Anda di halaman 1dari 124

DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF THE

HIP
PEDIATRI MARET 2019
DEFINISI
• Abnormal relationship head femur dengan acetabulum
• Gangguan perkembangan sendi panggul yang muncul dengan bentuk yang bermacam –
macam dan pada usia yang bervariasi
• Etiologi tersering : laxity yang berlebihan pada sendi panggul  kegagalan
mempertahankan head femur dalam acetabulum
• Subluksasi (displace sebagian)
• Dislokasi (displace total)
• Teratologi dislokasi sendi panggul  dislokasi dalam utero, irreducible pada pemeriksaan
neonatal, muncul dengan pseudoacetabulum; muncul dengan kelainan penyerta lain;
dislokasi sejak sebelum lahir
• Late (adolescent) dysplasia  stabil secara mekanikal dan tereduksi namun displastik
EPIDEMIOLOGY
• Insiden
• Dislokasi  1.4 : 1000 kelahiran
• Temuan klinis  2.3 : 100 kelahiran
• Abnormalitas Ultrasound : 8 : 100 kelahiran
• Demografik
• Laik - laki : perempuan  1 : 7

• Faktor predisposisi : ( kelahiran pertama, perempuan, sungsang, riwayat keluarga,


oligohydramnion, racial predileksi)
ETIOLOGI
• Faktor genetik : genetic laxity
• Faktor hormonal : ligamentous laxity
• Malposisi intrauterin : kelahiran sungsang dengan posisi ekstensi tungkai
• Primary acetabular dysplasia
• Faktor post natal
ETIOLOGI
(LIGAMENTOUS LAXITY)
ETIOLOGI
(POSISI PRENATAL)
ETIOLOGI
(CAIRAN AMNION)
ETIOLOGI
(POSISI PASCA KELAHIRAN)
• Ekstensi sendi panggul  meningkatkan resiko DDH
KONDISI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN DDH
• Torticollis  5 – 20 %
• Metatarsus adductus  1,5 – 10 %
• Oligohydramnion
• First time hyperthyroidism
ANATOMI SENDI HIP

• Sendi multiaxial ball & socket  stabilitas dan weight bearing


• Pergerakan sendi : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, medial dan lateral rotasi, dan
sirkumduksi
• Movements at the joint include flexion, extension, abduction, adduction, medial and lateral
rotation, and circumduction

Permukaan articular :
• Head femur berartikulasi dengan acetabulum untuk membentuk sendi Hip
• > ½ head femur berbentuk bulat dan di cover oleh kartilago hialin
• Acetabulum – lunate shape – notch & fossa
PERKEMBANGAN NORMAL
SENDI PANGGUL
• Dimulai pada minggu ke-7 masa gestasional
• Seluruh elemen sendi panggul berdiferensiasi secara in situ dari blastema
• Ligamentum teres pada sendi panggul berkembang secara in situ di dalam sendi
• Minggu ke-7 : diferensiasi prekartilago  kartilago (pada head femur dan acetabulum)
• Gangguan atau kegagalan pada masa embriogenesis normal  major anomaly (defisiensi
fokal femur proksimal)
• Saat lahir : acetabulum neonatus  kartilago terbentuk sempurna, dengan thin rim
fibrokartilago (Labrum)
• Kartilago hialin pada acetabulum  kartilago triradiate yang terbagi dan interkoneksi
dengan komponen osseus pelvis (2/5 ilium, 2/5 ischii dan 1/5 pubis)
• Permukaan kartilago acetabulum : major growth plate
ASPEK UMUM PERKEMBANGAN
SENDI PANGGUL
• Pada neonatus : seluruh permukaan femur merupakan struktur kartilago  membentuk head
femur, trochanteric mayor dan minor
• Pada femur normal : pusat ossifikasi pada head femur (4 s/d 7 bulan kelahiran)
• Dislokasi kongenital pada sendi panggul tidak dapat terjadi sebelum rongga sendi
mengalami pembukaan
• Pembentukan rongga dimulai pada kartilago acetabulum dan head femur
• Jaringan interzone dari ligamentum teres  teksturnya menjadi longgar, seiring waktu akan
terjadi reabsorbsi dan hilang dari rongga sendi
ASPEK UMUM PERKEMBANGAN
SENDI PANGGUL
• Pada akhir masa embrionik, rerata embrio terbentuk 3 cm crown-rump (CR) length
• Neck-shaft angle : 130° selama masa perkembangan fetus
• Rerata anteversi femur :
• 10 - 15 minggu : −4°
• 15 - 20 minggu : 5°
• 20 - 24 minggu : 11°
• Pada saat lahir anteversi femoral meningkat menjadi 35°
PERKEMBANGAN NORMAL
SENDI PANGGUL
PERKEMBANGAN NORMAL
SENDI PANGGUL
LIGAMENTS OF HIP JOINT
1. Kapsul fibrous
2. Labrum acetabular
3. Ligament :
- Iliofemoral
- Pubofemoral
- Ischiofemoral
- Ligament pada head femur
- Ligament transversal pada acetabulum
LIGAMEN PADA SENDI PANGGUL
PEMBULUH DARAH DAN SARAF
• Suplai pembuluh darah

