 80% dari jumlah
penduduk yang menjadi cakupan pelayanan PDAM harus
diinvestasikan kembali untuk penambahan, peningkatan, perluasan
prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum, baik fisik
maupun non fisik serta peningkatan kualitas dan pengembangan
cakupan pelayanan.
Pemda dapat melakukan penambahan penyertaan modal guna
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kapasitas pelayanan air
minum kepada masyarakat, agar percepatan pemenuhan target
pelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% dan
wilayah pedesaan sebanyak 60% sesuai target MDG’s tahun 2015
dapat segera tercapai.
Lanjutan ….

o Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit


anggaran sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5)
PP 58/2005 dan Pasal 61 ayat (2) Permendagri
13/2006, sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri 21/2011.
o Pemda harus melakukan pengendalian batas maksimal defisit APBD
TA 2013 dengan berpedoman pada penetapan batas maksimal defisit
APBD yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
o Dalam hal perhitungan penyusunan RAPBD menghasilkan SILPA
Tahun Berjalan positif, pemda harus memanfaatkannya untuk
penambahan program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume
program dan kegiatan yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaran
pembiayaan. Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif,
pemda melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran
pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan
program dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan
volume program dan kegiatannya.
 Penetapan APBD harus tepat waktu, paling lambat tanggal 31 Des 2012
sebagaimana diatur dalam Pasal 116 ayat (2) Permendagri 13/2006,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 21/2011.
 Dalam hal rancangan KUA dan rancangan PPAS telah disampaikan
pemda kepada DPRD paling lambat pertengahan Juni 2012, DPRD tidak
membahas atau pembahasan belum selesai sampai akhir bulan Juli 2012,
KDH melaporkan perkembangannya kepada MDN bagi pemprov dan
kepada gubernur bagi pemkab/kota. Selanjutnya, MDN dan gubernur
memfasilitasi penyusunannya.
Sebaliknya, dalam hal rancangan KUA dan rancangan PPAS belum
disampaikan oleh pemda kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juni
2012, DPRD melaporkan perkembangannya kepada MDN bagi
pemerintah provinsi dan kepada gubernur bagi pemerintah kab/kota.
Selanjutnya, MDN dan gubernur memfasilitasi penyusunannya.
 Dalam hal raperda tentang APBD disampaikan oleh KDH kepada DPRD paling
lambat Minggu I Oktober 2012, sedangkan pembahasan belum selesai s.d. 30
Nopember 2012, maka KDH menyusun raperkada tentang APBD untuk
mendapatkan pengesahan dari MDN bagi APBD Provinsi dan Gubernur bagi
APBD Kab/Kota sesuai Pasal 107 ayat (3) Permendagri 13/2006, sebagaimana
telah diubah dengan Permendagri 21/2011.
Raperkada tentang APBD harus memperhatikan:
oAnggaran belanja dibatasi maksimum = anggaran belanja P-APBD TA 2012
atau APBD TA 2012 apabila tidak melakukan perubahan.
oBelanja diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan
bersifat wajib.
oPelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan
apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta
penyediaan dana pendamping atas prog dan keg yang ditetapkan oleh pemerintah
serta BBH pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanya
kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dari TA 2013.
 P-APBD TA 2013 harus dilakukan setelah penetapan perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD TA 2012 dan laporan
semester pertama pelaksanaan APBD TA 2013.
Persetujuan bersama antara pemda dan DPRD terhadap raperda P-APBD
TA 2013 ditetapkan paling lambat akhir September 2013.
 Dalam P-APBD TA 2013, pemda tidak diperkenankan untuk
menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung dan jenis
belanja bankeu yang bersifat khusus kepada pemerintah kab/kota
dan pemerintah desa pada kelompok belanja tidak langsung, apabila
dari aspek waktu dan tahapan pelaksanaan kegiatan serta bankeu
yang bersifat khusus tersebut diperkirakan tidak selesai s.d. akhir TA
2013.
 Raperda APBD/P-APBD sebelum ditetapkan menjadi perda harus dilakukan
evaluasi sesuai ketentuan Pasal 185, Pasal 186, dan Pasal 188 UU 32/2004, jo.
Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174 Permendagri 13/2006, sebagaimana
telah diubah dengan Permendagri 21/2011.
 Banggar DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan penyempurnaan atas
raperda APBD/P-APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap raperda APBD/P-
APBD paling lama 7 hari kerja setelah hasil evaluasi MDN diterima oleh Gub
untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gub diterima oleh Bupati/Walikota
untuk APBD kab/kota. Hasil penyempurnaan ditetapkan dalam Keputusan
Pimpinan DPRD, dan menjadi dasar penetapan perda APBD/P-APBD.
Keputusan Pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada sidang
paripurna berikutnya, sesuai maksud Pasal 114 Permendagri 13/2006,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 21/2011.
HAL – HAL KHUSUS LAINNYA
 Dalam rangka optimalisasi penggunaan DBH-DR tahun-tahun
anggaran sebelumnya yang hingga saat ini belum
dimanfaatkan dan/atau masih ada di rekening kas umum
daerah sebagai SiLPA TA 2012, pemda menganggarkan
kembali dalam APBD TA 2013 untuk menunjang program dan
kegiatan yang terkait dengan reboisasi hutan dan lahan dengan
berpedoman pada perUU-an.
 Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk melaksanakan
peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri,
pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang
cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai
illegal) sesuai dengan PMK yang dijabarkan dengan keputusan
gubernur.
Lanjutan ….
 Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemda secara
konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari belanja daerah,
sesuai amanat peraturan perundang-undangan, termasuk dana BOS
yang bersumber dari APBD.
 Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemda secara
konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD di luar gaji,
sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) UU 36/2009.
Penjelasan Pasal 171 ayat (2) UU 36/2009 menegaskan bahwa bagi
daerah yang telah menetapkan lebih dari 10% agar tidak
menurunkan jumlah alokasinya dan bagi daerah yang belum
mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secara bertahap.
Lanjutan ….

