Anda di halaman 1dari 15

BIAS KOGNITIF

PADA
KEPUTUSAN
PENGUSAHA
UMKM
MENGAPA KOGNITIF BIAS
SERING TERJADI PADA
WIRAUSAHA UMKM?
Pengambilan keputusan pada UMKM berada dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian,
ambigu, memiliki konsekuensi besar, penuh tekanan dan emosi, dan reaktif.

Kondisi tersebut mendorong pengusaha UMKM seringkali kesulitan mengambil keputusan yang
rasional, dan akhirnya sering bergantung pada intuisi dan pengalaman pribadi dalam mengambil
keputusan
KONSEP TENTANG BIAS DAN
HEURISTIK
 Bias merupakan penyimpangan sistematis dari pemikiran rasional dalam pengambilan
keputusan
 Heuristik penyederhanaan prinsip atau dasar-dasar yang digunakan seseorang dalam problem
solving atau memproses informasi.
 Heuristikmembuat seseorang terlalu cepat dalam mengambil keputusan karena
penyederhanaan prinsip sehingga tidak melakukan analisis yang lengkap dan sistematis
 Bias dan heuristik merupakan pengambilan keputusan yang cenderung intuitif dan
mengadalkan pengalaman sebagai dasar
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Anchor

Seseorang secara tidak sadar mendasarkan keputusannya pada suatu patokan tertentu. Pada
UMKM, hal ini dapat terjadi salah satunya disaat UMKM ingin mengembangkan bisnisnya
melalui skema modal ventura. Hasil negosiasi modal ventura seringkali dipengaruhi oleh
penawaran pertama
 Availability heuristics

Merupakan sikap penyederhanaan dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi terbaru


yang tersedia, atau bisa berasal dari pengalaman yang baru saja terjadi. Pengusaha dalam
mengambil keputusan strategis untuk memulai bisnis baru atau memasarkan produk baru diduga
kental dengan bias, hanya mendasarkan keputusan berdasarkan pengalaman terbaru.
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Confirmation Bias

Pengusaha terbukti seringkali mengalami bias konfirmasi, terutama pada pengusaha yang belum
pernah mengalami kegagalan. Pengusaha tersebut pada umumnya terlalu yakin dengan
kesuksesannya yang lalu sehingga mengabaikan pendapat-pendapat yang berlawanan dengan
pendapatnya
 Regret dan Conterfactual Thinking

Conterfactual thinking merupakan pemikiran yang memunculkan alternative kejadian yang


sudah terjadi di masa lalu. Contohnya, ketika sesorang sering berandai-andai tentang “apa yang
terjadi jika” pada kejadian masa lalu. Ini selaras dengan regret. Terdapat fakta bahwa pengusaha
mengalami bias ini ketika ingin memulai bisnis baru karena adanya ketakutan akan kehilangan
kesempatan, sehingga membuat mereka tidak hati-hati dalam melakukan analisis
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Escalation of Commitment (EC)

Bias ini terjadi ketika pengambil keputusan terlalu berkomitmen pada pilihan tindakan
sebelumnya meskipun mendapatkan feeback negatif yang menyatakan bahwa Tindakan tersebut
tidak akan membawa kesuksesan. EC pada UMKM terjadi karena pelaku UMKM tidak
memiliki visi yang jelas jauh kedepan dan juga karena mencampuradukan kepentingan individu
dan ekonomi. Pelaku UMKM seringkali terlalu berfokus dan berdedikasi terhadap kesuksesan
usaha, yang menghambat kemampuan mereka untuk mendeteksi bahwa kondisi usahanya
sedang berada pada jalur kegagalan
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Illution of Control (IC)

IC terjadi ketika pelaku usaha overestimasi kontrol yang mereka miliki terhadap situasi yang
terjadi. Pelaku usaha UMKM terbukti sering mengalami perilaku ini, sehingga sering
mengabaikan risiko karena kepercayaan terhadap keahlian mereka yang mampu mencegah hasil
negative
 Overconfidence

Pelaku UMKM dipercaya lebih sering mengalami overconfidence dalam mengambil keputusan
jika dibandingkan dengan perusahaan besar karena level kompleksitas dan ketidakpastian
lingkungan usaha yang lebih tinggi
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Planning Fallacy (PF)

Erat kaitannya dengan terlalu optimis dalam mengestimasi beban kerja yang mampu diselesaikan
pada jangka waktu tertentu. PF sering terjadi pada lingkungan yang baru dan unik dimana di
dalamnya banyak ketidakpastian. Lingkungan ini merupakan khas lingkungan dimana UMKM
beroperasi. Ketidakpastian ini menimbulkan tambahan risiko yang mana sering diabaikan oleh
pelaku UMKM sehingga berlebihan dalam menetapkan beban kerja.
 Representativeness bias (RB)

RB dapat membuat seseorang berasumsi salah bahwa pengalaman yang terbatas dapat
digeneralisasikan atau diterapkan di banyak situasi. RB lebih sering terjadi pada pelaku usaha
UMKM dibandingkan manajer pada perusahaan besar. Hal ini karena pelaku UMKM tidak
memiliki pengalaman masa lalu yang banyak untuk mendasarkan estimasi, sehingga memaksa
mereka untuk menggunakan data yang mereka miliki saja dan berdampak pada penyederhanaan
yang berlebihan tentang hal yang kompleks.
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Status quo bias (SQB)