• Arteri obturator, arteri sirkumfleksi femoralis (2), arteri gluteal (2)


• Cabang dari retinacular
• Inervasi saraf
• Nervus Femoralis
• A/D nervus obturator nerve, nervus aksessori obturator
• Nerve quadratus femoris
• Nervus gluteus superior
STABILITAS SENDI PANGGUL
• Kedalaman acetabulum
• Tension & strength dari ligamen dan otot – otot disekitarnya
• Panjang dan obliquity dari neck femur
PATOGENESIS DDH
PATOGENESIS
PATHOPHYSIOLOGY
• initial instability leads to dysplasiatypical deficiency is anterior or anterolateral acetabulum 
• in spastic cerebral palsy, acetabular deficiency is posterosuperio
• dysplasia leads to subluxation and gradual dislocation repetitive subluixation of the femoral head
leads to the formation of a ridge of thickened articular cartilage called the limbus
• chronic dislocation leads to 
• development of secondary barriers to reduction 
• pulvinar thickens
• ligamentum teres thickens and elongates
• transverse acetabular ligament hypertrophies
• hip capsule and iliopsoas form hourgass configuration
• anatomic changes
• increased femoral anteversion
• flattening of the femoral head
• Increased acetabular anteversion
• increased obliquity and decreased concavity of the acetabular roof
• thickening of the medial acetabular wall
PEMERIKSAAN FISIK
(NEONATUS)
• a). Uji Ortolani
• Pemeriksa memegang lutut bayi dan abduksi pada
hip saat mengangkat greater trochanter dengan dua
jari. Jika test positif head femur yang dislokasi akan
kembali ke acetabulum saat abduksi.
PEMERIKSAAN FISIK
(NEONATUS)
• Barlow Test
• Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser ke
arah midline. Setelah itu femur didorong ke arah
posterior secara perlahan. Bila terdapat dislokasi sendi
panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar
acetabulum
PEMERIKSAAN FISIK (INFANT)

• Dislocatable (occasionally)
• Reducible (occasionally)
• Klisic sign
• Decreased abduction
• Galeazzi sign
PEMERIKSAAN FISIK (INFANT)
PEMERIKSAAN FISIK
(WALKING CHILD)
• dislokasi
• Klisic sign
• Menurunnya abduction
• Galeazzi sign
• Limp
• Short leg
• Meningkatnya lordosis (bilateral)
PEMERIKSAAN FISIK (WALKING
CHILD)
• Ultrasound
IMAGING (USG)
• Indikasi
• Primary imaging modality from bblr hingga 4 bulan
• Pemeriksaan fisik positif pada pasien yang memiliki
faktor (Riwayat keluarga atau lahir sungsang)
• Memonitor selama terapi dengan pelvic harness
• Temuan
• Evaluasi untuk acetabular dysplasia dan/atau
adanya dislokasi pada hip
• Mengukur
• Alpha angle (Sudut Garis sepanjang acetabulum dan
illium ) N>60o
• Beta angle (Sudut garis sepanjang labrum dan )N>
55o
• Staging
• Nilai alfa yang kecil indikasi dari dangkalnya
acetabulum
• Kecilnya sudut beta indikasi dari cartilage
acetabulum yang baik
IMAGING
(USG)
IMAGING (USG)
IMAGING (USG)
IMAGING
• Radiograph
• Indikasi : 4-6 bulan (Setelah head femur mulai mengeras), positif pada pemeriksaan fisik, leg
length discrepancy
• AP of pelvis
• Measurements :
• Hip dislocation
• Hilgenreiner’s line
• Perkin’s line
• Shenton’s line
• Delayed ossification of femoral head  dislocation
• Hip dysplasia
• Acetabular Index (AI)
• Center – edge angle (CEA) of wiberg
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler,
garis horizontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata
dari Shenton.
Keterangan:
 Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi triradiate cartilage
 Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek lateral dari
acetabulum. Tepi acetabulum pada bayi masih merupakan tulang rawan
sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.
 Indeks Acetabular (Sudut Hilgenreiner) Dibentuk oleh perpotongan antara
garis sepanjang atap acetabulum dengan garis Hilgenreiner.
 Garis Shenton adalah garis yang melewati lesser trochanter ke neck femur dan
terhubung dengan garis sepanjang inner margin dari pubis. Garis ini akan
terpotong bila terdapat dislokasi panggul.
IMAGING (RADIOGRAGPH)
IMAGING (RADIOGRAGPH)
IMAGING (RADIOGRAGPH)
IMAGING (ARTHROGRAPHY)
IMAGING (ARTHROGRAPHY)
IMAGING (ARTHROGRAPHY)
SCREENING
• All infants require screeningphysical exam
• successful screening requires repetitive screening until walking age
• ultrasound
• ultrasound screening of all infants occurs in many countries; however, it has not been proven to
be cost-effective
• USA recommendation is to perform ultrasound at 4-6 weeks in patients with 
• risk factors
• positive physical findings
• AAP recommends an US study at 6 weeks in patients who are considered high risk (family
history or breech presentation) despite normal exam
• also utilized to follow Pavlik treatment or for equivocal exams
TERAPI
TERAPI DDH BERDASARKAN USIA
Neonate
- Pavlik harness selama 6 minggu
- Indikasi awal : dislokasi sendi panggul dan dapat direduksi oleh pemeriksa (ortolani sign)
- Dilakukan sesaat setelah diagnosis DDH ditegakkan
- Juga direkomendasikan untuk sendi panggul yang terlokasi (located) / subluksasi pada pemeriksaan (barlow sign)
- Indikasi relatif : panggul yang normal pada pemeriksaan fisik namun abnorma USG (dengan USG ulangan pada
minggu ke 6  abnormal)

- Keberhasilan terapi (berdasarkan Graf classification; USG)


- Graf III : 97 %
- Graf IV : 50 %

- Monitoring terapi dengan USG setiap 3 minggu


- Unstable  orthosis abduksi
PAVLIK HARNESS
PAVLIK HARNESS; RADIOLOGI
TERAPI DDH BERDASARKAN USIA
Usia 1-6 bulan
- Pavlik harness
- Pilihan terapi pertama
- Efektifitas :
- Harness dipertahankan dengan posisi fleksi panggul 90º
- Upper femoral metaphysis diarahkan ke triradiate cartilage
- Evaluasi tiap 3 minggu, jika sukses  splint selama (1-6 bulan)
- Traksi dan Closed reduction
- jika Closed reduction sukses  cast (3 bulan)
- Jika gagal  open reduction
- Open reduction : medial approach (usia <12 bulan); anterolateral approach (usia > 12 bulan)
EVALUASI HARNESS (X-RAY)
MASALAH DAN KOMPLIKASI
PAVLIK HARNESS
• Sendi panggul tidak tereduksi
• Femoral nerve palsy
• Pavlik harness disease
• Flattening posterolateral acetabulum
• Displasia
• AVN
TERAPI DDH BERDASARKAN USIA
Usia 1-6 bulan (lanjutan)
- Splint & braces
- Hindari wide abduction dan internal rotasi
TERAPI DDH BERDASARKAN USIA
Usia 6 bulan – 2 tahun
- Tujuan terapi : obtain & maintain
- Closed & open reduction : resiko AVN (osseus ossification pada head femur)
ZONA AMAN PASCA REDUKSI
OPEN REDUCTION PADA DDH
• Indikasi primer :
• Kegagalan mempertahankan panggul yang stabil dengan closed reduction
• Ketidakstabilan sendi panggul dan excessively wide pada arthrography
APPROACH OPEN REDUCTION
• Medial approach
• Kelebihan :
- Diseksi minimal
- Dapat melakukan reduksi secara langsung

• Kekurangan :
- Lapangan pandang operasi sempit
- Resiko mencederai arteri medial circumflexa femur
- Tidak dapat melakukan capsuloraphy

• Anterior approach
• Kelebihan :
- Lapang pandang operasi lebih luas
- Dapat melakukan capsuloraphy

• Kekurangan :
- Diseksi lebih luas
PEMILIHAN APPROACH
• Bergantung pada :
• Adanya laxity dari ligamen yang membutuhkan capsuloraphy atau tidak
• Usia pasien
• Kemampuan operator
MEDIAL APPROACH
• Dapat dilakukan pada anak usia sampai usia 3 tahun
• Rekomendasi terbaik (<1 tahun)
• Hasil maksimal (9 bulan)
• Hasil tidak memuaskan (17 bulan)
PROSEDUR MEDIAL APPROACH
• Transeksi iliopsoas
• Insisi kapsul sendi panggul
• Ekspose sendi panggul (keterbalan dan konstriksi capsul medial  menghambat reduksi)
• Singkirkan ligamentum teres  mempermudah expose dan reduksi head femur
• Observasi hasil dengan radiograph (gunakan marker jika belum ossifikasi)

Variasi Approach
• Transeksi adductor longus & iliopsoas
• Evaluasi dengan arthrogram intraoperatif
TINDAKAN SESUDAH OPEN
REDUCTION
• Spica cast dibawah lutut (6 minggu)
• Fleksi > 90 º & abduksi
• MRI dengan kontras  evaluasi vaskularisasi setelah reduksi

• Spica cast diatas lutut (setelah 6 minggu)

• Abduksi splinting 3 – 6 bulan


ANTERIOR APPROACH
• insisi transversal (bikini)  kosmetik
• Insisi oblik
• Capsuloraphy  meningkatkan stabilitas sesudah reduksi
• Kesulitan :
- Jika dislokasi head femur jauh diatas acetabulum
- Otot – otot disekitar panggul displace ke lateral dan direksi cephalic
Solusi : diseksi dan retraksi
• Observasi dengan radiograph
• Jika kesulitan reduksi  shortening femoral osteotomy

Setelah reduksi :
• Spica cast (ekstensi & abduksi panggul dengan semi internal rotasi)
• Cast dibawah lutut dan cast diatas lutut pada sisi sehat (kontralateral)
• Bar pada intrafemoral pada kedua femur  mempertahankan abduksi
ANTERIOR APPROACH
• Kofirmasi reduksi : CT, MRI, USG
• Setelah 6 minggu : observasi reduksi dengan anestesi
• Reduksi memuaskan : second cast (Petrie cast)
OPEN REDUCTION DENGAN
FEMORAL SHORTENING
Indikasi :
• Excessive pressure pada femoral head saat reduksi
• Dislokasi panggul pada usia >2 th
• Sebaiknya dilakukan dengan insisi lateral
• Blade plate & simple lateral plate : osteotomy intertrochater dan subtrochanter
• Juga dapat digunakan untuk reduksi anteversi (valgus)  posisi varus
OPEN REDUCTION DENGAN
FEMORAL SHORTENING
TERAPI DDH PADA USIA >2
TAHUN
• Pilihan terapi : Osteotomy
• Head femur lebih proksimal
• Otot – otot lebih kontralsi
• Dibutuhkan femoral shortening
• Lokasi dislokasi yang lebih tinggi  shortening lebih tinggi
• Older child : Primary acetabular reorienting osteotomy (e.g., a Salter atau Pemberton
procedure)
• Usia 2 – 3 tahun : evaluasi stabilitas saat open reduction
- Coverage acetabular insufficient  Pelvic osteotomy

• Potensial komplikasi : (kombinasi acetabular prosedur dengan femoral shortening)


