Anda di halaman 1dari 11

QADARIYYAH (Kehendak)

DAN JABARIYYAH (terpaksa)

DR. RAMDAN FAWZI., SHI., M.Ag


EMBRIO AJARAN
QADARIYYAH DAN JABARIYYAH
Pasca
Perang Shifin

Khalifah Ali bin Abi Thalib


VS
Mu’awiyyah bin Abi Sufyan

Di menangkan oleh
Mu’awiyyah bin Abi Sufyan dengan
siasat curangnya
Mu’awiyyah

Dicaci oleh masyarakat untuk mencari keabsahan


karena dianggap menzhalimi pengangkatan dirinya
keempat Khalifah sebagai khalifah, Mu’awiyah
menyebarkan doktrin
fatalistik, Jabariyah.

Jika Allah tidak ridho kepadaku, tidak mungkin aku menjadi khalifah.
Kalau Allah benci terhadapku sebagai khalifah niscaya Allah akan
menggantikanku dengan orang lain (Baik buruk semua adalah ketentuan
dari Allah)
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib dengan
Fatimah binti Hanafiyyah

meng-counter pemikiran Mu’awiyah
Gerakan
yang mengedepankan otoritas Tuhan
Kultural
dengan menafikan tanggung jawab
di Nabawi
manusia

Af’al al-‘ibad min al-‘ibad. Bahwa segenap tindakan manusia


merupakan tanggung jawab mereka sendiri. Karenanya, apa
yang diperbuat oleh Mu’awiyah adalah tanggung jawabnya
sendiri. Allah tidak ikut campur
Reaksi intelektual yang menentang konsep qadha dan
qadar, yang menolak konsep Jabariyah dan kemudian dikenal
dengan sebutan qadariyah al-ula. 

Pengajian ini dihadiri oleh banyak masyarakat, diantara mereka


yang aktif mengikuti pengajian tersebut adalah Washil bin
Atho’.
JABBARIYYAH

Salah satu tokoh pelopor aliran Jabariah adalah


pengikut aliran murji’ah yakni Jahm bin Shafwan
dari Khurasan. Dalam konteks sosio-kultural
masyarakat Arab, dapat diduga bahwa aliran
jabariah lebih dekat kepada pemahaman bangsa
Arab sebelum Islam, dimana mereka hidup dalam
kesederhanaan dan sangat tergantung pada alam.
QADARIYYAH

Toko aliran diantaranya Ma’bad al-Juhani, salah seorang


golongan tabi’in. Setelah wafat dilanjutkan oleh Ghailan al-
Dimasyqi. Aliran ini telah membawa kegoncangan dalam
pemikiran umat Islam yang masih terikat pada paham
jabariah, sebagaimana pemikiran dan kehidupan Arab pra
islam.Aliran ini mendapat halangan juga dari khalifah
dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Azis
FAHAM QADARIYYAH

Manusia memiliki kehendak dan kekuasaannya dalam


berbuat, baik perbuatan yang halal maupun yang haram.
Manusia berbuat baik adalah atas keinginannya sendiri, dan
berbuat jahat juga atas kemauannya sendiri. Tuhan tidak ikut
campur di dalamnya. Mereka tidak menerima teori tentang
nasib azali, bagi mereka nasib manusia ditentukan oleh
manusia itu sendiri.
FAHAM JABARIYYAH

Manusia tidak memiliki daya, kekuatan dan memilih dalam


berbuat.Manusia melakukan suatu perbuatan semata-mata
hanyalah karena terpaksa atau dipaksa oleh Tuhan.Dengan
kata lain, manusia tidak lebih dari sebuah robot, dimana
pergerakannya ditentukan oleh pemilik robot. Begitu juga
manusia, yang melakukan perbuatan baik dan jahat
sebenarnya adalah Allah dengan memakai manusia.
KESIMPULAN

Qadariah menganut paham free will yakni adanya


kebebasan manusia dalam memilih dan berbuat, tanpa
campur tangan Tuhan. Keterlibatan Tuhan hanyalah
berkaitan dengan penciptaan manusia dengan segala
aksesorisnya.Aliran Jabariah menganut paham
predestination yakni manusia tidak memiliki kebebasan
dalam berbuat, semuanya terikat dengan ketentuan Tuhan.
Keterlibatan manusia hanyalah pada penggunaan daya yang
sudah diberikan Tuhan.
‫االنسان بالتخيير وهللا بالتقدير‬
Manusia hanya berusaha/ihtiar, dan
Alloh yang menentukan

Anda mungkin juga menyukai