Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN GIZI PADA PASIEN

PASCA BEDAH
P E N G E R T I A N DA N K L A S I F I K A S I P E M B E DA H A N

• Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan yang menggunakan


cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (R.
Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1996).
KLASIFIKASI PEMBEDAHAN

Klasifikasi Jenis Pengertian Contoh

Keseriusan Mayor Melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh, Bypass arteri coroner, reseksi kolon,
memberikan dampak risiko yang tinggi pada kesehatan. reseksi lobus paru.

Minor Melibatkan perubahan kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk Ekstraksi katarak, graft kulit, operasi
memperbaiki deformitas, dan dengan risiko yang lebih kecil daripada plastik.
bedah mayor.

Urgensi Elektif Pembedahan dilakukan berdasarkan pilihan pasien, tidak penting dan Rekonstruksi payudara atau vagina,
tidak dibutuhkan untuk kesehatan. bedah plastik pada wajah.

Gawat Pembedahan perlu untuk kesehatan atau mencegah timbulnya masalah Eksisi tumor ganas, pengangkatan
tambahan pada pasien. batu kandung empedu.
Darurat Pembedahan harus segera dilakukan untuk Perforasi apendiks, amputasi
menyelamatkan jiwa atau mempertahankan fungsi traumatic, mengontrol
organ. perdarahan
KLASIFIKASI PEMBEDAHAN

Klasifikasi Jenis Pengertian Contoh

Tujuan Diagnostic Pembedahan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Biopsy massa tumor

Ablative Pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah Amputasi, pengangkatan


atau penyakit. apendiks.

Paliatif Menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit tetapi Kolostomi, debridemen


tidak menyembuhkannya. jaringan nekrotik.

Rekonstruktif Mengembalikan fungsi atau penampilan jaringan yang Fiksasi eksterna fraktur,
mengalami malfungsi atau trauma. perbaikan jaringan parut.

Transplantasi Mengganti organ atau struktur yang mengalami Cangkok (transplantasi)


malfungsi ginjal, total hip replacement
M A N I F E S TA S I K L I N I S S T R E S

• Istilah respons terhadap cedera menggambarkan dampak


biokimiawi dan hormonal akibat cedera mayor, trauma,
pembedahan dengan atau tanpa infeksi, serta perubahan
gizi yang berdampak klinis begitu besar.
MANIFESTASI KLINIS STRES

• Respons terhadap trauma mencakup perubahan endokrin, metabolik dan imunologis.


Derajat keparahan dari perubahan ini berhubungan dengan jumlah paparan stress
yang terjadi. Manifestasi klinis respons tubuh terhadap stres melalui tiga fase.
• Fase ebb dan fase flow yang dibagi menjadi 2 fase yaitu respons akut dan respons
adaptif.
a. FASE EBB ATAU PENURUNAN LAJU METABOLIK

Fase ebb terjadi segera setelah terjadi stress baik itu trauma, infeksi atau sepsis yang berlangsung 2-
48 jam yang ditandai dengan perode syok berupa hipovolemia dan penurunan oksigen jaringan,
penurunan volume darah yang menyebabkan penurunan curah jantung dan produksi urin, bila
pasien dapat melewati fase ini maka akan memasuki awal fase flow.
MANIFESTASI KLINIS STRES

b. FASE FLOWFASE KATABOLIK ATAU RESPON AKUT.

Fase flow ditandai dengan respons metabolik berupa hipermetabolisme, katabolisme dan
perubahan respons imun serta hormonal. Pembedahan mempengaruhi dan penggunaan substrat.
Transisi dari fase katabolik ke tahap anabolik tergantung dari derajat keparahan luka. Transisi ini
dapat terjadi sekitar 3-8 hari pasca pembedahan elektif yang tidak ada komplikasi. Akan tetapi,
dapat terjadi beberapa minggu pasca trauma berat dan sepsis. Fase transisi ini diketahui sebagai
fase withdrawal dan ditandai dengan adanya penurunan ekskresi nitrogen dan keseimbangan
potassium-nitrogen. Bila pasien dapat melalui fase ini, selanjutnya memasuki fase flow berupa fase
anabolik.
MANIFESTASI KLINIS STRES

• FASE ANABOLIK ATAU RESPONS ADITIF

• Fase anabolik terjadi setelah akhir dari fase flow. Secara klinis, fase ini akan ditandai dengan adanya
diuresis (kencing) dan adanya permintaan untuk intake oral. Fase anabolik dapat terjadi beberapa minggu
hingga beberapa bulan yang tergantung dari suplai nutrisi dan kapasitas penyimpanan protein.

• Keseimbangan nitrogen positif ditandai dengan peningkatan sintesis protein dan peningkatan cepat berat
badan dan kekuatan otot. Akhir dari fase flow ditandai dengan pemulihan respons terhadap stres dan
timbul proses anabolik serta laju metabolisme kembali normal.
R E S P O N S FA S E T E R H A D A P S T R E S
R E S P O N S M E TA B O L I K T E R H A D A P S T R E S

• Respons metabolik yang timbul merupakan reaksi simultan terhadap respons imunologik dan neuroendokrin.
Manifestasi dari respons metabolik adalah hiperglikemia, katabolisme protein dengan pemecahan otot tubuh
sehingga terjadi keseimbangan protein menjadi negatif dan pemecahan lemak yang meningkat.

a. Metabolisme Energi

Ada perbedaan antara body energy expenditure (BEE) pada orang sehat dengan yang mengalami trauma. Pada
keadaan sehat, pria dewasa 70 kg total energi yang dibutuhkan adalah 1800 kkal/hari. Laju metabolisme basal
85% untuk kebutuhan enzim dan pompa ion sedangkan 15% untuk kerja jantung dan paru. Sebaliknya 24 jam
setelah trauma atau pembedahan sedang kebutuhan energi meningkat 10–30%, aktivitas fisik menurun, produksi
panas meningkat dan laju metabolisme basal juga meningkat baik enzimatik maupun kerja kardiorespirasi.
RESPONS METABOLIK TERHADAP
STRES

• SKEMA KEBUTUHAN ENERGY PADA ORANG NORMAL DAN PASCA TRAUMA


RESPONS METABOLIK TERHADAP STRES

b. METABOLISME KARBOHIDRAT

Pada keadaan normal sumber energi utama adalah glukosa yang masuk ke dalam sirkulasi, bisa dari dalam
(glikogenolisis dan glukoneogenesis) atau dari luar (saluran cerna atau intravena). Glukosa akan dimetabolisme
menjadi CO2, air (H2O) dan energi (ATP) atau dikonversi dan disimpan dalam bentuk glikogen atau menjadi lemak.
Insulin memudahkan serapan glukosa pada sel, merangsang sintesis glikogen dan menekan glukoneogenesis
sebaliknya katekolamin, glukagon dan kortisol merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis hepatik sehingga
ketiganya disebut hormon kontra insulin.

Hiperglikemia merupakan respons metabolik yang paling menonjol setelah terjadi stres atau trauma. Awalnya
hiperglikemia terjadi karena mobilisasi cadangan glikogen hati. Hiperglikemia ini menetap karena terjadi
peningkatan produksi glukosa tanpa diimbangi pembersihan glukosa.
RESPONS METABOLIK TERHADAP
STRES

b. METABOLISME KARBOHIDRAT

• Hiperglikemia merupakan respons metabolik yang paling menonjol setelah terjadi stres atau trauma.
Awalnya hiperglikemia terjadi karena mobilisasi cadangan glikogen hati. Hiperglikemia ini menetap karena
terjadi peningkatan produksi glukosa tanpa diimbangi pembersihan glukosa.

• Insulin sebenarnya juga meningkat akan tetapi terjadi resistensi di perifer sehingga kadar glukosa tetap
tinggi, selain itu diduga terjadi sekresi hormone kontra insulin yang lebih tinggi daripada sekresi insulin.
Jadi sebenarnya mekanisme hiperglikemia yang terjadi pada saat stres adalah produksi yang meningkat
disertai timbulnya resistensi insulin.
RESPONS METABOLIK TERHADAP
STRES

C. METABOLISME LEMAK

• Mobilisasi lemak yang meningkatkan asam lemak bebas akan menghambat ambilan dan oksidasi glukosa oleh
sel otot. Glukagon dan epinefrin akan meningkatkan kecepatan dan beratnya lipolisis yang diperkuat dengan
adanya kortisol karena aktivasi hormone sensitif lipase yang mengendalikan lipolisis adipose. Setelah trauma
lipolisis meningkat dan lemak dipakai sebagai sumber energi. Lipoprotein lipase yang melekat di endotel
kapiler akan merubah trigliserda menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

• Heparin akan melepaskan enzim lipoprotein lipase ini ke dalam sirkulasi sehingga terjadi hidrolisis
intravaskular. Pada trauma aktivitas lipoprotein lipase otot meningkat tapi di jaringan adiposa menurun
sebaliknya pada sepsis aktivitas lipase ini pada otot menurun.
RESPONS METABOLIK TERHADAP
STRES

D. METABOLISME PROTEIN
• Pada stres baik karena pembedahan, trauma atau luka bakar dan sepsis akan terjadi peningkatan
pemecahan protein otot yang ditandai dengan peningkatan kehilangan nitrogen lewat urin, pelepasan
asam amino dan hambatan serapan asam amino oleh otot. Asam amino berasal dari otot yang sehat
atau yang cedera akan dibawa ke hati untuk pembentukan glukosa dan sintesis protein.
• Keseimbangan protein negatif mencerminkan ada kesetidakseimbangan antara pembentukan dan
pemecahan otot dimana pemecahan lebih dominan. Asam amino yang ditransfer ke hati akan digunakan
untuk sintesis glukosa dan protein fase akut seperti fibrinogen, komplemen, C reaktif protein,
haptoglobin feritin dan lain–lain. Banyaknya sintesis protein fase akut seimbang dengan beratnya
kerusakan jaringan.
• Sintesis protein lain seperti albumin, transferin, retinol dan prealbumin akan menurun. Sintesis fase akut
protein dipacu oleh IL-1, IL-6, dan TNF. Glukokortikoid dan lipopolisakarid bakteri.
RESPONS METABOLIK TERHADAP
STRES
P E N ATA L A K S A N A A N D I E T PA D A PA S I E N B E D A H

• Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan perubahan faali
sebagai respons terhadap trauma. Selain terjadi gangguan faal organ vital (otak, alat
nafas, sistem kardiovaskuler, hati, ginjal), terjadi juga perubahan metabolisme dan
perubahan pada berbagai jaringan misalnya darah, sistem limfatik, kelenjar timus dan
adrenal. Perubahan ini antara lain akan menyebabkan gangguan keseimbangan nitrogen
dan karbohidrat, sehingga terjadi kenaikan kadar gula darah dan kenaikan kadar nitrogen
dalam urin (terjadi katabolisme)
DA M PA K U M U M YA N G T E R JA D I PA DA P E M B E DA H A N

1. Nafsu makan hilang sehingga menurunkan asupan makanan,


2. Terjadi gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat,
3. Pemecahan jaringan yang tidak berlemak akan menghasilkan asam amino
yang diperlukan dalam respons pembedahan,
4. Protein hilang, dapat sedemikian berat dan berdampak klinis.
PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN BEDAH

• Pengaturan diet yang diperlukan pada tindakan pembedahan yaitu pengaturan diet pra bedah dan diet pasca bedah.
• Pemberian Diet Pra Bedah tergantung pada :
• Keadaan umum pasien, apakah normal atau tidak dalam hal status gizi, gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut
nadi, fungsi ginjal dan suhu tubuh.
a) Macam pembedahan antara lain bedah minor atau bedah kecil seperti tindakan insisi, ekstirpasi, sirkumsisi atau
khitan. Bedah mayor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah pada saluran cerna (lambung, usus halus dan
usus besar) dan bedah di luar saluran cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang dan sebagainya).
b) Sifat operasi: segera dalam keadaan darurat atau cito, sehingga pasien tidak sempat diberi diet pra bedah.
Berencana atau elektif, pasien disiapkan dengan pemberian diet pra bedah sesuai status gizi da macam
pembedahan.
c) Macam penyakit: penyakit utama yang membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerna, jantung, ginjal,
saluran pernafasan dan tulang. Penyakit penyerta yang dialami misalnya penyakit diabetes melitus, jantung dan
hipertensi.
PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN BEDAH

• TUJUAN DIET
• Tujuan diet pra-bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi
stress dan penyembuhan luka.
S YA R AT D I E T

• Syarat-syarat Diet Pra-Bedah adalah:


• Energi

1. Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kb BB.

2. Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan kebutuhan energi normal.

3. Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi
normal ditambah faktor stress sebesar 15% dari AMB (Angka Metabolisme Basal).

4. Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan penyakitnya.
SYARAT DIET

• Protein
1. Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<
2,5 mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB.
2. Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan
protein normal 0,8-1 g/kg BB.
3. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
SYARAT DIET

• Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan

sesuai dengan penyakitnya.

• Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi

pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya.

• Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

• Mineral cukup. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

• Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma, sehingga tidak mengganggu

proses pembedahan (tidak buang air besar atau kecil di meja operasi).
SYARAT DIET

• Jenis, Indikasi, dan Lama Pemberian Diet


• Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, Diet Pra-Bedah diberikan dengan
indikasi sebagai berikut:
a) Prabedah Darurat atau cito.
b) Prabedah berencana tidak diberikan diet tertentu.
c) Prabedah minor atau kecil efektif, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan
diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan
pada pasien yang akan menjalani apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi,
dan sebagainya diberikan diet sisa rendah sehari sebelumnya.
SYARAT DIET

• Prabedah mayor atau besar efektif seperti:


1) Prabedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari,
dengan tahapan:
Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi makanan lunak.
Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi makanan Saring.
Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi Formula Enteral Sisa
Rendah.
SYARAT DIET

• Prabedah Besar di luar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa Rendah
selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir pada prabedah besar dilakukan
12-18 jam sebelum pembedahan, sedangkan minum terakhir 8 jam
sebelumnya.

• Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sama dengan syarat
pada makanan lunak atau makanan saring/makanan cair.

Anda mungkin juga menyukai