- Dislokasi posterior pada sendi panggul
OSTEOTOMY PADA DDH
TUJUAN

• Memperbaiki coverage dari head


• Containtment head
• Memindahkan articular cartilage ke daerah weight bearing
• Memperbaiki ROM
• Mengurangi nyeri
• Koreksi Leg length inequality dengan shortening atau lengthening
SALTER INNOMINATE
• Keseluruhan acetabulum beserta ramus pubis dan ischium dirotasikan sebagai satu unit
• Indikasi:
 koreksi acetabular index < 10-15 derajat
 Usia 18 bulan -6 thn
 ROM hip harus baik
• Keuntungan
 Tidak ada perubahan pada ka[asitas acetabular
 Teknik lebih mudah
• Kerugian
 Relatif unstable
 Memerlukan internal fiksasi – k wire
 Perlu operasi ke 2 untuk remove k wire
• Komplikasi
 Neurovascular damage-sciatic nerve
 LCFN
 vascularisasi ke tensor fascialata
SUTHERLAND DOUBLE
INNOMINATE OSTEOTOMI
• Indikasi:
 ddh usia 8-15 thn
 Dilakukan setelah salter osteotomy
 Osteotomy ke dua pubic osteotomy
 Medial dari foramen obturator antara symphisis pubis dan pubic tubercle
 Wedge 7-13 mm lateral dari pubis
 Menggeser acetabulum kearah distal dan anterior
SUTHERLAND DOUBLE
INNOMINATE OSTEOTOMI
keuntungan
• Tambahan osteotomy pada pubis
meningkatkan rotasi dari acetabulum dan
coverage pada femoral head
• Femoral head dapat bergeser ke medial,
memperpendek lever arm
TRIPLE INNOMINATE OSTEOTOMY
- STEEL
• Indikasi
• Remaja dan Dewasa muda, mature skeletal
dengan residual dysplasia dan subluxasi
dimana tidak mungkin terjadi remodeling
lagi pada acetabulum
• Prosedur
• Ischium ramus pubis dan ilium superior
dari acetabulum di reposisi dan stabilisasi
dengan bone graft
• Keuntungan
• Coverage pada femoral head yang lebih luas oleh articular surface
• Stabilitas hip joint yang lebih baik
• Kerugian
• Teknik yang sulit
• Tidak mengubah ukuran acetabulum
• Ukuran pelvis berubahtidak bias partus normal
PERIACETABULAR OSTEOTOMY –
GANZ BERNESE
• Triplaner osteotomy untuk dewasa dan dysplastic hip yang membutuhkan koreksi dari
kongruensi dan kontainmen
• Bila didapatkan tanda degenerative dapat di tambahkan osteotomy pada proximal femur
• Approach  smith peterson
PERIACETABULAR OSTEOTOMY –
GANZ BERNESE
• First cut ischial cut, dibuat kebawah ischium pada infracotyloid grove. Mulai pada distal
acetabulum diarahkan ke posterior menuju ischial spine dan berakhir pada sisi posterior
acetabulum
• Second cut- superior ramus, dimulai medial dari iliopectinal eminence
• Third cutinferior dari SIAS, berakhir pada pertengahan antara posterior column dan
posterior wall
• Fourth cutkebawah posterior column hingga bertemu dengan potongan pertama
PERIACETABULAR OSTEOTOMY –
GANZ BERNESE
Keuntungan
• Hanya menggunakan satu approach
• koreksi dalam jumlah besar termasuksisi medial dan lateral
• Posterior column intact hingga dapat segera berjalan dengan tongkat, minimal internal
fixation
• Bentuk pelvic ring tidak berubah hingga bias melahirkan normal
• Dapat dikombinasikan dengan trochanteric osteotomy bila diperlukan
Kerugian
• Teknik yang sulit
• Komplikasi lebih besar
Komplikasi
• Displacement dari fragment
• Delayed, non union
• Loss of fixation
• Neurovascular damage LCFN, Femoral nerve
SPHERICAL ACETABULAR
OSTEOTOMY
• Memungkinkan reposisi dan rotasi acetabulum dalam jumlah besar
• stabil, tidak ada disrupsi dari pelvic ring
• Medialisasi acetabulum sulit
• Anterior rotasi dari acetabulum
• Mengurangi nyeri, perbaikan acetabular coverage pada banyak kasus
• ninomiya spherical osteotomy
• Wagner spherical osteotomy
• Eppright – DIAL osteotomy
VOLUME REDUCE OSTEOTOMY
• Pemberton memotong kedua layer ilium dan bergantung pada bagian ischial dari triradial
cartilage
• Pembersal memanjang melewati ischial limb dari triradial cartilage, membebaskan rotasi
acetabulum