SQB merupakan tendensi untuk bertahan pada keputusan sebelumnya, bahkan ketika keputusan
tersebut sudah tidak lagi rasional. SBQ lebih sering terjadi pada seseorang yang memiliki
pengalaman yang banyak. Oleh karena itu, SQB ditemukan sering dialami oleh pelaku UMKM
yang berpengalaman.
 The affect heuristics (AH)

AH mengungkapkan bahwa keputusan yang diambil terkadang tidak selalu didasarkan pada pro
dan kontra, tetapi lebih pada ”baik atau buruk” atau “suka atau tidak suka”. Contoh, ketika ingin
merekrut karyawan, keputusan lebih didasarkan pada suka atau ketidaksukaan pengambil
keputusan. Pelaku UMKM cenderung mengalami bias ini
12 BIAS PADA KEPUTUSAN
STRATEGIS WIRAUSAHA
 Groupthink

Groupthink merupakan bias yang dapat terjadi ketika pengambilan keputusan dilakukan secara
berkelompok. Groupthink muncul dari tendensi manusia yang seringkali enggan mengambil
posisi yang berlawanan dengan kelompok. Groupthink dapat membuat pelaku UMKM susah
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang dinamis. Kondisi ideal di lingkungan tersebut
sebaiknya ada saling tukar pikiran diantara anggota kelompok di dalam UMKM.
TINGKAT SIGNIFIKANSI BIAS
PADA MASING-MASING
DOMAIN KEPUTUSAN
 Domain Keputusan strategis

Dari 12 bias, overconfidence merupakan bias yang paling sering muncul pada saat pembuatan
keputusan strategis. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pengusaha, yang mana mereka
cenderung overconfidence dan berani mengambil risiko. Jika pengusaha tidak overconfidence,
maka mereka tidak akan menjalankan bisnis sendiri.
Bias kedua yang paling sering terjadi pada domain ini adalah planning fallacy (PC). Pelaku
UMKM cenderung underestimate waktu penyelesaian untuk mengimplementasi keputusan
strategis
Ketiga adalah status quo bias. Pelaku UMKM seringkali mendiskusikan ingin meluncurkan
produk baru, namun mereka seperti enggan melepaskan produk lama
TINGKAT SIGNIFIKANSI BIAS
PADA MASING-MASING
DOMAIN KEPUTUSAN
 Domain kepatuhan terhadap peraturan

Groupthink menjadi bias yang paling penting pada domain kepatuhan terhadap peraturan. Jelas
bahwa kaitannya dengan peraturan dan legalitas, pelaku UMKM lebih cenderung untuk
mengikuti rekan-rekannya yang lain. Mereka cenderung tidak ingin terlihat mencolok pada
domain kepatuhan terhadap peraturan.
Bias kedua yang paling penting pada domain ini adalah illusion of control (IC). Pelaku UMKM
cenderung merasa yakin yang berlebihan bahwa mereka tidak akan mendapatkan sangsi ketika
melakukan pelanggaran peraturan.
TINGKAT SIGNIFIKANSI BIAS
PADA MASING-MASING
DOMAIN KEPUTUSAN
 Domain keputusan sumber daya manusia

Availability heuristic merupakan bias yang sering terjadi pada domain ini. Pelaku UMKM cenderung
dipengaruhi oleh prekonsepsi dan pengalaman lalu dengan orang lain yang serupa dalam melakukan
penilaian. Contoh, ketika ingin merekrut karyawan baru, mereka cenderung cepat mengambil
kesimpulan terkait calon karyawan dengan karakteristik tertentu, seperti usia atau latar belakang,
hanya karena pengalaman lalu dengan tipikal orang yang sama.
Bias kedua yang paling penting adalah affect heuristic. Impresi positif atau negatif yang diberikan
oleh seseorang dapat mempengaruhi pelaku UMKM dalam menilai orang tersebut
Escalation of commitment menjadi yang terpenting ketiga. Terkadang ada pelaku UMKM yang
terlalu loyal pada salah satu karyawannya padahal sudah ada alasan yang rasional lagi
memperkerjakan karyawan tersebut.
TINGKAT SIGNIFIKANSI BIAS
PADA MASING-MASING
DOMAIN KEPUTUSAN
 Domain keputusan IT

Bias yang paling sering terjadi pada domain ini adalah planning fallacy. Pelaku UMKM seringkali
underestimate waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan teknologi baru.
Bias yang kedua adalah escalation of commitment. Pelaku UMKM seringkali merasa kesulitan untuk
menghentikan proyek implementasi IT yang sebenarnya sudah gagal untuk diterapkan.
Ketiga adalah overconfidence. Pelaku UMKM, dengan terbatasnya pengetahuan terkait dengan IT,
seringkali terlalu percaya diri dalam menentukan sistem, mencari vendor yang tepat untuk
menyediakan layanan IT di usahanya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai