Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN

KESEIMBANGAN AIR &


ELEKTROLIT

Dian pertiwi
Homeostasis
 Keadaan mempertahankan kondisi yang stabil

mempertahankan komposisi cairan & elektrolit


Untuk mempertahankan homeostasis

 Diperlukan 2 respon :

◦ Respon mempertahankan/menyimpan air lewat


antidiuresis

◦ Respon mencari/mendapatkan air lewat rasa haus


Keseimbangan cairan dan elektrolit

 Diatur oleh :

◦ Mekanisme hipotalamus mengendalikan rasa haus


◦ Hormon antidiuretik (ADH)
◦ Retensi atau ekskresi air oleh ginjal
Distribusi air dalam tubuh

 Digunakan pengukuran tekanan osmotik :

◦ Osmolaritas : kadar zat dalam satuan mol per liter


larutan

◦ Osmolalitas : kadar zat per Kg zat pelarut

Osmolalitas plasma  konsentrasi ADH


 timbul rasa haus
 mengurangi produksi urin
Gangguan keseimbangan air &
elektrolit
 Dehidrasi  tubuh kekurangan air & elektrolit
◦ Penyebab :
- asupan < ( persediaan air<, sukar menelan,
hilangnya rasa haus

- kehilangan cairan > ( melalui sal.cerna, nafas, kulit


& ginjal)

◦ Gambaran klinis : rasa haus, turgor kulit <, oliguria


 Kelebihan cairan : konsumsi air >>, melewati
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan
tsb.

◦ Penyebab :
- asupan > (diabetes insipidus, pemberian infus >>)
- sekresi ADH >>

◦ Gambaran klinis : hilang perhatian, inkoordinasi gerak,


kejang, koma
Pemeriksaan laboratorium
 Pengukuran osmolalitas
◦ Spesimen : serum, urin
◦ Sampel disentrifus

 Metode:
◦ berdasarkan pengukuran titik beku dan tekanan
uap
 Titik beku air = 00 C
 Titik beku larutan dengan osmolalitas 1 osmol/kg=
-1,860 C

 Contoh : titik beku sampel = -0,521 C,


osmolalitas = 0,522/1,86 = 0,280 osmol/kg=
280 mOsmol/kg
Yang mempengaruhi tek. osmotik
 Natrium, glukosa, urea
 Osmolalitas dapat dicari dengan rumus :

2 Na + glukosa/20 + BUN/3
Nilai referensi
 Serum : 275- 295 mOsmol/kg
 Urin (24 jam) : 300- 900 mOsmol/kg
 Rasio urin:serum : 1,0 – 3,0
 Osmolal gap : < 15

◦ Osmolal gap : perbedaan pengukuran osmolaritas dan


osmolalitas.
 dapat menunjukkan adanya zat lain yang
mempengaruhi tekanan osmotik, seperti : etanol,
metanol, etilen glikol
Pemeriksaan laboratorium elektrolit
 Sampel :

- whole blood (darah lengkap) 


bersamaan dg pH dan gas darah
diperiksa < 1 jam

- plasma, serum, urine, keringat, feses, cairan


tubuh
Pre analitik
 whole blood (darah lengkap): diperiksa < 1 jam
 Serum, plasma, urine : disimpan dalam tabung
tertutup, to = 2o - 8oC, sebelum pemeriksaan
disuhu kamarkan
Natrium :

 Pseudohiponatremia dijumpai pada :


hiperlipidemia, hiperproteinemia,
hiperkolesterolemia, hiperglikemia
peningkatan 100mg/dl kadar glukosa  menurunkan
1 mEq/l Natrium

 Hemolisis tidak mempengaruhi kadar natrium


Kalium
 Hemolisis sangat mempengaruhi kadar K+ 
K+ berada dalam sel, kalau hemolisis  K+⇑
hemolisis ringan : meningkatkan 3% kadar K+
hemolisis sedang: meningkatkan 12%
hemolisis berat : meningkatkan 30%

 K+ darah legkap < 0,1 – 0,7 mmol/L dibanding


K+ serum
Kalium (lanjutan)

 K+ serum > 0,2 – 0,5 mmol/L dibanding plasma 


pada proses pembekuan trombosit melepas K+

 Peningkatan kadar K+ akibat kesalahan preanalitik :


◦ Sampel whole blood yang tidak segara diperiksa 
 Dibiarkan pada suhu dingin sebelum dipisahkan: K+ terlepas
dari eritrosit dan sel lain

◦ Akibat aktivitas otot : peningkatan sampai 2 mmol/L 


 Tornikuet tidak segera dilepas setelah penderita
menggenggam tangannya berulang kali
Peningkatan kadar Kalium (lanjutan)

◦ Trombositosis dan leukositosis yang ekstrem

Penurunan kadar Kalium :


• penderita leukemia non limfositik akut  krn
pengingkatan ambilak K+ akibat peningkatan
permeabilitas membran sel leukemia
Khlorida (Cl-)
 Stabil dalam serum dan plasma
 Kadar tidak dipengaruhi
◦ sampel hemolisis, kadar protein

 Pengaruh tornikuet <<

 Sampel feses harus cair, disaring/disentrifugasi


sebelum dilakukan pemeriksaan
Metode Pemeriksaan
 Natrium, Kalium, Khlorida :

◦Metode elektroda ion selektif (ion selective elektrode/ISE)


◦Spektrofotometri emisi nyala (flame emission spectrofotometry/FES)
◦Spektrofotometri serapan atom (Atomic Absoption
Spectrofotometry/AAS)
◦Spektrofotometri berdasarkan enzim

Khlorida :

◦Metode Titrasi merkurimeter


◦Titrasi kolori-amperometrik
Metode elektroda ion selektif
 Yang paling sering digunakan
 Ada 2 macam : ISE direk, ISE indirek
◦ ISE direk : memeriksa langsung sampel plasma,
serum/whole blood
◦ ISE indirek : memeriksa sampel yang sudah
diencerkan
 Prinsip pengukuran : membran ion pada alat
mengalami reaksi dengan elektrolit sampel
(secara selektif)  shg mengalami perubahan
potensial.
 Yang diukur : perbedaan potensial elektroda
Metode spektrofotometer emisi nyala

 Prinsip : sampel diencerkan dengan cairan


yang berisi litium, dihisap dan dibakar pada
nyala gas propana
 Elektrolit jika dibakar akan memancarkan

cahaya, selanjutnya dibaca dengan panjang


gelombang tertentu
Spektrofotometer berdasarkan aktivitas enzim

 Na+ : berdasarkan aktivasi enzim beta


galaktosidase oleh ion Na+ untuk
menghidrolisis substrat Substrat yang
terhidrolisis diukur dengan spektrofotometer
 K+ : mengaktivatsi enzim tryptophanase
 Khlorida : berdasarkan reaksi ion Cl- dengan
merkuri thiosianat  merkuri khlorida
Hasil akhir reaksi dibaca dengan
spektrofotometer pada pj gel. 480 nm
Spektrofotometer Serapan atom
 Sampel mendapat sinar dalam bentuk ikatan
kimia (atom)
 Cahaya yang ditimbulkan diukur dengan

spektrofotometer
 Metode ini mempunyai sensitivitas dan

spesivisitas yang tinggi dibanding


spektrofotometer emisi nyala
Khlorida
 Metode titrasi merkurimeter
Prinsip: sampel dititrasi dengan lart.merkuri
nitrat  membentuk senyawa kompleks
berwarna biru-ungu

Titrasi kolorimetrik-amperometrik
Prinsip : Elektroda perak bereaksi dengan Cl-
membentuk khlorida perak. Interval waktu
yang diperlukan sebanding dengan
konsentrasi Cl-

Anda mungkin juga menyukai