M. Yusrizal Adi S, SH.MH Fakultas Hukum Universitas Medan Area Medan 2021 Lembaga Legislatif
Menurut Jhon Salisburry “ ...jantung masyarakat adalah
Parlemen seharusnya terdiri dari orang-orang tua yang pandai.....” Harold J. Laski menyatakan: “ ..yang menjadi inti soal dalam organisasi negara ialah perhubungan antara rakyat dengan undang-undang. Rakyat dapat turut campur dalam pembuatan undang-undang, maka dalam hal seperti ini bentuk negara itu sedikit-dikitnya adalah demokrasi. Atau Jika susunan undang-undang dipaksakan kepadanya, maka dalam hal itu bentuk negara itu sedikit banyaknya adalah autokrasi” Lembaga legislatif ialah lembaga tinggi negara pembuat undang-undang (UU) yang anggotanya adalah wakil-wakil rakayt yang berhasil memperoleh dukungan yang diisyaratkan dalam undang-undang yang dipilih dalam pemilu. Untuk memperoleh citra dan wibawa yang kuat terhadap rakyat, maka... “...Badan itu harus demikian besarnya, sehingga anggota- anggotanya betul-betul dapat selalu mengadakan hubungan dengan rakyat, dan demikian kecilnya, sehingga benar-benar masih dapat diadakan pertukaran pikiran...” untuk dapat mendapatkan wakil-wakil rakyat yang menguasai ruang lingkup tugas yang diemban namun tetap baik, maka “ ...Badan perwakilan rakyat, harus dapat memukul tanggung jawab untuk satu program yang luas dan anggota-anggotanya harus memiliki cukup waktu untuk mengadakan penyelidikan yang sedalam-dalamnya tentang program itu, akan tetapi masa itu juga harus sedemikian pendeknya, sehingga badan perwakilan itu tidak putus hubungannnya dengan rakyat .’. • Seluruh aturan negara yang mengikat warga negaranya hanya dapat dilaksanakan setelah ia menjadi undang-undang (UU). Aturan negara yang tidak melalui undang-undang, yang ditujukan untuk seluruh warga negara sulit untuk dilaksanakan, karena hanya dengan undang-undang ada kejelasan sanksi. • Sanksi dapat didasarkan pada UU Perdata yang menyangkut besarnya denda, dsb atau UU Pidana yang menyangkut lamanya masa kurungan dan/atau sanksi materi. Aturan resmi yang diberlakukan negara Undang- untuk mengatur segala Undang sesuatu yang berkait langsung dengan fungsi penyelenggara negara • Konstitusi berdasarkan Prinsip Trias Politika menempatkan lembaga legislatif sebagai lembaga tempat dimana rancangan Undang-Undang (RUU) diajukan, dibahas, dikomunikasikan, sebelum menjadi produk resmi legislatif yaitu Undang-Undang. • Fungsi Legislatif sebagai lembaga pembentuk undang-undang berlaku dalam sistem parlementer maupun dalam sistem presidensial. • Sistem Parlementer menempatkan eksekutif sebagai produk legislatif (yang mayoritas anggotanya dari partai pemenang), Pembahasan dan/atau perdebatan terjadi antara wakil partai Pemerintah dengan wakil partai opisisi, banyak menyangkut “pro” dan “kontra” RUU. Sedangkan didalam sistem presidensial tidak mengenal partai oposisi, pembahsan RUU umumnya lebih pada upaya untuk lebih menyempurnakan undang-undang. Masa Jabatan Anggota Legislatif
Mayoritas Negara, khusus untuk penganut sistem bikameral, memberlakukan ketentuan
masa jabatan yang tidak sama untuk masing-masing kamar (Majelis Tinggi dan Majelis Rendah). Beberap contoh di Inggris, misalnya Masa jabatan house of lords Ada yang seumur hidup yang didasarkan pada keturunan atau dapat juga oleh jasa tertentu. Masa jabatan House of commons maksimal 5 tahun. Di India, masa jabatan lok sabha Maksimal 5 tahun. Di Fillipina, masa jabatan Senat 6 tahun. Masa Jabatan National Assembly adalah 4 tahun. Di Amerika Serikat masa jabatan senat adalah 6 tahun . Masa jabatan Hous Of Representatif selama 2 tahun Adanya Perbedaan periode masa jabatan sudah tentu didasarkan atas pertimbangan tertentu yang belum tentu sama antar warga yang pemilihan setidaknya, memberi keuntungan pada pemilih karena memilih Majelis tinggi dan Majelis Rendah dalam waktu bersamaan dengan tema kampanye yang sudah tentu berbeda berdampak pada tidak fokusnya objek pilihan. Terlebih jika diberlakukan adalah sistem pemilihan proposional (yang memungkinkan partai-partai kecil memperoleh kursi di Parlemen. Konstituen pemilih akan tidak lagu mampu untuk secara jernih melihat atau memilih figur calon yang banyak. Konstituen akhirnya tergiring (bukan tidak mungkin memang digiring oleh kepentingan kekuasaan untuk memlih simbol partai politik atau tanda gambar partai. Menurut K.C.Wheare bahwa: “ Bikameralisme menghadirkan tidak banyak masalah, jiak kedua benar-benar terpilih atas garis yang sama. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa parlemeterisme mendorong, jika tidak diterima, supremasi atau paling sedikit superioritas dari satu kamar melebihi yang lain. Suatu kabinet harus bertanggung jawab dengan kata lain, bentuk parlementer dari pemerintahan membutuhkan bikameralisme yang congruen dengan asimetris atau kedua –keduanya. Sekian & terima kasih