Anda di halaman 1dari 55

PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN

TAHAN DAN KARANTINA TUMBUHAN


PENGANTAR
 Ketahanan tanaman terhadap serangga menyatakan kemampuan
tanaman untuk (i) menghindari, (ii) mentolerir, atau (iii) sembuh
kembali dari kerusakan yang disebabkan oleh populasi serangga,
yang pada padat populasi yang sama dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar pada tanaman lain dari spesies yang
sama dan dalam kondisi lingkungan yang sama
 Sifat demikian umumnya diturunkan dari ciri-ciri biokhemis dan
atau morfologis tanaman yang mempengaruhi perilaku dan atau
metabolisme serangga
PERBEDAAN VARIETAS TAHAN DAN PEKA

100 _ YG
DIMAK
AN YG
HAMA DIMAK
_ AN
75 HAMA

_
50
80 %
_ 55 %
25

VARIETA VARIETA
S TAHAN S PEKA
lanjutan
 Pengaruh manusia terhadap evolusi tanaman sebagai akibat praktek
bercocok tanam digambarkan dalam
 (i) menjinakkan tanaman tertentu, misalnya menurunkan
kandungan HCN pada ubi kayu liar,
 (ii) menciptakan klas baru tanaman yang disebut dengan
tumbuhan pengganggu (gulma),
 (iii) campur tangan terhadap vegetasi alami dengan menumbuhkan
tanaman di dalam ruang atau mengganti penggembalaan dengan
pengandangan binatang.
lanjutan

 Program pemuliaan tanaman untuk menciptakan tanaman tahan


terhadap serangga dimulai tahun 1800 di Amerika,
 pada tahun 1831 di Inggris berhasil diciptakan tanaman apel yang
tahan terhadap serangga hama.
 Penemuan yang spektakuler adalah ditemukannya varietas anggur
yang tahan terhadap penyakit Phylloxera vitifoliae (Fitch) di Eropah.
 Studi secara sistematis tentang ketahanan tanaman terhadap
serangga dimulai oleh Painter et al. sejak tahun 1920
Ketahanan Tanaman

Resisten Rentan Toleran


(Resistant) (Susceptible) (Tolerant)
Ketahanan Tanaman

Resisten Rentan Toleran


(Resistant) (Susceptible) (Tolerant)
BATASAN
Ketahanan Tanaman
❖Painter (1951) ketahanan tanaman merupakan sifat-sifat
tanaman yang dapat diturunkan dan dapat mempengaruhi tingkat
kerusakan oleh serangga.
❖Beck (1965) ketahanan tanaman adalah semua ciri dan sifat
tanaman yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai
daya tahan atau daya sembuh dari serangan serangga dalam
kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada
tanaman lain dari spesies yang sama.
lanjutan

❖ Teetes (1996) menyatakan bahwa dalam praktek pertanian,


resistensi tanaman berarti kemampuan tanaman untuk berproduksi
lebih baik dibandingkan tanaman lain dengan tingkat populasi hama
yang sama
Mekanisme Ketahanan Tanaman terhadap
Serangga

 Faktor Ketahanan yang Mempengaruhi Proses Perilaku


 Apabila serangga dibiarkan untuk memilih 2 atau  lebih
tanaman alternatif biasanya serangga akan  menunjukkan
bentuk preferensi yang konsisten. Misalnya serangga
penggerek batang padi akan memilih varietas padi dengan
batang yang lunak.
lanjutan
 Faktor Ketahanan yang Mempengaruhi Proses Metabolisme.
 Painter (1951) menggolongkan mekanisme ketahanan tipe ini
sebagai antibiosis, yaitu semua pengaruh perubahan fisiologis
yang sifatnya permanen  atau sementara, sedangkan Kogan (1975)
menggolongkan mekanisme ketahanan ini ke dalam ketahanan
genetis yang mempengaruhi proses metabolisme
 Gejala  utama yang dijumpai pada serangga yang  makan pada
tanaman dengan ketahanan antibiosis meliputi
(i) kematian larva pada instar satu,
(ii) laju pertumbuhan yang tidak normal,
lanjutan
 (iii) konversi pencernaan tidak normal,
 (iv) kegagalan pembentukan pupa,
 (v)  kegagalan imago untuk keluar dari pupa,
 (vi)  salah  bentuk  pada serangga  dewasa,
 (vii) menurunnya fekunditas, dan  
 (viii)  penurunan fertilitas
Gejala timbul disebabkan oleh hal sbb