• sandiego osteotomy menyisakan seluruh medial kortek dan memotong melalui tulang
kortikal pada sciatic notch sebagai usaha untuk menyetarakan coverage anterior dan
posterior
• Dega osteotomy menyisakan sisi bagian dalam dari psterior pelvis hingga ke ileopectineal
line dan juga menyisakan seluruh kortek dari sciatic notch
PEMBERTON OSTEOTOMY
• INDIKASI
• Dysplastic hip usia antara 18 bulan -6 thn
• Koreksi acetabular index <15 drjt
• Caput femur yang kecil dan acetabulum yang besar
• PROSEDUR
• Pericapsular osteotomy dari ilium
• Osteotomy melalui seluruh ketebalan tulang superior dari anteroinferior iliac spine ke posterior
triradiate cartilage
• Triradiate cartilage berperan sebagai tumpuan dimana acetabular roof berotasi ke anterior dan
lateral
• KEUNTUNGAN
• Osteotomy incomplete, sehinga lebih stabil
• Tidak diperlukan internal fiksasi
• Koreksi lebih besar dengan sedikit rotasi acetabulum
• KERUGIAN
• Secara teknis lebih sulit
• Mengubah configurasi dan kapasitas acetabulum dan bisa menyebabkan inkongruen dengan
caput femur bila femur lebih besar
• Penutupan triradiate cartilage menjadi lebih cepat
DEGA OSTEOTOMY
• USIA 2-12 THN
• Usia lebih muda membatasi osteotomy terutama ditentukan oleh kulaitas tulang yang mana
harus cukup kuat untuk tumpuan
• KONTRAINDIKASI
• Acetabulum yang kecil yang tidak adekuat untuk memuat caput femur
DEGA OSTEOTOMY
• Osteotomy dimulai diatas acetabulum dan dilanjutkan ke triradiate cartilage di belakang dan
di dalamnya
• Penempatan wedge menentukan area acetabulum yang diperbaiki
• Wedges dilakukan di posterior maka coverage di perbaiki di posterior
• Wedges dilakukan di anyterosuperior maka coverage di perbaiki di anterolateral
• Volume acetabulum bisa menurun krn osteotomy
CHIARI OSTEOTOMY
• INDIKASI
• Hanya diindikasikan jika hip inkongruen dan femoral coverage tidak bisa dicapai dengan
tehnik rekonstuksi lainnya
• Direkomendasikan bila femoral head irregular atau tidak bisa diposisikan di center
acetabulum dengan abduksi dan internal rotasi hip
• Dapat dilakukan walaupuin ada instability yang berat
• Pencegahan atau tatalaksana nyeri daripada memperbaiki fungsi hip adalah prinsip dari
prosedur ini
• Technique
• Osteotomy dibuat presisi antara insersi
kapsul dan head dari rectus femoris
• Berakhir distal dari AIIS dianterior dan
pada sciatic notch di posterior
• Dengan menggunakan osteotom yang lurus,
osteotomi dimulai dari lateral dengan arah
10 derajat superior
• Fragment distal didisplacekan ke medial
dengan cara abduksi yang bertumpu pada
sympisi pubis
• Displacement dianggap cukup bila
proximal fragment menutupi femoral head
• Jika diperlukan fragmed dapat ditransfix
dengan screw
Kerugian
• Insersi hip abductor bergeser ke medial dan
proximal sehinga secara mekanik
mengurangi kekuatannya
Pertimbangan teknis
• Resiko posterior displacement dari frgment distal terutama bila
dilakukan secara horizontal
• Dapat dilakukan curved osteotomi dari anterior ke posterior untuk
mengurangi resiko tersebut
• Direkomendasikan agar 80% caput femur dapat tercover setelah
fragment digeser
SHELF PROCEDURE - STAHELI
• Indikasi utama: hip dysplasia dengan asperical hip congruity yang tidak bisa dilakukan
redirectional osteotomy
• Indikasi sekunder anterolateral ekstension pada displastic hip yang mana caput femur tidak
bisa dicapai dengan metode lainnya
• Tujuannya membuat “rak” yang ukurannya
diukur dengan CE angle of wilberg
• Graft length = wa + slot depth
SCHANZ ANGULATION
OSTEOTOMY
• Tujuan
• Mengembalikan posisi shaft dari adduksi
menjadi abduksi  membagi beban weight
bearing

• Indikasi
• Fraktur non union pada neck femur
• Dislokasi panggul kongenital
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai