Anda di halaman 1dari 22

DESAIN STUDI CROSS SECTIONAL

M. HATTA MAMAT, SKM, M.EPID


DESAIN STUDI CROSS
SECTIONAL
DEFINISI
KONSEP DASAR
UKURAN ASOSIASI YANG DIGUNAKAN
CROSS SECTIONAL STUDI

PENELITIAN YANG MENGUKUR PREVALENSI


PENYAKIT
(PENELITIAN PREVALENSI)

STUDI POTONG LINTANG ATAU


STUDI LINTAS BAGIAN
TUJUAN:

• Mempelajari hubungan penyakit dengan paparan


dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
secara serentak pada individu dan populasi tunggal
pada satu saat/periode tertentu

• Instrument: survei, wawancara dan isian kuesioner


KELEBIHAN RANCANGAN DESAIN
CROSS SECTIONAL

• 1.Mudah untuk dilakukan

• 2.Murah

• 3.Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang


diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko)
dan tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan
untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.
KELEMAHAN DESAIN CROSS SECTIONAL

• 1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan


kurang mewakili sejumlah populasi yang
akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat
bila digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit.

• 2.Sulit untuk menentukan sebab dan akibat


karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan
LANJUTAN.....

• 3.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak,


terutama bila variable yang dipelajari banyak 

• 4.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat


jarang, misalnya kanker lambung, karena pada
populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak
10.000 subyek untuk mendapatkansuatu kasus
CONTOH JUDUL PENELITIAN CROSS SECTIONAL

• “Kualitas menyusui terhadap kelancaran


pengeluaran air susu ibu”.

Peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan


terhadap kualitas menyusui, ketiganya diukur secara
bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI
setelah melihat variabel yang termasuk dalam kualitas
menyusui tersebut .
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
CROSS SECTIONAL:

• “Hubungan Kualitas Menyusui dengan


Kelancaran Pengeluaran ASI”
1.MENGIDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN:
• Berdasarkan judul tersebut, maka variabel yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:

• Variabel Independen : kualitas menyusui


• Variabel dependen : kelancaran pengeluaran ASI
• Variabel kendali : usia, paritas

• Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang


kualitas menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI.
2.MENGIDENTIFIKASI SUBJEK PENELITIAN

• Contoh:

• Subjek penelitian adalah populasi ibu


menyusui dengan jumlah sampel yang
telah ditentukan sesuai dengan teknik
sampling.
3.MENGOBSERVASI VARIABEL

• Contoh:

• Mengukur kualitas menyusui dengan parameter


yang digunakan adalah cara dan frekuensinya
termasuk dalam kualitas baik atau kurang.
• Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI
dilakukan dengan mengamati tingkat kelancaran
pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak,
lalu keduanya diamati dan diukur.
4.MELAKUKAN ANALISIS DATA
 Contoh:

• Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui


termasuk kategori baik atau kurang.

• Hal ini dapat mempengaruhi kelancaran


pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau
tidak.
CONTOH LAIN PENELITIAN CROSS SECTIONAL:
• “Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum
makan dengan Kejadian Thypoid.´

• Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokkan lagi


dengan cara random,

• Kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu :


• Jajan sembarangan & tidak cuci tangan=(E+D+),
• Jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan =(E+D-),
• Tidak jajan sembarangan& tidak cuci tangan (E-D+), dan
• Tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E-D-).
UKURAN ASOSIASI

• Merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu


eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit

• Memasukkan suatu perbandingan frekuensi penyakit antara


dua atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur

• Beberapa ukuran assosiasi digunakan untuk mengestimasi


efek
UKURAN-UKURAN ASOSIASI

• Ukuran rasio
• Rasio rate atau rasio densitas insidens (RDI)
Densitas insidens pada kelompok tidak terpajan
RDI = ----------------------------------------------------------------
Densitas insidens pada kelompok terpajan

• Rasio Prevalens (RP)


Prevalens pada kelompok tidak terpajan
RP = ------------------------------------------------------
Prevalens pada kelompok terpajan
UKURAN-UKURAN ASOSIASI
• Ukuran rasio :(Perbandingan relatif)
• rasio dua frekuensi penyakit
• membandingkan kelompok terpajan dengan kelompok tidak terpajan

• Ukuran perbedaan: (perbandingan absolut)

• perbedaan antara ukuran frekuensi penyakit suatu kelompok terpajan dan


kelompok yang tidak terpajan
HITUNG RASIO PREVALENCE
• Sakit thypoid ditunjukan: E+D+ dan E-D+.
• Tidak sakit thypoid ditunjukan: E+D- & E-D-.

• Prevalence kelompok terpapar (Po) :


= (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)
• Prevalence kelompok tidak terpapar (P1):
= (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)

• Rasio Prevalence = Po / P1
HITUNG RASIO PREVALENCE
SAKIT/ TIDAK EXPOSED(E+) UNEXPOSED(E-) TOTAL
TYPHOID (D+) E+ D+ E- D+ (E+D+) + (E-D+)

TIDAK TYPHOID (D-) E+ D- E- D- (E+D-) + (E-D-)

TOTAL (E+ D+) + (E+ d-) (E- D+) + (E- D-) (E+ D+) + (E+ d-) +
(E- D+) + (E- D-)

Prevalence kelompok terpapar (Po) :


= (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)
Prevalence kelompok tidak terpapar (P1):
= (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)

Rasio Prevalence = Po / P1
HITUNG RASIO PREVALENCE
SAKIT/ TIDAK EXPOSED(E+) UNEXPOSED(E-) TOTAL
TYPHOID (D+) 6416 8270 14686

TIDAK TYPHOID (D-) 2969 2810 5779

TOTAL 9385 11080 20467

Prevalence kelompok terpapar (Po) :


= (6416) / (9385) = 0,684
Prevalence kelompok tidak terpapar (P1):
= (8270) / (11080)=0,746

Rasio Prevalence = Po / P1=0,684/0,746 = 0,917


INTERPRETASI HASIL PR

• Jika PR

• < 1 : Faktor risiko bersifat Protektif

• = 1 : Tidak ada hubungan dengan factor Risiko

• > 1 : Ada hubungan, Faktor merupakan factor Risiko


SIMPULAN

• Pada penyakit yang jarang terjadi,nilai Odds Ratio


hampir sama dengan nilai Relative Risk (Risk Ratio).
Nilai Prevalence Odds Ratio hampir sama dengan
nilai Prevalence Proportion Ratio.

• Pada penyakit yang umum terjadi, nilai Odds Ratio


lebih ekstrim dari pada Risk Ratio.

Anda mungkin juga menyukai