 (i) adanya hasil metabolisme yang beracun,  


 (ii) nutrisi penting tidak tersedia atau berada suboptimal,  
 (iii) proporsi nutrisi (kh, protein, lemak) tidak seimbang,
 (iv) adanya produk metabolisme yang  dapat menghalangi
tersedianya nutrisi penting, dan
 (v) adanya enzim yang dapat menghambat pencernaan serangga.
lanjutan
 Ketahanan Fenetik
 Mekanisme ketahanan tipe ini berhubungan dengan morfologi atau
struktur tanaman yang mempengaruhi mekanisme pemilihan
inang, makan, pencernaan, kawin, dan peletakan telur serangga.
Penghambat  fisik  (physical barrier =  physical  deterrent)
terhadap serangga pemakan tanaman atau herbivor yang lain
berupa trikhom, lapisan lilin, silikat, atau sklerotisasi jaringan.
 Allomon yang mempengaruhi perilaku dan proses metabolisme
serangga umumnya ada di dalam struktur morfologi tanaman,
yaitu trikhom.  
lanjutan
 Dengan demikian faktor fisik dan kimia tanaman bersama-sama
mempertahankan tanaman dari serangan serangga.
 Berdasarkan cara kerjanya, faktor fisik tanaman dapat dibagi dua
golongan, yaitu faktor fisik yang bekerja dari jarak jauh, dan dari
jarak dekat.
 Faktor  fisik  yang bekerja dari jarak jauh ialah warna  dan bentuk
tanaman.
 Faktor bentuk tanaman bekerja tidak langsung dalam menentukan
ketahanan tanaman terhadap serangga.
lanjutan
 Faktor fisik yang bekerja dari jarak dekat antara lain adalah
 (i) penebalan dinding sel,
 (ii) proliferasi jaringan,
 (iii) kepadatan batang dan ciri-ciri yang lain,
 (iv) trikhom,
 (v) akumulasi lapisan lilin,
 (vi) silikat,
 (vii) adaptasi anatomis organ.
lanjutan
 Berdasarkan faktor yang menentukan ketahanan tanaman, ketahanan
dapat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu
 (i) ketahanan ekologis, yang terdiri dari asinkroni fenologis dan
ketahanan induksi, dan
 (ii) ketahanan genetis, yang terdiri dari ketahanan yang
mempengaruhi proses perilaku, ketahanan yang mempengaruhi
proses metabolisme, ketahanan fenetik, dan toleransi.
lanjutan
 Lebih lanjut ketahanan genetis berdasarkan banyaknya sumber gene
yang menentukan ketahanan dibagi ke dalam
 (i) ketahanan oligogenik, yaitu ketahanan yang ditentukan oleh
satu atau sedikit gene, misalnya VUTW,
 (ii) ketahanan poligenik, yaitu ketahanan tanaman yang ditentukan
oleh banyak gene, dan
 (iii) ketahanan sitoplasmik, yaitu ketahanan tanaman yang
ditentukan oleh substansi mutan yang berada di dalam sitoplasma
sel.
lanjutan
 Faktor lingkungan dapat mempengaruhi penampilan ketahanan
tanaman,
 (i) pengaruh kelembaban tanah, stres air dapat menurunkan sifat
ketahanan,
 (ii) pengaruh pemupukan, nutrisi mikro dan makro pengaruhnya
ambivalen, dalam beberapa kasus nutrisi yang tinggi dapat
meningkatkan ketahanan tanaman, sedangkan pada kasus lain
justru dapat menurunkan sifat ketahanan tanaman,
 (iii) pengaruh suhu, pada umumnya suhu rendah berpengaruh
negatif terhadap ketahanan tanaman.
lanjutan

 Pada beberapa kasus, tanaman tahan dapat menjadi satu-satunya cara


yang  efektif dalam pengendalian serangga hama, misalnya  dalam hal-
hal sebagai berikut:
 (i) saat kritis siklus hama hanya berlangsung singkat,  misalnya
kegagalan penggunaan insektisida dalam pengendalian hama lalat
 kacang pada tanaman kedelai,
 (ii) tanaman  dengan nilai ekonomis rendah,  sehingga cara
pengendalian yang lain kurang efisien,
lanjutan

 (iii) hama senantiasa ada dan merupakan pembatas  tunggal  dalam


budidaya tanaman tersebut di lahan yang luas, dan
 (iv) cara pengendalian yang lain tidak tersedia.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 1992
TENTANG KARANTINA
HEWAN, IKAN DAN
TUMBUHAN
BATASAN
 1. Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan
sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama
dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan
dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya
dari dalam wilayah negara Republik Indonesia;
 2. Karantina hewan, ikan, dan tumbuhan adalah tindakan
sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama
dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau organisme
pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
negara Republik Indonesia;
KARANTINA TUMBUHAN, HEWAN, DAN IKAN