 Dalam rangka mendukung efektifitas implementasi program


penanggulangan kemiskinan melalui PNPM Perdesaan dan
Perkotaan, pemda harus menyediakan dana pendamping yang
bersumber dari APBD dan dianggarkan pada jenis belanja bansos
sesuai PMK 168/PMK.07/2009.
 Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuda, pemda
secara bertahap meningkatkan akuntabilitas penggunaan belanja
perjalanan dinas melalui penerapan penganggaran dan pelaksanaan
perjalanan dinas berdasarkan prinsip at cost sekurang-kurangnya
untuk pertanggung-jawaban biaya transport dan menghindari adanya
penganggaran yang bersifat “paket”. Standar satuan harga perjalanan
dinas ditetapkan dengan keputusan KDH.
Lanjutan ….

 Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS


TA 2013, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa
dana BOS yang bersumber dari APBN dan APBD
Prov/Kab/Kota diperuntukkan bagi penyelenggaraan satuan
pendidikan dasar dan menengah sebagai pelaksanaan program
wajib belajar 12 tahun, yang penganggaran dan
penggunaannya mempedomani peraturan perundang-
undangan.
 Untuk kebutuhan pendanaan dalam mendukung terlaksananya
tugas dan fungsi TP-PKK prov/kab/kota, pemerintah daerah
menganggarkan program dan kegiatan pada SKPD yang
secara fungsional terkait dengan pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga.
Lanjutan ….
 Penganggaran program “Peningkatan pelayanan kedinasan kepala
daerah/wakil kepala daerah” mengacu pada Lampiran A.VII
Permendagri 13/2006, sebagaimana telah diubah dengan Permendagri
21/ 2011.
 DPAL-SKPD mempedomani Pasal 138 Permendagri 13/2006,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 21/2011.
 Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepada pihak
ketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai pada TA
sebelumnya, harus dianggarkan kembali pada akun belanja dalam
APBD TA 2013 sesuai kode rekening berkenaan, dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah. Tata cara
penganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukan perubahan atas
perkada tentang penjabaran APBD TA 2013, dan diberitahukan
kepada Pimpinan DPRD untuk selanjutnya ditampung dalam P-APBD
TA 2013.
Lanjutan ….

 Dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan kepada


masyarakat diluar cakupan pelayanan JAMKESMAS dan
JAMPERSAL, pemerintah daerah harus
menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan
pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan.
 Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk
menganggarkan belanja tali asih kepada PNSD dan
penawaran kepada PNSD yang pensiun dini dengan uang
pesangon, mengingat tidak memiliki dasar hukum yang
melandasinya.
Lanjutan ….

 Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program


dan kegiatan dalam penyusunan APBD TA 2013 dengan
kebijakan nasional
PEDOMAN PEMBERIAN
HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
YANG BERSUMBER DARI APBD
(PERUBAHAN PERMENDAGRI NO. 32 TAHUN 2011)
 Mengatasi permasalahan pelaksanaan pemberian
hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD
atas implementasi Permendagri No. 32 Tahun 2011
antara lain :
1. Penegasan penggunaan nomenklatur obyek belanja Hibah dan
rincian obyek belanja Hibah dan Bantuan Sosial
2. Pengaturan kembali Nama dan besaran pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial kpd masing2 penerima dicantumkan pada
lampiran tersendiri dlm Perkada ttg Penjabaran
3. Mengakomodasi pemberian Bantuan Sosial kpd individu
dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
HIBAH
Pasal 11 REVISI 11 & 11A
o Hibah berupa uang dianggarkan
 Hibah berupa uang dalam kel BTL, jenis, obyek dan
dianggarkan dalam rincian obyek belanja hibah
kelompok BTL, jenis belanja pada PPKD, meliputi:
hibah, obyek, dan rincian • Pemerintah;
obyek belanja berkenaan • Pemerintah daerah lainnya;
pada PPKD. • Perusahaan daerah;
• Masyarakat; dan
 Hibah berupa barang atau
• Organisasi kemasyarakatan.
jasa dianggarkan pada Kel
BL, jenis belanja barang dan o Hibah berupa barang atau jasa
jasa, obyek dan rincian obyek dianggarkan pada Kel BL, (tetap
sama)
hibah barang pd pihak
ketiga/masy pada SKPD
o Rincian nama penerima, alamat
dan besaran hibah dicantumkan
 Rincian obyek belanja dalam Lampiran III Perkada ttg
dicantumkan nama penerima Penjabaran APBD secara
dan besaran hibah. tersendiri.
LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA DAERAH
NOMOR :
TENTANG
(judul)

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN


ALOKASI HIBAH YANG DITERIMA

NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp)


1 2 3 4
1
2
3
4
Dst

Pasal 30A Permendagri 32/2011


BANTUAN SOSIAL

Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial


kepada :
individu, keluarga, dan/atau masyarakat yg mengalami

keadaan yg tdk stabil sebagai akibat dari krisis sosial,


ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum;
lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk
melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Pasal 23 Permendagri 32/2011


BANTUAN SOSIAL

 Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau


keluarga terdiri dari :
 yang direncanakan
dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang
sudah jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada
saat penyusunan APBD.
 yang tidak dapat direncanakan sebelumnya :
dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang
tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD
yang apabila ditunda penanganannya akan
menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi
individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
 Pagu alokasi anggaran yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang
direncanakan
BANTUAN SOSIAL
Pasal 30 REVISI Psl 30 & 30A
 Bansos berupa uang o Bansos brp uang dianggarkan dlm
dianggarkan dalam kel kel BTL, jenis, obyek, dan rincian
BTL, jenis belanja bantuan obyek belanja bansos pd PPKD,
sosial, obyek, dan rincian meliputi:
obyek belanja berkenaan
pada PPKD. • individu dan/atau keluarga
 Bansos berupa barang • masyarakat;
dianggarkan pada Kel BL, • lembaga non pemerintahan
jenis belanja barang dan
jasa, obyek dan rincian  Bansos brp barang diang-garkan
obyek bansos barang pd pd Kel BL, (ttp sama)
pihak ketiga/masy pada
SKPD  Daftar nama penerima, alamat
 Dalam rincian obyek penerima dan besaran bansos dlm
belanja dicantumkan Lampiran IV Perkada ttg Penjabaran
nama penerima dan APBD, tidak termasuk bantuan sosial
besaran bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga
yang tidak direncanakan

Pasal 30 Permendagri 32/2011


LAMPIRAN IV
PERATURAN KEPALA DAERAH
NOMOR :
TENTANG
(judul)

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN


ALOKASI BANTUAN SOSIAL YANG DITERIMA

NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp)


1 2 3 4
1
2
3
4
Dst

Pasal 30A Permendagri 32/2011


BANTUAN SOSIAL
Pasal 32 REVISI
o KDH menetapkan daftar penerima bansos dlm
o KDH menetapkan daftar
keputusan KDH
penerima bansos dlm
o Penyaluran/penyerahan bansos didasarkan
keputusan KDH
pada yang tercantum dlm kep KDH),
o Penyaluran/penyerahan kecuali bansos kpd individu/kelga yg
Bansos didasarkan pada tdk dpt direncanakan sebelumnya
yang tercantum dalam o Kpd individu/keluarga yg tdk dpt
keputusan KDH direncanakan sebelumnya didasarkan pd
o Pencairan bantuan sosial permintaan tertulis dari individu/kelga
berupa uang dilakukan dg yg bersangkutan atau srt keterangan dr
cara pembayaran (LS). pejabat yg berwenang serta mendpt
o Penyaluran < Rp5 jt dpt persetujuan KDH setelah diverifikasi
mekanisme TU oleh SKPD terkait.
o Penyaluran bansos o Pencairan bansos brp uang dilakukan dg
dilengkapi dg kuitansi cara pembayaran LS.
sebagai bukti penerimaan o Penyaluran < Rp5 jt dpt mekanisme TU
uang bantuan sosial. o Penyaluran bansos dilengkapi dengan
kuitansi bukti penerimaan uang bantuan
sosial.

Pasal 32 Permendagri 32/2011


PROSES PEMBERIAN HIBAH
USULAN CALON
TERTULIS PENERIMA
HIBAH

KDH
EVALUASI REKOMENDASI
SKPD
TERKAIT
PERTIMBANGAN DPRD
TAPD
KUA/PPAS
DIBAHAS BERSAMA DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN PERSETUJUAN
BERSAMA BERSAMA
RAPBD
PERKDH APBD PERDA APBD
LAMPIRAN III
KEP KDH NPHD
(NAMA2 PENERIMA)

DOKUMEN
PENCAIRAN HIBAH TRANSFER
PROSES PEMBERIAN BANSOS YG DIRENCANAKAN
USULAN CALON
TERTULIS PENERIMA
BANSOS

KDH
EVALUASI REKOMENDASI
SKPD
TERKAIT
PERTIMBANGAN DPRD
TAPD
KUA/PPAS
DIBAHAS BERSAMA DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN PERSETUJUAN
BERSAMA BERSAMA
RAPBD
PERKDH APBD PERDA APBD
LAMPIRAN III
KEP KDH
(NAMA2 PENERIMA)

DOKUMEN
PENCAIRAN
BANSOS TRANSFER/TUNAI
PROSES PEMBERIAN BANSOS YG TIDAK DIRENCANAKAN
USULAN CALON
TERTULIS /SRT PENERIMA
KETERANGAN BANSOS
PEJABAT YG INDIVIDU/KEL
BERWENANG

KDH
REKOMENDASI

SKPD EVALUASI DPRD


TERKAIT
NAMA PENERIMA
DAN BESARAN PENGAWASAN
PPKD
DOKUMEN
PENCAIRAN BANSOS
TRANSFER/TUNAI

REKAPITULASI
PENYALURAN
BANSOS
( 5 JAN TH BERIKUT)
BANTUAN SOSIAL

 Penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan


laporan penggunaan bantuan sosial kepada kepala
daerah melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD
terkait.
 Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan
laporan penggunaan bantuan sosial kepada kepala
daerah melalui kepala SKPD terkait.
 Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis
belanja bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran
berkenaan.
 Bantuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi
obyek belanja bantuan sosial pada jenis belanja barang
dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.
Pasal 34 Permendagri 32/2011
 PPKD membuat rekapitulasi penyaluran
bantuan sosial kepada individu dan/atau
keluarga yg tdk dpt direncanakan sebelumnya
paling lambat tanggal 5 Januari tahun
anggaran berikutnya.
 Rekapitulasi memuat nama penerima, alamat
dan besaran bantuan sosial yang diterima oleh
masing-masing individu dan/atau keluarga.

Pasal 35A Permendagri 32/2011


PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN SOSIAL
Pasal 36 REVISI
Pemda atas pemberian Pemda atas pemberian bansos meliputi:
bansosmeliputi: a)Usulan/permintaan tertulis dari calon
a)usulan dari calon penerima penerima bansos atau srt keterangan
bansos kepada kepala dari pejabat yang berwenang kepada
daerah; kepala daerah;
b)kep KDH ttg penetapan b)Kep KDH ttg penetapan daftar
daftar penerima bansos; penerima bansos;
c)pakta integritas dari c)pakta integritas dari penerima
penerima bantuan sosial bantuan sosial yang menyatakan bahwa
yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima akan
bantuan sosial yang digunakan sesuai dengan usulan; dan
diterima akan digunakan d)bukti transfer/penyerahan uang atau
sesuai dengan usulan; bukti serah terima barang atas
d)bukti transfer/penyerahan pemberian bansos.
uang atau bukti serah huruf b dan c dikecualikan terhadap
terima barang atas bansos bagi individu/keluarga yg tdk
pemberian bansos.
dpt direncanakan sebelumnya.

Pasal 36 Permendagri 32/2011


Pasal 42 REVISI
 Tata cara penganggaran,
 Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pelaksanaan dan pertggjwb dan pelaporan serta
penatausahaan, pertggjwb dan monitoring dan evaluasi hibah dan
pelaporan serta monitoring dan bansos diatur lebih lanjut dengan
evaluasi hibah dan bansos diatur
lebih lanjut dengan perkada. perkada.
 Pemerintah daerah dapat
 Pemda yg telah menetapkan
perda yg mengatur hibah dan menganggarkan hibah dan bantuan
bansos seblm berlaku PMDN ini sosial apabila telah menetapkan
menyesuaikan paling lambat 31 peraturan kepala daerah.
Des 2011  Perkada hrs menyesuaikan dengan
 Pemerintah daerah dapat Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
menganggarkan hibah dan dan perubahannya, paling lambat
bantuan sosial apabila telah
menetapkan peraturan kepala sebelum ditetapkan persetujuan
daerah. bersama terhadap Rancangan Perda
ttg APBD Tahun 2013.
 Pengelolaan hibah & bansos yg
diatur lain dg per-UU di kecualikan
dari PMDN ini.

Anda mungkin juga menyukai