Pokok bahasan
Teologi Moral
Istilah-istilah dasar
Tindakan bermoral
Kebebasan
Norma moral
Hukum moral
Apa itu Teologi Moral
Teologi Moral: pemikiran berdasarkan wahyu tentang
bagaimana manusia harus hidup; pengetahuan
teologis tentang tingkah laku dan tindakan manusia.
Bagian teologi yang mempelajari pedoman yang
harus diikuti manusia guna mencapai tujuan
hidupnya dalam cahaya iman dan budi.
Teologi moral merefleksikan kebenaran-kebenaran
iman, menggali nilai-nilai yang terkandung dalam
norma-norma hidup manusia.
Kegunaan Teologi Moral
1) Menyediakan prinsip-prinsip mengenai norma-
norma objektif.
2) Menyediakan prinsip-prinsip mengenai hati nurani
sebagai norma dalam diri subjek
3) Membahas persyaratan kualitas tindakan untuk
dapat dinilai dari sudut moral
4) Membahas dosa sebagai pelanggaran norma moral
oleh subjek yang bisa bertanggungjawab
5) Membahas dinamika pengembangan moral.
Istilah-istilah Dasar
Etiket: sopan-santun
Etika: pemikiran berdasarkan akal budi tentang
bagaimana manusia harus hidup; filsafat tentang
dimensi moral manusia
Teologi Moral: pemikiran berdasarkan wahyu tentang
bagaimana manusia harus hidup
Moral: peninjauan baik-buruk manusia sebagai
manusia
Nilai: sifat yang menyebabkan sesuatu yang baik
dianggap baik
Norma: ukuran
Norma sopan santun: ukuran yang mengatur tingkah
laku lahiriah antar sesama warga
Norma moral: ukuran untuk menentukan betul-salah
sikap dan tindakan manusia sebagai manusia
Norma hukum: ukuran kelakuan manusia di dalam
masyarakat yang dapat dituntut pelaksanaannya dan
yang pelanggarannya dituntut dengan pasti oleh
penguasa
Manusia dan tindakan
Manusia merupakan subjek moral, karena
mempunyai akal budi, yaitu kemampuan untuk
mengambil keputusan dan menentukan diri-sendiri.
Manusia merupakan makhluk sejarah, selalu dalam
proses menjadi, mempunyai latar belakang dan
sejarah tindakannya.
Manusia merupakan totalitas yang memiliki tubuh,
jiwa dan roh. Tindakannya mengungkapkan
kepribadiannya yang menyeluruh.
Struktur tindakan manusia
1) Subjek tindakan: manusia sebagai totalitas
dengan keseluruhan dimensinya (jasmani-rohani);
dengan akal budi manusia mampu mengambil
keputusan dan menentukan diri sendiri.
2) Objek tindakan: sasaran intrinsik suatu tindakan,
buah tindakan manusia, sumber utama untuk
menentukan moralitas suatu tindakan; objek
tindakan menghubungkan subjek dengan nilai
objektif tindakan
3) Konteks: keadaan-keadaan langsung yang
memberikan ciri-ciri moral lebih lanjut kepada suatu
tindakan (siapa pelakunya, bagaimana caranya,
tempat dan waktu, objek tindakan, frekuensi
tindakan). Membunyikan radio bisa tidak baik kalau
sampai mengganggu orang lain.
4) Maksud subjek tindakan: alasan (motivasi) yang
mendorong orang melakukan sesuatu; maksud
mempengaruhi buah tindakan.
Kadang maksud berbeda dari buah tindakan,
misalnya orang bunuh diri untuk mencegah
terjadinya pembocoran rahasia.
Maksud baik tidak boleh menghalalkan segala cara.
Maka penilaian moral perlu mempertimbangkan
objek tindakan, konteks perbuatan, dan maksud
tindakan.
Tindakan Bertanggungjawab
Tindakan moral adalah tindakan yang
bertanggungjawab. Tanggungjawab mengandaikan
adanya kebebasan.
Kebebasan: kemampuan untuk menentukan
tindakannya sendiri – mengarah kepada kebebasan
interior, kebebasan mengambil keputusan tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak luar.
Kebebasan mengandaikan pembatasan fisik dan
sosial serta tatanan nilai-nilai normatif. Kebebasan
perlu memperhatikan kepentingan orang lain.
Unsur integral tanggungjawab
1) unsur kemampuan (mampu): kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan
2) unsur pengetahuan (tahu): kesadaran dalam
melakukan suatu tindakan, mengandaikan adanya
perhatian, pertimbangan dan terkontrol.
3) unsur kehendak (mau): mempunyai kemauan
untuk melakukan suatu tindakan, berasal dari dalam
dirinya, dikehendaki, tidak ada paksaan dari luar.
Halangan tanggungjawab
1) halangan umum: tidak ada kebebasan dalam
melakukan suatu tindakan
2) halangan khusus:
a) tidak adanya perhatian (tidak sengaja);
b) di luar pengetahuan (sungguh tidak tahu atau
lalai/tidak mau tahu)
c) pengaruh kebiasaan baik atau buruk
d) kekuatan fisik dan psikis (kecemasan, ketakutan)
Halangan itu mengurangi tanggungjawab secara
proporsional.
Macam-macam Kebebasan
Eksistensial: kemampuan manusia melakukan tindakan
sendiri
Sosial: kemungkinan bertindak seseorang yang tidak
dibatasi oleh paksaan fisik, tekanan psikis atau larangan
moral
Jasmani: tidak adanya paksaan terhadap kemungkinan
untuk menggerakkan badan
Rohani: kebebasan untuk berpikir, menilai, menghendaki
sesuatu
Moral: tidak adanya ancaman/tekanan/larangan atau
kewajiban
Kebebasan dibatasi dengan norma, hukum atau
peraturan demi kepentingan umum dan menjamin
hak-hak semua anggota masyarakat
Kebebasan dan tanggung jawab: semakin bertanggung
jawab semakin bebas; sikap dan tindakan kuambil
dipertanggungjawabkan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan
Moralitas otonom: melakukan kewajiban bukan
karena dibebankan dari luar, tetapi karena sendiri
sadar sesuatu yang bernilai sebagai tanggungjawabnya
Heteronom: karena tekanan, takut dosa