LUAR INDONESI
NEGERI A
LANJUTAN

 3. Hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau


OPT adalah semua organisme yg dpt merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian hewan, ikan, atau
tumbuhan;
 4. Hama dan penyakit hewan karantina adalah semua hama
dan penyakit hewan yang ditetapkan Pemerintah untuk
dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan
keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia;
LANJUTAN
 5. Hama dan penyakit ikan karantina atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina adalah semua hama dan
penyakit ikan atau OPT yang ditetapkan Pemerintah untuk
dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam
wilayah negara Republik Indonesia;
 6. Media pembawa hama dan penyakit hewan karantina,
hama dan penyakit ikan karantina, atau OPT karantina adalah
hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, ikan,
tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yg dpt
membawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau OPT karantina;
LANJUTAN
 7. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik
yang dipelihara maupun yang hidup secara liar;
 8. Bahan asal hewan adalah bahan yang berasal dari hewan
yang dapat diolah lebih lanjut;
 9. Hasil bahan asal hewan adalah bahan asal hewan yang telah
diolah;
 10. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh
daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati,
termasuk bagian-bagiannya;
LANJUTAN

 11. Tumbuhan adalah semua jenis sumberdaya alam nabati dalam


keadaan hidup atau mati, baik belum diolah maupun telah diolah;
 12. Tempat pemasukan dan tempat pengeluaran adalah pelabuhan
laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara,
kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat
lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk
memasukkan dan/atau mengeluarkan media pembawa hama dan
penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau OPT;
LANJUTAN

 13. Petugas karantina hewan, ikan, dan tumbuhan adalah pegawai


negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan
karantina berdasarkan Undang-undang ini.
TUJUAN KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

 a. mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan


penyakit ikan karantina, dan organisme penggangu tumbuhan
karantina dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia;
 b. mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina, hama
dan penyakit ikan karantina, dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara
Republik Indonesia;
 c. mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari
wilayah negara Republik Indonesia;
lanjutan
 d. mencegah keluarnya hama dan penyakit ikan dan organisme
pengganggu tumbuhan tertentu dari wilayah negara Republik
Indonesi apabila negara tujuan menghendakinya.
RUANG LINGKUP PENGATURAN TENTANG KARANTINA
HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN MELIPUTI

a. persyaratan karantina;


b. tindakan karantina;
c. kawasan karantina;
d. jenis hama dan penyakit, organisme pengganggu, dan
media pembawa;
e. tempat pemasukan dan pengeluaran.
PERSYARATAN KARANTINA
 Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina
yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib :
 a. dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit bagi
hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan
bagian-bagian tumbuhan, kecuali media pembawa yang tergolong benda
lain;
 b. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
 c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat
pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.
lanjutan
 Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina
yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah
negara Republik Indonesia wajib :
 a. dilengkapi sertifikat kesehatan dari area asal bagi hewan, bahan asal
hewan, hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian
tumbuhan, kecuali media pembawa yg tergolong benda lain;
 b. melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah
ditetapkan;
 c. dilaporkan dan diserahkan kpd petugas karantina di tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.
lanjutan
 1. Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang
akan dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia wajib :
 a. dilengkapi sertifikat kesehatan bagi hewan, bahan asal hewan,
dan hasil bahan asal hewan, keculai media pembawa yang
tergolong benda lain;
 b. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
 c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-
tempat pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.
lanjutan

 2. Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku juga bagi


media pembawa hama dan penyakit ikan dan media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan yang akan dikeluarkan dari wilayah negara
Republik Indonesia apabila disyaratkan oleh negara tujuan.
TINDAKAN KARANTINA
 1. Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang
dimasukkan, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam,
dan/atau dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia dikenakan
tindakan karantina.
 2. Setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau OPT
karantina yang dimasukkan ke dalam dan/atau dibawa atau dikirim dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia
dikenakan tindakan karantina.
 3. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina dan OPT karantina
yang dikeluarkan dari wilayah negara RI tidak dikenakan tindakan
karantina, kecuali disyaratkan oleh negara tujuan.
lanjutan
 Tindakan karantina dilakukan oleh petugas karantina, berupa :
 a. pemeriksaan;
 b. pengasingan;
 c. pengamatan;
 d. perlakuan;
 e. penahanan;
 f. penolakan;
 g. pemusnahan;
 h. pembebasan.
1. TINDAKAN PEMERIKASAAN
 1. Tindakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,
dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan kebenaran isi dokumen
serta untuk mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina.
 2. Pemeriksaan terhadap hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan, dan ikan dapat dilakukan koordinasi dengan instansi lain yang
bertanggung jawab dibidang penyakit karantina yang membahayakan
kesehatan manusia.
2. TINDAKAN PENGASINGAN
 Untuk mendeteksi lebih lanjut terhadap hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu
tumbuhan karantina tertentu yang karena sifatnya memerlukan waktu
lama, sarana, dan kondisi khusus, maka terhadap media pembawa yang
telah diperiksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dapat dilakukan
pengasingan untuk diadakan pengamatan.
4. PERLAKUAN
 1. Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama
dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan
karantina diberikan perlakuan untuk membebaskan atau menyucihamakan
media pembawa tersebut.
 2. Perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan apabila
setelah dilakukan pemeriksana atau pengasingan untuk diadakan
pengamatan ternyata media pembawa tersebut :
 a. tertular atau diduga tertular hama dan penyakit hewan karantina atau
hama dan penyakit ikan karantina, atau;
 b. tidak bebas atau diduga tidak bebas dari organisme pengganggu
tumbuhan karantina.
 (1) Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama
dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan
karantina dilakukan penahanan apabila setelah dilakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, ternyata persyaratan karantina
untuk pemasukan ke dalam atau dari suatu area ke area lain di dalam
wilayah negara Republik Indonesia belum seluruhnya dipenuhi.
 (2) Pemerintah menetapkan batas waktu pemenuhan persyaratan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Lanjutan P 15.
 Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina
yang dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan penolakan apabila
ternyata :
 a. setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, tertular hama dan
penyakit hewan karantina, atau hama dan penyakit ikan karantina, atau
tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina tertentu yang
ditetapkan oleh Pemerintah, atau busuk, atau rusak, atau merupakan jenis-
jenis yang dilarang pemasukannya, atau
Lanjutan
 b. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 8,
tidak seluruhnya dipenuhi, atau
 c. setelah dilakukan penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1), keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas
waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi, atau
 d. setelah diberi perlakuan di atas alat angkut, tidak dapat disembuhkan
dan/atau disucihamakan dari hama dan penyakit hewan karantina, atau
hama dan penyakit ikan karantina, atau tidak dapat dibebaskan dari
organisme pengganggu tumbuhan karantina.
Lanjutan P. 17
 (1) Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama
dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan
karantina yang dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan
pemusnahan apabila ternyata :
 a. setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan
dilakukan pemeriksaan, tertular hama dan penyakit hewan karantina,
atau hama dan penyakit ikan karantina, atau tidak bebas dari organisme
pengganggu tumbuhan karantina tertentu yang ditetapkan oleh
Pemerintah, atau busuk, atau rusak, atau merupakan jenis-jenis yang
dilarang pemasukannya, atau
Lanjutan
 b. setelah dilakukan penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,
media pembawa yang bersangkutan tidak segera dibawa ke luar dari
wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh
pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan, atau
 c. setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama dan
penyakit hewan karantina, atau hama dan penyakit ikan karantina, atau
tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina tertentu
yang ditetapkan oleh Pemerintah, atau
Lanjutan
 d. setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan
diberi perlakukan, tidak dapat disembuhkan dan/atau disucihamakan
dari hama dan penyakit hewan karantina, atau hama dan penyakit ikan
karantina, atau tidak dapat dibebaskan dari organisme penganggu
tumbuhan karantina.
 (2) Dalam hal dilakukan tindakan pemusnahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), pemilik media pembawa hama dan penyakit hewan
karantina, atau hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina tidak berhak menuntut ganti rugi
apapun.
Lanjutan Pasal 17

 Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina
yang dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan pembebasan
apabila ternyata :
 a. setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11, tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau bebas dari organisme pengganggu
tumbuhan karantina, atau
Lanjutan Pasal 17
 b. setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12, tidak tertular hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau bebas dari organisme
pengganggu tumbuhan karantina, atau
 c. setelah dilakukan perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan karantina, atau dapat dibebaskan dari organisme
pengganggu tumbuhan karantina, atau
 d. setelah dilakukan penahanan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 14,
seluruh persyaratan yang diwajibkan telah dapat dipenuhi.
Lanjutan Pasal 18
 Dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Pasal 7, dan Pasal 8, terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan, atau organisme penganggu tumbuhan
yang akan dikeluarkan dari dalam atau dikeluarkan dari suatu area ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan pembebasan
apabila ternyata :
 a. setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11, tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakit ikan, atau bebas dari organisme pengganggu tumbuhan, atau
Lanjutan Pasal 18
 b. setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12, tidak tertular hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan, atau bebas dari organisme
penganggu tumbuhan, atau
 c. setelah dilakukan perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan karantina, hama dan
penyakil ikan, atau dapat dibebaskan dari organisme pengganggu
tumbuhan.
Lanjutan Pasal 19
 (1) Pembebasan media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
disertai dengan pemberian sertifikat pelepasan.
 (2) Pembebasan media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
disertai dengan pemberian sertifikat kesehatan.
Lanjutan Pasal 20
 (1) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan
oleh petugas karantina di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran, baik
di dalam maupun diluar instalasi karantina.
 (2) Dalam hal-hal tertentu, tindakan karantina sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat dilakukan di luar tempat pemasukan dan/atau
pengeluaran, baik di dalam maupun di luar instalasi karantina.
 (3) Ketentuan mengenai tindakan karantina di luar tempat pemasukan
dan/atau pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ditetapkan
oleh Pemerintah.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai