Anda di halaman 1dari 22

 Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara

 Setiap orang berhak mendapat pekerjaan yang layak


 Setiap orang diperlakukan sama di depan hukum
 Pembentukan lembaga peradilan HAM (nasional dan
internasional)
 Munculnya sejumlah konvensi internasional
 Kesetaraan gender
 Hukum internasional
 Dan lain-lain
 Mengapa perlu itu semua?
 Haruskah itu?
 Adakah di semua fenomena itu persoalan
moral?
 Hukum yang benar adalah alasan yang benar
sesuai dengan Alam; itu adalah penerapan
alami, tidak berubah dan abadi. Adalah dosa
untuk mencoba mengubah hukum ini, juga
tidak diperbolehkan untuk mencoba mencabut
bagian mana pun darinya, dan tidak mungkin
untuk menghapusnya seluruhnya.. (Tuhan)
adalah pencipta undang-undang ini,
pembuatnya, dan hakim penegaknya.
 Hukum alam:
 Bersifat universal
 Tak berubah
 Posisinya sebagai “hukum yang lebih tinggi”
 Penemuanya dengan penalaran
 Natural berarti selaras dengan penalaran.
 Romans (sebagaimaan diekspresikan oleh
Cicero) ‘hukum yang tidak tunduk pada
penalaran dianggap tidak valid
 4 categories of law:
 Hukum abadi (penalaran yang hanya dibuat oleh
tuhan dan hanya tuhan yang tahu)
 Hukum alam (keterlibatan hukum abadi pada
mahluk rasional, ditemukan dengan penalaran),
 hukum suci (diturunkan dari ayat suci)
 Hukum manusia (didukung dengan penalaran dan
ditegakkan untuk kebaikan semua)
 Aquinas: (lex iniusta est lex)  hukum yang tak
adil bukanlah hukum
 Lead to disobedience to law
 Plato, Aristotels, Cicero:
 Hukum yang konflik dengan hukum alam akan
kehilangan kekuatannya untuk mengikat secara
moral (corruption of law; Cicero)
 Cicero menambahi  jika itu untuk mengindari
skandal or ketidaktaatan sipil
 Sekularisasi hukum alam (Hugo de Groot)
 ‘even if God did not exist, natural law would have
the same content’
 Jeremy Bentham:
 Hukum alam adalah “ a mere work of the fancy”
 Hukum alam dipakai sebagai justifikaksi
revolusi di Amerika dan Perancis atas dasar
bahwa hukum hak-hak alamiah manusia
 Declaration of independence of 1776
 ‘to life, liberty, and the pursuit of happiness.’
 ‘We hold these truths to be self-evident, that all men are
created equal, that they are endowed by their Creator with
certain unalienable rights.’
 French 26 Agustus 1789
 Declaration des droits de l’home et du citoyen
 Hobbes
 Hidup itu soliter, miskin, jahat, brutal, dan singkat
 Setiap tindakan yang kita lakukan adalah melayani
diri sendiri (sumbangan saya untuk amal sebenarnya
adalah sarana untuk menikmati kekuatan saya)
 Catatan akurat tentang tindakan manusia, termasuk
moralitas harus mengakui keegoisan esensial kita
 Kita pada dasarnya setara, secara mental dan
fisik: bahkan yang terlemah pun memiliki
kekuatan untuk membunuh yang terkuat
 Ini menghasilkan perselisihan: kita cenderung
bertengkar karena 3 alasan:
 Persaingan (untuk pasokan kepemilikan material
yang terbatas)
 Ketidakpercayaan
 Dan kemuliaan (kami tetap bermusuhan untuk
mempertahankan reputasi kuat kami)
 Kita berada dalam keadaan alami perang terus-
menerus melawan semua, di mana tidak ada
moralitas, dan semua kehidupan dalam
ketakutan terus-menerus.
 Sampai ini semua diatasi, semua manusia
memiliki hak untuk melakukan apapun,
termasuk membunuh orang lain.
 Untuk menghindari kengerian keadaan alam, Hobbes
menyimpulkan, perdamaian adalah hukum alam yang
pertama.
 Kami saling melepaskan diri dari hak-hak tertentu
(misalnya untuk mengambil nyawa orang lain) untuk
mencapai perdamaian. Pengalihan hak yang saling
menguntungkan ini adalah kontrak dan merupakan
dasar kewajiban moralPenghormatan terhadap
kesepakatan
 Penghargaan terhadap mereka yang tunduk
 Munculnya positivisme hukum
 The idea that in moral reasoning there can be
no rational solutions (non cognitivism in
ethics); jika kita tidak secara objektif
mengetahui apa yang benar dan salah, maka
prinsip-prinsip hukum alam tak lebih dari
opini subjektif; karena itu maka ia bisa salah
atau benar.
 Moralis mencari apa yang harus dan apa yang
ada.
 Silogismenya:
 Semua binatang melahirkan (premis mayor)
 Semua manusia adalah binatang (premis minor)
 Karena itu manusia harus melahirkan (simpulan)
 Renaisan teori hukum alam;
 Pengakuan terhadap HAM:
 piagam PBB dan Universal declaration of human rights
 European Convention on Human Rights
 Declaration of Delhi on the Rule of Law
 ‘Crimes against humanity’
 American Bill of Rights
 ‘Inner morality of law’ Lon Fuller
 Minimum content of law  Hart
 Sistem hukum memiliki maksud spesifik untuk
menundukkan perilaku manusia kepada
aturan (governance rules).
 He goes wrong because:
 Fails to achieve rules at all; every issue is decided on
ad hoc basis
 No publication
 He abuses his legislative powers by enacting
retroactive legislation
 His rules are incomprehensible
 He enacts contradictory rules
 Rules that require conduct beyond the powers of the
affected party
 Frequent changes
 No congruence between rules anounced and their
administration
 Keumuman
 Promulgation
 Tidak Berlaku mundur
 Kejelasan
 Non-kontradiksi
 Kemungkinan komplain
 Konstansi
 Kecocokan antara aturan and penegakan
 Finnis rejects Hume’s conception of practical
reason:
 Alasan saya untuk mengerti sebuah tindakan adalah
semata-mata sejalan dengan keinginan saya untuk
mencapai keinginan tertentu. Alasan hanya
memberitahu kepada saya bagaimana memperoleh
keinginan saya, tetapi tidak bisa mengatakan kepada
saya apa yang harus saya inginkan. Aristotelian
 Hidup
 Pengetahuan
 Bermain
 Pengalaman estetika
 Sosiabilitas (persahabatan)
 Kepraktisan penalaran
 ‘agama’

Anda mungkin juga menyukai