Anda di halaman 1dari 11

GREEN

POLITICAL
THEORY
Nama Anggota Kelompok :
1. Isnayni Sabila (0519025671)
2. Kristinus Aris Prabowo (0519024521)
3. Riska Ayu Mayohani (0519024581)
Green Political Theory
Tahun 1960 an Tahun 1990 an

Permasalahan lingkungan hidup (ekologi) selama dekade 60-an


Teori ini muncul sebagai kajian
dan 70-an mulai menjadi isu global dalam masyarakat
dunia. Suara-suara protes yang awalnya hanya dari kalangan pada studi Hubungan Internasional
minoritas pecinta lingkungan seperti ilmuwan, aktivis dan kelas
menengah, kini telah mampu membawa isu ini manjadi
di tahun 1990 ditandai dengan
perhatian masyarakat internasional . Problem dan krisis konferensi PBB DI Rio de
lingkungan tersebar ke setiap negara, meski dengan ragam dan
derajat yang berbeda-beda. Seluruh negara di dunia terlihat
Janeiro, Brazil pada tahun 1992
dalam mencari solusi terhadap persoalan tersebut. Disaat yang dengan topik global warming
bersamaan, Green Politics Theory (GPT) yang pemikirnya
menyebut diri mereka sebagai The Greens mulai berkembang.
(Patterson dalam Burchil, 2001).
Eckersley, 2004
Karakter GPT adalah ekosentrisme , sebuah penolakan terhadap
pandangan dunia antroposentris yang hanya menempatkan nilai moral
atas manusia menuju sebuah pandangan yang juga menempatkan nilai
independen atas ekosistem semua makhluk hidup

Green Political Patterson, 2005


Theory Menurut Bagian mendasar dari GPT adalah hubungan etis manusia dan
keseimbangan alam. pendapata ini didasari pada kenyataan bahwa

Para Ahli penghormatan kepada manusia mengarah pada penghormatan spesies


lain.

Dobson, 1990
Karakteristik GPT dibagi menjadi 2 yaitu penolakan antoposentrisme dan
pembatasan pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi eksponensial yang dialami
selama dua abad terakhir yang merupakan akar penyebab krisis lingkungan saat
ini.
Tujuan Green Political
Theory
Menjelaskan krisis ekologi yang dihadapi
manusia melalui kerjasama yang dijalin oleh
negara-negara yang kemudian diharapkan
dapat menciptakan keseimbangan lingkungan
dan kesejahteraan mahluk hidup yang berfokus
pada upaya penyelesaian krisis dengan
menjadikan lingkungan hidup sebagai suatu
hal yang perlu dijaga keseimbangannya.
Gelombang Pertama
1960-an: Mengkritik 'efek sampingan' dari pertumbuhan cepat ekonomi
1970-an: Munculnya debat 'terbatasya pertumbuhan’
1980-an: Munculnya partai-partai hijau
1990-an: Menantang liberalisme dan sosialisme

Mempertanyakan 'human chauvinism'- ide bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk yang memiliki
kelayakan moral

Merangkul filosofi baru 'ecocentric'- berusaha menghargai sema bentuk kehidupan demi mereka sendiri
dan bukan sekadar demi nilai instrumental mereka bagi manusia
Gelombang Kedua

Lebih transnasional dan makin kosmopolitan

Menghasilkan konseptualisasi global baru yaitu Environmental justice, Environmental rights,


Environmental citizenship, Environmental activism, Green states Environmental democracy

Debat tentang hubungan antara pembangunan kapitalis dan perlindungan lingkungan hidup dengan
menyoroti paradoks 'sustainable development'
Batasan Antara GPT dan Enviromentalism

Green Political Theory Enviromentalism

Menganggap bahwa struktur– struktur realitas politik, Menerima kerangka kerja yang eksis dalam realitas
sosial, ekonomi, serta normatif justru menjadi dasar utama politik, sosial, ekonomi, serta struktur normatif yang
munculnya krisis lingkungan. Oleh karena itu mereka ada dalam dunia politik. Gerakan ini mencoba
berpendapat bahwa struktur ekonomi-sosial-politik memperbaiki masalah lingkungan dengan struktur
memerlukan perubahan dan perhatian yang lebih utama yang sudah ada (Patterson, 1996).
(Patterson, 1996).

Berkaitan dengan sustainbility, GPT menolak gagasan pembangunan berkelanjutan yang diusung oleh kaum environmentalisme.
Pembangunan berkelanjutan yang diusung envireonmentalisme masih difokuskan pada sejumlah elemen pembangunan yang anti-
ekologis (Patterson, 2005: 242). Oleh karena itu GPT lebih memilih untuk mengusung perspektif ‘ekologi global’, bukan
pembangunan berkelanjutan
Nilai Dasar Green Political Theory
Politik Hijau atau gerakan ekologi dalam GPT memiliki sepuluh nilai yang menjadi dasar dan tujuan gerakan dan
sekaligus sebagai acuan bagi artikulasi kebijakan politik, yaitu :

Kesadaran dan keberlangsungan ekologi Tanggung jawab personal dan global

Demokrasi akar rumput Anti kekerasan

Keadilan sosial dan persamaan Ekonomi berbasis komunikasi dan


kesempatan berkeadilan

Feminisme dan kesetaraan gender Fokus pada masa depan dan


keberlanjutan

Penghormatan terhadap keberagaman Desentralisasi


Fungsi Green Political Theory dalam Pemerintah Indonesia

Fungsi regulative yaitu mengatur tata cara pengelolaan sumber daya alam, termasuk syarat-syarat ketika melakukan eksploitasi sumber
daya alam. Bahkan sebelum melaksanakan eksploitasi, sudah harus dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai
aturan awalnya. Contoh, pemerintah mewajibkan PT Semen Indonesia melakukan AMDAL sebelum mendirikan pabrik semen dan
eksploitasi sumber daya alam di pegunungan Kendeng, Jawa Tengah

Fungsi alokatif. Fungsi ini menempatkan berbagai jenis manfaat material dan non-material untuk kepentingan kelestarian
lingkungan. Contohnya, pemerintah Indonesia membentuk beberapa kementerian yang tugasnya mengurusi hal ihwal lingkungan,
seperti Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. APBN yang didapat dari pajak juga dialokasikan
untuk mendorong kinerja dan program-program kementerian tersebut

Fungsi distribusi. Disini pemerintah memberikan berbagai bantuan yang bersifat material dan non-material untuk kepentingan
kelestarian lingkungan dan memenuhi kebutuhan rakyat. Contoh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan membagikan 690 paket bantuan alat penangkap ikan ramah lingkungan kepada nelayan sebagai solusi mengatasi
maraknya illegal fishing yang merusak lingkungan.

Fungsi ekstraktif, yaitu keputusan politik yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk memonopoli penyerapan sumber daya
alam untuk kepentingan kelestarian lingkungan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Contohnya, pemerintah melalui Kementerian Energy
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta perusahaan dibawahnya mengelola langsung
eksploitasi sumber daya di pegunungan Kendeng untuk produksi semen .
Simpulan Presentasi

Teori-teori Hijau memperkenalkan wacana baru lebih hijau pada Hubungan Internasional seperti
environmental justice, sustainable development, environmental rights, ecological security, dll.

Menata ulang peran negara, aktor-aktor ekonomi, dan warga

Memberi pendalaman analitis dan normatif baru pada perobahan lingkungan global

Memunculkan aksi nyata dalam bentuk partai dan gerakan


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai